Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin untuk bersatu menjadi umat yang
kuat secara akidah dan berhubungan kemanusiaan atas dasar saling tolong
menolong, bekerjasama dalam kebajikan dan menjauhkan diri dari
meninggalkan agama Allah (QS. Ali Imran: 103).
Persatuan
tersebut didasari oleh sikap persaudaraan dan saling mencintai sesama
muslim. "Sungguh, orang-orang mukmin itu bersaudara." (QS. Al-Hujurat:
10).
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sekalian
tidak akan masuk surga, sehingga (kamu) beriman, dan kamu sekalian
tidak beriman hingga saling mencintai." (HR. Muslim).
Atas dasar
pemikiran tersebut, Allah SWT menetapkan beberapa syariat yang menjadi
wahana kaum Muslimin bersatu dan bekerjasama, semisal kewajiban shalat
Jumat, ibadah haji, dua shalat sunah hari raya dan sunahnya shalat
berjamaah.
Hal tersebut antara lain karena di dalam persatuan
terdapat kekuatan dan kemuliaan. Sedangkan di dalam perpecahan dan
persengketaan tersimpan kerapuhan dan kehinaan. Melalui kemuliaan,
kebenaran akan menempati posisi tinggi di dunia dan melalui kekuatan,
kebenaran akan terjaga dari ancaman para perusak dan tipu daya para
penipu.
Allah SWT juga mencintai orang-orang beriman yang
berjuang di jalan-Nya dalam satu kesatuan barisan, satu pemikiran dan
ketetapan hati yang sama, di mana jiwa mereka tidak terkena perselisihan
dan barisan mereka tidak tersentuh oleh benturan (QS. As-Shaff: 4).
Rasulullah
SAW sendiri sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
bersabda, "Orang beriman, yang satu dengan lainnya seperti bangunan yang
saling menguatkan satu sama lain."
Dalam riwayat lain,
"Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam sikap saling mencintai,
lemah lembut dan kasih sayangnya bagaikan satu anggota badan, apabila
satu dari anggotanya menderita sakit, maka anggota yang lain merasakan
(pula) sakit dan demam." (HR. Bukhari-Muslim)
Sedemikian
pentingnya menjaga persatuan, Rasulullah SAW telah memperingatkan kaum
Muslimin akan bahaya perpecahan dan perselisihan serta menjelaskan
akibat dari keduanya, yang berupa kerusakan dan kehancuran. "Janganlah
kalian berselisih, karena orang-orang yang berselisih sebelum kamu
nyata-nyata telah mengalami kehancuran."
Di lain pihak, Alah SWT
mewajibkan kaum Muslimin untuk segera mencari jalan keluar jika terdapat
perselisihan di antara mereka agar keburukan yang terdapat di dalamnya
tidak tersebar luas. Allah SWT berfirman, "Dan apabila dua golongan
orang mukmin berperang, maka damaikanlah di antara keduanya." (QS.
Al-Hujurat: 9).
Dalam konteks tersebut, Allah SWT mengisyaratkan
agar kaum Muslimin menjadikan takwa sebagai pegangan utama, sehingga
rahmat Allah sampai kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang yang
gemar berbuat kebajikan (QS. Al-Hujurat: 10).
Kaum Muslimin
tidak boleh membiarkan saudaranya berada dalam perselisihan, karena
sebagai orang yang beriman tidak akan sempurna keimanannya kecuali ia
dapat mencintai saudara seimannya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Membiarkan perselisihan tanpa upaya menyelesaikannya akan
menghasilkan keburukan dan akibat yang fatal bukan saja bagi mereka
yang berselisih, melainkan juga bagi seluruh umat Islam.
Orang-orang
beriman juga tidak boleh menyepelekan perkara yang tampak sederhana dan
tidak penting dalam pandangan mereka, karena peperangan dimulai dengan
kata-kata dan besarnya api bermula dari percikan kecil.
Demikianlah
pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan sehingga ia harus menjadi
perhatian bersama kaum Muslimin sebab merupakan salah satu kewajiban di
antara berbagai kewajiban lainnya. Wallahu a'lam.
Kamis, September 27, 2012
JAMAAH HAJI ENDE TAHUN 2012 MENCAPAI 80 ORANG
Kepala
Seksi Urusan Agama Islam selaku Ketua Penyelenggara Bimbingan Manasik
Haji, Hamidy Bara Ray dalam laporan mengatakan haji merupakan satu dari
lima pilar dalam rukun Islam. Haji menjadi tujuan utama bagi umat
muslim. Namun syaratnya, seorang jamaah haji harus memiliki istitho’ah (kemampuan) harta benda dan kemampuan fisik, serta memiliki pengetahuan akan ibadah haji.
“
Haji menjadi tujuan utama umat muslim. Kuota Haji Indonesia selalu
penuh setiap tahun. Karena itu, para calon harus rela menunggu sekitar 5
sampai 19 tahun untuk bisa berangkat ke tanah suci. Mereka perlu
dibekali guna memiliki kemampuan mental dan fisik, memahami
spritualitas haji, tata cara manasik serta praktik lainnya.
Sebab, tanpa
pengetahuan dan pemahaman, ibadah haji tersebut hanya menjadi ibadah
rutinitas yang jauh dari kesempurnaan, “ kata Hamidy. Hamidy berharap
kegiatan bimbingan manasik haji ini dapat meningkatkan pemahaman para
calon jamaah serta memupuk ukhuwah islamiyah di dalam persaudaraan
sesama jamaah.
Rabu, September 26, 2012
SANG JURU DAMAI
Dikisahkan bahwa orang-orang Yahudi yang menjadi musuh kaum Muslimin dan
bangsa Arab sejak permulaan sejarah merasa terancam pasca bersatunya
kaum Aus dan Khazraj di Madinah sejak kedatangan Rasulullah SAW.
Sebagian mereka bahkan menyatakan marabahaya telah dekat jika kedua kaum tersebut bersatu dalam kedamaian. Sebagian yang lain menyatakan tidak akan bisa hidup jika bangsa Arab bersatu.
Hal tersebut karena peperangan antara kaum Aus dan Khazraj telah berlangsung sekitar 120 tahun, hingga kemudian Allah melunakkan hati mereka dengan juru damai Islam, Rasulullah SAW.
Mereka berada di ujung api neraka disebabkan kemusyrikan dan kekufuran serta perselisihan di antara mereka, sampai kemudian Allah SWT menyelamatkan mereka dengan memberikan petunjuk keimanan.
Hingga suatu ketika, salah seorang Yahudi duduk dalam satu majelis yang di dalamnya terdapat kaum Aus dan Khazraj, seraya mengingatkan mereka pada peristiwa Bu’ats (hari terjadinya perang sengit antara Bani Aus dan Bani Khazraj pada masa jahiliyah). Yahudi tersebut melantunkan syair-syair dengan maksud membangkitkan kedengkian dan dendam di antara kedua kaum tersebut.
Dan tidak berselang lama, syair-syair tersebut telah berhasil memengaruhi jiwa kedua kaum, sehingga keduanya mulai saling melakukan provokasi. Kedua kaum di Majelis tersebut bahkan sempat mengundang anggotanya untuk bersiap-siap perang lengkap dengan senjatanya, sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyah.
Kemudian Rasulullah mendatangi mereka dan berkata, "Apakah kalian akan kembali ke zaman jahiliyah, sedangkan aku berada di antara kalian?" Rasulullah SAW mengingatkan mereka bahwa orang-orang Yahudi tidak senang melihat bangsa Arab bersatu.
Mereka menyebarkan fitnah agar bangsa Arab kembali kepada kekafiran dan berselisih sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyah, sehingga kemuliaan dan kekuasaan tetap berada di tangan bangsa Yahudi.
Apa yang disampaikan Rasulullah SAW membuat kaum Aus dan Khazraj sadar dan saling menyesali perbuatan mereka. Mereka meletakkan senjatanya sambil menangis dan berpelukan. Perdamaian antara kaum Aus dan Khazraj tercapai dan lalu turun ayat Al-Qur'an, "Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..." (QS. Ali Imran: 103).
Betapa miripnya tahun ini dengan seribu tahun lalu, dan betapa miripnya masa kini dengan masa lalu. Demikianlah bangsa Yahudi saat ini, tepatnya bangsa Israel atau kaum zionis di dunia, mereka meyakini bahwa tidak ada kehidupan jika umat Islam dan bangsa Arab bersatu.
Persatuan kaum Muslimin membuat mereka tidak dapat tidur nyenyak, sehingga siang dan malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berupaya untuk menjadikan kaum muslimin berselisih agar mereka mendapatkan keuntungan, kedudukan dan kekuasaan.
Maka lihatlah wahai kaum Muslimin dan bangsa Arab apa yang mereka lakukan dan mari merapatkan barisan untuk selalu bersama dalam kesatuan serta berdoa kepada Allah SWT agar menyatukan barisan kaum Muslimin. Maka setiap orang mukmin yang bertakwa, berpegang teguh pada agama Allah, melakukan perbuatan baik akan menuai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman, "Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97). Wallahu a'lam.
Sebagian mereka bahkan menyatakan marabahaya telah dekat jika kedua kaum tersebut bersatu dalam kedamaian. Sebagian yang lain menyatakan tidak akan bisa hidup jika bangsa Arab bersatu.
Hal tersebut karena peperangan antara kaum Aus dan Khazraj telah berlangsung sekitar 120 tahun, hingga kemudian Allah melunakkan hati mereka dengan juru damai Islam, Rasulullah SAW.
Mereka berada di ujung api neraka disebabkan kemusyrikan dan kekufuran serta perselisihan di antara mereka, sampai kemudian Allah SWT menyelamatkan mereka dengan memberikan petunjuk keimanan.
Hingga suatu ketika, salah seorang Yahudi duduk dalam satu majelis yang di dalamnya terdapat kaum Aus dan Khazraj, seraya mengingatkan mereka pada peristiwa Bu’ats (hari terjadinya perang sengit antara Bani Aus dan Bani Khazraj pada masa jahiliyah). Yahudi tersebut melantunkan syair-syair dengan maksud membangkitkan kedengkian dan dendam di antara kedua kaum tersebut.
Dan tidak berselang lama, syair-syair tersebut telah berhasil memengaruhi jiwa kedua kaum, sehingga keduanya mulai saling melakukan provokasi. Kedua kaum di Majelis tersebut bahkan sempat mengundang anggotanya untuk bersiap-siap perang lengkap dengan senjatanya, sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyah.
Kemudian Rasulullah mendatangi mereka dan berkata, "Apakah kalian akan kembali ke zaman jahiliyah, sedangkan aku berada di antara kalian?" Rasulullah SAW mengingatkan mereka bahwa orang-orang Yahudi tidak senang melihat bangsa Arab bersatu.
Mereka menyebarkan fitnah agar bangsa Arab kembali kepada kekafiran dan berselisih sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyah, sehingga kemuliaan dan kekuasaan tetap berada di tangan bangsa Yahudi.
Apa yang disampaikan Rasulullah SAW membuat kaum Aus dan Khazraj sadar dan saling menyesali perbuatan mereka. Mereka meletakkan senjatanya sambil menangis dan berpelukan. Perdamaian antara kaum Aus dan Khazraj tercapai dan lalu turun ayat Al-Qur'an, "Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..." (QS. Ali Imran: 103).
Betapa miripnya tahun ini dengan seribu tahun lalu, dan betapa miripnya masa kini dengan masa lalu. Demikianlah bangsa Yahudi saat ini, tepatnya bangsa Israel atau kaum zionis di dunia, mereka meyakini bahwa tidak ada kehidupan jika umat Islam dan bangsa Arab bersatu.
Persatuan kaum Muslimin membuat mereka tidak dapat tidur nyenyak, sehingga siang dan malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berupaya untuk menjadikan kaum muslimin berselisih agar mereka mendapatkan keuntungan, kedudukan dan kekuasaan.
Maka lihatlah wahai kaum Muslimin dan bangsa Arab apa yang mereka lakukan dan mari merapatkan barisan untuk selalu bersama dalam kesatuan serta berdoa kepada Allah SWT agar menyatukan barisan kaum Muslimin. Maka setiap orang mukmin yang bertakwa, berpegang teguh pada agama Allah, melakukan perbuatan baik akan menuai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman, "Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97). Wallahu a'lam.
Kamis, September 20, 2012
FESTIVAL SENI TRADISIONAL ISLAM 2012
Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menggelar Festival Seni Tradisional Islami
untuk melestarikan dan mengembangkan serta memperkenalkan atau
mensosialisasikan seni Islam.
Bupati Sleman, H Sri Purnomo, mengatakan Islam tidak hanya dipandang sebagai ajaran agama yang penuh dengan aturan, dan kewajiban. "Namun dengan kegiatan ini, kita bisa melihat bahwa Islam adalah indah, menarik, dan menyenangkan,".
Kegiatan ini, harapnya, harus terus dikembangkan, terlebih saat ini Islam sedang mendapatkan citra negatif, karena ulah segelintir umat yang sempit dalam memahami Islam. Islam tidak identik dengan kekerasan atau terorisme, tetapi Islam identik dengan keindahan dan kasih sayang.
Islam bisa berkembang pesat bahkan menjadi mayoritas di bumi Nusantara ini, bukan karena ayunan pedang maupun pekikan semangat perang, tetapi karena indahnya kesenian. Sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk menyelami indahnya Islam.
“Dahulu para wali, sunan dan ulama dalam berdakwah mempergunakan media kesenian. Bahkan kesenian yang sebenarnya merupakan kreasi seniman yang bukan Islam. Dengan kreativitasnya, oleh para wali, kesenian ini di olah menjadi media dakwah yang efektif bahkan terus diuri-uri sampai saat ini.
Sementara Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sleman, H Edi Gunawan menyampaikan bahwa festival kesenian tradisional ke-2 tahun 2012 tersebut diselenggarakan selama dua hari, Selasa-Rabu (18-19/9).
Kesenian yang ditampilkan berupa kesenian hadhrah. Edi Gunawan mengharapkan melalui festival tersebut kerinduan akan pancaran sifat-sifat agung dan pribadi mulia Rasulullah terpancar menyinari segenap umat Islam dan umat manusia padaa umumnya. Peserta festival tersebut sebanyak 38 group, setiap group berjumlah 12-20 orang.
Bupati Sleman, H Sri Purnomo, mengatakan Islam tidak hanya dipandang sebagai ajaran agama yang penuh dengan aturan, dan kewajiban. "Namun dengan kegiatan ini, kita bisa melihat bahwa Islam adalah indah, menarik, dan menyenangkan,".
Kegiatan ini, harapnya, harus terus dikembangkan, terlebih saat ini Islam sedang mendapatkan citra negatif, karena ulah segelintir umat yang sempit dalam memahami Islam. Islam tidak identik dengan kekerasan atau terorisme, tetapi Islam identik dengan keindahan dan kasih sayang.
Islam bisa berkembang pesat bahkan menjadi mayoritas di bumi Nusantara ini, bukan karena ayunan pedang maupun pekikan semangat perang, tetapi karena indahnya kesenian. Sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk menyelami indahnya Islam.
“Dahulu para wali, sunan dan ulama dalam berdakwah mempergunakan media kesenian. Bahkan kesenian yang sebenarnya merupakan kreasi seniman yang bukan Islam. Dengan kreativitasnya, oleh para wali, kesenian ini di olah menjadi media dakwah yang efektif bahkan terus diuri-uri sampai saat ini.
Sementara Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sleman, H Edi Gunawan menyampaikan bahwa festival kesenian tradisional ke-2 tahun 2012 tersebut diselenggarakan selama dua hari, Selasa-Rabu (18-19/9).
Kesenian yang ditampilkan berupa kesenian hadhrah. Edi Gunawan mengharapkan melalui festival tersebut kerinduan akan pancaran sifat-sifat agung dan pribadi mulia Rasulullah terpancar menyinari segenap umat Islam dan umat manusia padaa umumnya. Peserta festival tersebut sebanyak 38 group, setiap group berjumlah 12-20 orang.
Selasa, September 18, 2012
BELAJAR DARI PENGALAMAN MASA LALU
Allah SWT memerintahkan kita untuk memetik pelajaran dari peristiwa yang
telah terjadi melalui firman-Nya, "Maka ambillah pelajaran wahai
orang-orang yang memiliki pandangan." (QS. Al-Hasyr: 2).
Orang-orang yang belajar dari kesalahan masa lalu, akan mendapatkan pencerahan di masa mendatang. Prinsip ini terjadi dalam kehidupan para Rasul yang diutus Allah ke bumi. Semula, para utusan tersebut menggunakan doa pamungkasnya dalam menyelesaikan aneka krisis berat yang dihadapi.
Nabi Nuh AS misalnya, menggunakan doa pamungkasnya untuk menenggelamkan kaum yang menentangnya. Nabi Musa AS memanfaatkan doa pamungkasnya untuk menyelamatkan diri dari kejaran Firaun beserta bala tentaranya.
Namun memasuki era Ibrahim AS, doa pamungkas para Rasul tidak lagi dipergunakan untuk membinasakan para penentang, namun diserahkan urusannya kepada Allah SWT.
Perhatikanlah rintihan Ibrahim AS kepada Tuhannya pada saat ia mengalami kesulitan yang sangat berat, "Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah banyak menyesatkan manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Mahapengampun, Mahapenyayang." (QS. Ibrahim: 36).
Perhatikan pula rintihan Nabi Isa AS dalam sebuah doanya, "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Al-Ma'idah: 118).
Dua ayat terakhir memberikan kesan mendalam bagi Rasulullah SAW, sehingga pada saat membacanya beliau menangis tersedu seraya berkata, "Umatku! Umatku! Umatku".
Rasul SAW mengulang bacaan kedua ayat tersebut dan kembali air matanya mengucur, sehingga Allah SWT mengutus Jibril untuk menanyakan gerangan apa yang terjadi.
Setelah Jibril datang dan bertanya kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab, "Umatku! Umatku! Umatku! Ibrahim AS mengharapkan kebaikan bagi umatnya dan berdoa melalui ayat tersebut. Demikian pula Nabi Isa AS. Bagaimanakah dengan umatku?" kata Rasulullah SAW sambil tetap menangis.
Jibril kemudian memberitahukan perihal tersebut kepada Allah SWT dan Allah memerintahkannya, "Wahai Jibril, pergilah lagi kepada Muhammad dan katakan kepadanya, ‘Sungguh kami akan memuaskan umatmu dan tidak akan menyakitinya untuk selamanya’.”
Demikianlah gambaran mengenai beban dan kesulitan yang dipikul Rasulullah SAW dalam upaya memelihara kepentingan umat. Sehingga di dalam menyelesaikannya beliau telah mengambil pelajaran dari para rasul pendahulunya dan berpikir demi dunia dan akhirat serta tidak ingin sekedar menyerahkan urusannya kepada Tuhan, melainkan berupaya mendapat jaminan-Nya bahwa umatnya tidak akan mengalami kehancuran yang besar dan dahsyat.
Oleh karenanya, ketika para sahabat di antaranya Umar bin Khatab bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai mengapa beliau tidak menggunakan doa pamungkasnya di dunia, beliau menjawab dengan jawaban yang impresif, "Aku menggunakan doaku (doa pamungkas) untuk kepentingan pemberian pertolongan (syafaat) bagi umatku, nanti pada hari kiamat.”
Masya Allah, betapa jauh cara berpikir Rasulullah SAW. Cara berpikir yang didasari cinta murni kepada umatnya. Cinta kemanusiaan sejati yang jauh dari kekerasan. Cinta kemanusiaan murni yang membentengi kepentingan manusia dan menyelamatkan jiwa. Wallahu a'lam.
Orang-orang yang belajar dari kesalahan masa lalu, akan mendapatkan pencerahan di masa mendatang. Prinsip ini terjadi dalam kehidupan para Rasul yang diutus Allah ke bumi. Semula, para utusan tersebut menggunakan doa pamungkasnya dalam menyelesaikan aneka krisis berat yang dihadapi.
Nabi Nuh AS misalnya, menggunakan doa pamungkasnya untuk menenggelamkan kaum yang menentangnya. Nabi Musa AS memanfaatkan doa pamungkasnya untuk menyelamatkan diri dari kejaran Firaun beserta bala tentaranya.
Namun memasuki era Ibrahim AS, doa pamungkas para Rasul tidak lagi dipergunakan untuk membinasakan para penentang, namun diserahkan urusannya kepada Allah SWT.
Perhatikanlah rintihan Ibrahim AS kepada Tuhannya pada saat ia mengalami kesulitan yang sangat berat, "Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah banyak menyesatkan manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Mahapengampun, Mahapenyayang." (QS. Ibrahim: 36).
Perhatikan pula rintihan Nabi Isa AS dalam sebuah doanya, "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Al-Ma'idah: 118).
Dua ayat terakhir memberikan kesan mendalam bagi Rasulullah SAW, sehingga pada saat membacanya beliau menangis tersedu seraya berkata, "Umatku! Umatku! Umatku".
Rasul SAW mengulang bacaan kedua ayat tersebut dan kembali air matanya mengucur, sehingga Allah SWT mengutus Jibril untuk menanyakan gerangan apa yang terjadi.
Setelah Jibril datang dan bertanya kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab, "Umatku! Umatku! Umatku! Ibrahim AS mengharapkan kebaikan bagi umatnya dan berdoa melalui ayat tersebut. Demikian pula Nabi Isa AS. Bagaimanakah dengan umatku?" kata Rasulullah SAW sambil tetap menangis.
Jibril kemudian memberitahukan perihal tersebut kepada Allah SWT dan Allah memerintahkannya, "Wahai Jibril, pergilah lagi kepada Muhammad dan katakan kepadanya, ‘Sungguh kami akan memuaskan umatmu dan tidak akan menyakitinya untuk selamanya’.”
Demikianlah gambaran mengenai beban dan kesulitan yang dipikul Rasulullah SAW dalam upaya memelihara kepentingan umat. Sehingga di dalam menyelesaikannya beliau telah mengambil pelajaran dari para rasul pendahulunya dan berpikir demi dunia dan akhirat serta tidak ingin sekedar menyerahkan urusannya kepada Tuhan, melainkan berupaya mendapat jaminan-Nya bahwa umatnya tidak akan mengalami kehancuran yang besar dan dahsyat.
Oleh karenanya, ketika para sahabat di antaranya Umar bin Khatab bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai mengapa beliau tidak menggunakan doa pamungkasnya di dunia, beliau menjawab dengan jawaban yang impresif, "Aku menggunakan doaku (doa pamungkas) untuk kepentingan pemberian pertolongan (syafaat) bagi umatku, nanti pada hari kiamat.”
Masya Allah, betapa jauh cara berpikir Rasulullah SAW. Cara berpikir yang didasari cinta murni kepada umatnya. Cinta kemanusiaan sejati yang jauh dari kekerasan. Cinta kemanusiaan murni yang membentengi kepentingan manusia dan menyelamatkan jiwa. Wallahu a'lam.
Jumat, September 14, 2012
NIKMAT TUHAN-MU MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN
Dikisahkan, suatu hari di sebuah negeri, matahari tidak terbit. Para
petani bangun pagi-pagi agar bisa berangkat ke sawah dan ladangnya,
namun keadaan gelap gulita. Para pegawai dan pekerja pun demikian,
bangun sejak awal, agar mereka bisa berangkat ke tempat tugasnya, namun
kegelapan benar-benar pekat. Hal yang sama juga menimpa pelajar dan
mahasiswa, di mana mereka tidak bisa berangkat ke tempat studinya karena
gelap begitu mencekam.
Sepanjang hari itu, semua orang tidak ada yang melakukan aktivitas. Mereka semua menganggur dan kehidupan pun terhenti. Keadaan benar-benar chaos dan kacau balau. Bayi-bayi, tubuhnya menggigil dan lemas karena kedinginan. Kecemasan dan ketakutan menghantui semua orang.
Begitu tiba malam hari, bulan pun tidak tampak! Orang-orang pun semuanya berangkat ke tempat ibadahnya, meneriakkan selawat dan menghamburkan doa. Mereka berteriak histeris seraya merunduk berdoa agar matahari bisa kembali bersinar. Malam itu, tidak ada seorang pun yang bisa memejamkan mata.
Keesokan harinya, saat pagi menjelang, ternyata matahari kembali bersinar dari orbitnya. Orang-orang pun saling bersahutan mengekspresikan kegirangan yang tiada terperi. Sambil mengangkat tangan ke langit, mereka pun tak henti-hentinya menggemakan puji syukur kepada Allah, seraya saling memberikan ucapan selamat satu sama lain di antara mereka.
Kemudian, salah seorang bijak bestari di negeri itu pun berujar, “Mengapa kalian hanya bersyukur kepada Allah lantaran terbitnya matahari di hari ini saja? Bukankah matahari itu bersinar setiap pagi (hari)? Bukankah kalian tahu kalau kalian sudah mereguk beragam nikmat Allah sepanjang masa?”
Itulah sebagian watak asli sekaligus kealpaan dan kelalaian manusia, ketika mereka didera oleh berbagai macam kesulitan dan kepanikan, baru mereka kembali pada Allah (an-Nahl [16]: 53), seraya mengakui nikmat-Nya. Itu pun hanya terhadap sebagian kecil nikmat, padahal sudah teramat banyak nikmat Allah yang dicurahkan padanya (Ibrahim [14]: 32-34), yang tanpa disadarinya.
Kita baru bisa menyelami nikmat Allah jika bertalian dengan hal-hal material atau yang kasat mata, misalnya, diberikan harta melimpah, jabatan dan posisi yang enak, terbebas dari kecelakaan, lulus dalam testing sekolah atau pekerjaan, dan pendamping atau pasangan hidup yang setia.
Padahal, nikmat Allah itu terus dikucurkan pada hamba-Nya di setiap tarikan napas mereka, yang sekaligus menjadi penopang utama kehidupan mereka, tanpa mereka sadari. Misalnya, jantung yang terus berdetak, napas yang terus menghirup udara bebas, mata yang bisa menatap, mulut yang bisa bicara, hidung yang bisa mengendus rupa-rupa aroma, kuping yang bisa mendengar, kulit yang bisa merasakan dingin atau panas, kita bisa tidur, terjaga, jalan ke mana suka, dan seterusnya.
Tidak cukupkah kita dengan gugahan Allah yang berkali-kali dalam surah ar-Rahman: “Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Maka, betapa lancungnya dan tidak etis sekali, jika kita hanya mau taat dan beribadah kepada Allah di kala kita didera kesulitan dan menyimpan segudang keinginan.
Sepanjang hari itu, semua orang tidak ada yang melakukan aktivitas. Mereka semua menganggur dan kehidupan pun terhenti. Keadaan benar-benar chaos dan kacau balau. Bayi-bayi, tubuhnya menggigil dan lemas karena kedinginan. Kecemasan dan ketakutan menghantui semua orang.
Begitu tiba malam hari, bulan pun tidak tampak! Orang-orang pun semuanya berangkat ke tempat ibadahnya, meneriakkan selawat dan menghamburkan doa. Mereka berteriak histeris seraya merunduk berdoa agar matahari bisa kembali bersinar. Malam itu, tidak ada seorang pun yang bisa memejamkan mata.
Keesokan harinya, saat pagi menjelang, ternyata matahari kembali bersinar dari orbitnya. Orang-orang pun saling bersahutan mengekspresikan kegirangan yang tiada terperi. Sambil mengangkat tangan ke langit, mereka pun tak henti-hentinya menggemakan puji syukur kepada Allah, seraya saling memberikan ucapan selamat satu sama lain di antara mereka.
Kemudian, salah seorang bijak bestari di negeri itu pun berujar, “Mengapa kalian hanya bersyukur kepada Allah lantaran terbitnya matahari di hari ini saja? Bukankah matahari itu bersinar setiap pagi (hari)? Bukankah kalian tahu kalau kalian sudah mereguk beragam nikmat Allah sepanjang masa?”
Itulah sebagian watak asli sekaligus kealpaan dan kelalaian manusia, ketika mereka didera oleh berbagai macam kesulitan dan kepanikan, baru mereka kembali pada Allah (an-Nahl [16]: 53), seraya mengakui nikmat-Nya. Itu pun hanya terhadap sebagian kecil nikmat, padahal sudah teramat banyak nikmat Allah yang dicurahkan padanya (Ibrahim [14]: 32-34), yang tanpa disadarinya.
Kita baru bisa menyelami nikmat Allah jika bertalian dengan hal-hal material atau yang kasat mata, misalnya, diberikan harta melimpah, jabatan dan posisi yang enak, terbebas dari kecelakaan, lulus dalam testing sekolah atau pekerjaan, dan pendamping atau pasangan hidup yang setia.
Padahal, nikmat Allah itu terus dikucurkan pada hamba-Nya di setiap tarikan napas mereka, yang sekaligus menjadi penopang utama kehidupan mereka, tanpa mereka sadari. Misalnya, jantung yang terus berdetak, napas yang terus menghirup udara bebas, mata yang bisa menatap, mulut yang bisa bicara, hidung yang bisa mengendus rupa-rupa aroma, kuping yang bisa mendengar, kulit yang bisa merasakan dingin atau panas, kita bisa tidur, terjaga, jalan ke mana suka, dan seterusnya.
Tidak cukupkah kita dengan gugahan Allah yang berkali-kali dalam surah ar-Rahman: “Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Maka, betapa lancungnya dan tidak etis sekali, jika kita hanya mau taat dan beribadah kepada Allah di kala kita didera kesulitan dan menyimpan segudang keinginan.
Jumat, September 07, 2012
UTAMAKAN SILATURAHIM
Silaturahim merupakan salah satu kewajiban bagi setiap pribadi Muslim.
Dalam Alquran, Allah menegaskan, “Dan bertakwalah kepada Allah yang
kalian saling meminta dengan nama-Nya dan sambunglah tali silaturahim.’
(QS. An-Nisa [4]:1).
“Sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah ketika manusia tidur (tahajud) niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga pemutus tali silaturahim.”
Dalil-dalil di atas menunjukkan arti penting akan kewajiban silaturahim. Sebab, di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan keistimewaan. Di antaranya, pertama, dengan silaturahim, kita bisa saling mengenal antara yang satu dan yang lainnya (QS Al-Hujurat [49]: 13). Dengan silaturahim, kasih sayang dan kerja sama yang positif bisa diwujudkan.
Kedua, dengan silaturahim, persatuan dan kesatuan (ukhuwah Islamiah) akan dapat dibangun. Dengan silaturahim, akan timbul rasa saling membutuhkan, solidaritas, dialog, pengertian, dan menguatkan kerjasama dalam perjuangan yang kokoh.
Rasulullah SAW bersabda, “Tangan Allah berada di atas jamaah.” Dalam hadis lain dikatakan, “Persatuan (al-jamaah) itu rahmat dan perpecahan (al-firqah) adalah azab.”
Berdasarkan hadis di atas, Allah SWT senantiasa akan menolong hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersatu dan menjauhkan diri dari perpecahan.
Hal ini terbukti dalam sejarah Islam ketika umat Islam bersatu, Allah menolong mereka hingga mampu menguasai sejumlah wilayah bahkan mampu menundukkan dua imperium besar, yakni Romawi dan Persia. Sebaliknya, pada saat umat Islam berpecah belah, terjadilah perang saudara dan saling membunuh hingga merusak kekuatan Islam.
Ketiga, dengan silaturahim, berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat akan mudah diatasi. Baik masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, maupun lainnya. Keempat, silaturahim juga akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan horizontal yang terjadi di masyarakat.
Sebab, dengan mengedepankan kasih sayang, sikap emosional dalam diri umat yang bisa memicu permusuhan dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, akar persoalan pun akan ditemukan dan bisa diselesaikan dengan damai.
Kelima, dengan silaturahim, berbagai ide-ide dan gagasan yang brilian, inovasi-inovasi, program-program, dan kegiatan-kegiatan yang positif juga bisa diwujudkan.
Ketika umat Islam berkumpul dalam kasih sayang dan semangat kebersamaan, akan muncul ide-ide kreatif dalam memacu umat untuk mencapai kemakmuran bersama. Kondisi ini jauh lebih bermanfaat di bandingkan sendirian. Dan sesungguhnya, kejayaan umat Islam di masa lalu berawal dari silaturahim.
Keenam, dengan silaturahim, akan banyak ilmu pengetahuan yang tersebar. Dengan demikian, akan banyak pula ilmu dan wawasan yang bisa diserap darinya. Dari sini diketahui bahwa silaturahim menjadi media menumbuhkan wawasan persatuan dan kesatuan.
Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk senantiasa menyambung silaturahim demi memperkuat ukhuwah Islamiah (sesama umat Islam), ukhuwah basyariah (kemanusiaan), dan ukhuwah wathaniah (semangat cinta tanah air).
“Sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah ketika manusia tidur (tahajud) niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga pemutus tali silaturahim.”
Dalil-dalil di atas menunjukkan arti penting akan kewajiban silaturahim. Sebab, di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan keistimewaan. Di antaranya, pertama, dengan silaturahim, kita bisa saling mengenal antara yang satu dan yang lainnya (QS Al-Hujurat [49]: 13). Dengan silaturahim, kasih sayang dan kerja sama yang positif bisa diwujudkan.
Kedua, dengan silaturahim, persatuan dan kesatuan (ukhuwah Islamiah) akan dapat dibangun. Dengan silaturahim, akan timbul rasa saling membutuhkan, solidaritas, dialog, pengertian, dan menguatkan kerjasama dalam perjuangan yang kokoh.
Rasulullah SAW bersabda, “Tangan Allah berada di atas jamaah.” Dalam hadis lain dikatakan, “Persatuan (al-jamaah) itu rahmat dan perpecahan (al-firqah) adalah azab.”
Berdasarkan hadis di atas, Allah SWT senantiasa akan menolong hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersatu dan menjauhkan diri dari perpecahan.
Hal ini terbukti dalam sejarah Islam ketika umat Islam bersatu, Allah menolong mereka hingga mampu menguasai sejumlah wilayah bahkan mampu menundukkan dua imperium besar, yakni Romawi dan Persia. Sebaliknya, pada saat umat Islam berpecah belah, terjadilah perang saudara dan saling membunuh hingga merusak kekuatan Islam.
Ketiga, dengan silaturahim, berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat akan mudah diatasi. Baik masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, maupun lainnya. Keempat, silaturahim juga akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan horizontal yang terjadi di masyarakat.
Sebab, dengan mengedepankan kasih sayang, sikap emosional dalam diri umat yang bisa memicu permusuhan dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, akar persoalan pun akan ditemukan dan bisa diselesaikan dengan damai.
Kelima, dengan silaturahim, berbagai ide-ide dan gagasan yang brilian, inovasi-inovasi, program-program, dan kegiatan-kegiatan yang positif juga bisa diwujudkan.
Ketika umat Islam berkumpul dalam kasih sayang dan semangat kebersamaan, akan muncul ide-ide kreatif dalam memacu umat untuk mencapai kemakmuran bersama. Kondisi ini jauh lebih bermanfaat di bandingkan sendirian. Dan sesungguhnya, kejayaan umat Islam di masa lalu berawal dari silaturahim.
Keenam, dengan silaturahim, akan banyak ilmu pengetahuan yang tersebar. Dengan demikian, akan banyak pula ilmu dan wawasan yang bisa diserap darinya. Dari sini diketahui bahwa silaturahim menjadi media menumbuhkan wawasan persatuan dan kesatuan.
Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk senantiasa menyambung silaturahim demi memperkuat ukhuwah Islamiah (sesama umat Islam), ukhuwah basyariah (kemanusiaan), dan ukhuwah wathaniah (semangat cinta tanah air).
Kamis, September 06, 2012
DUKUNGAN UNTUK WORLD MUSLIMAH BEAUTY 2012
Ajang pemilihan World Muslimah Beauty 2012 mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan. Hal ini membuktikan bahwa kompetisi yang diikuti 20 Muslimah
dari berbagai negara itu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang
tertarik akan perkembangan Muslimah di dunia.
Dukungan tersebut, kata Rofi, datang dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (ABSINDO), dan belasan perusahaan lainnya.
Pemilihan Duta Muslimah Sejagad bertujuan melahirkan ikon muslimah pada taraf Intenasional.
“Selain status lomba yang ditingkatkan menjadi kegiatan bertaraf Internasional, kualitas penyelenggaraan lomba berbasis 2.0 ini juga semakin ditingkatkan jelang grand final & karantina World Muslimah Beauty 2012, di Central Park, Jakarta Barat.
Ajang World Muslimah Beauty 2012 ini merupakan kontes kedua. Pemilihan Muslimah Beauty pertama kali digelar pada 2011 lalu melahirkan ikon Muslimah pendatang baru.
Dukungan tersebut, kata Rofi, datang dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (ABSINDO), dan belasan perusahaan lainnya.
Pemilihan Duta Muslimah Sejagad bertujuan melahirkan ikon muslimah pada taraf Intenasional.
“Selain status lomba yang ditingkatkan menjadi kegiatan bertaraf Internasional, kualitas penyelenggaraan lomba berbasis 2.0 ini juga semakin ditingkatkan jelang grand final & karantina World Muslimah Beauty 2012, di Central Park, Jakarta Barat.
Ajang World Muslimah Beauty 2012 ini merupakan kontes kedua. Pemilihan Muslimah Beauty pertama kali digelar pada 2011 lalu melahirkan ikon Muslimah pendatang baru.
Selasa, September 04, 2012
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI SWISS
Swiss atau Switzerland adalah republik federasi yang berada di Eropa
Tengah. Luasnya relatif kecil hanya 421,285 kilometer persegi dan
berpenduduk 7,5 juta jiwa. Negara beribu kota Bern itu terdiri dari 26
negara bagian yang disebut “Canton”. Secara geografis, Swiss dibatasi
oleh Jerman, Prancis, Italia, Austria dan Lienchtenstein.
Tak heran jika negara itu memiliki empat bahasa resmi, yakni; Jerman, Prancis, Italia dan Romansh. Sebanyak 75 persen penduduk Swiss berbahasa Jerman, 20 persen berbicara bahasa Prancis, 4,0 persen berbahasa Italia, dan sisanya berbicara dalam berbagai bahasa.
Swiss dikenal sebagai negara yang netral, karena tidak pernah terlibat perang dengan pemerintah asing sejak tahun 1815. Maka tak heran Swiss menjadi basis atau tuan rumah berbagai organisasi besar di dunia. Seperti Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), serta kantor-kantor organisasi sayap Perserikatan Bangsa-Bangsa, meski markas besarnya beradai Newyork, Amerika Serikat.
Swiss adalah negeri yang sangat cantik. Bahkan Ramadhan KH, punjangga besar itu pernah menulis, “Tuhan pasti tersenyum ketika Ia menciptakan Swiss”. Swiss sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan Alpen. Merupakan gunung-gunung tinggi yang menyeberangi daerah selatan-tengah negeri itu.
Gunung paling terkenal adalah Matterhorn (4,478 m) termasuk dalam pegunungan Alpen Valais dan Pennine di perbatasan Italia. Sedangkan puncak yang tertinggi adalah Dufourspitze (tingginya 4,634 m), di daerah ini ditemukan banyak lembah, air terjun dan glasier. Dan bagian dari Alpen Bernese di atas glasier Lauterbrunnen yang terdiri dari 72 air terjun dikenal dengan Jungfrau (4,158 m).
Sementara di bagian utara lebih banyak ditemukan lanskap terbuka dengan bukit-bukit, setengah hutan, dan sebagian berpadang rumput terbuka. Biasanya dipenuhi dengan ternak atau ditanami sayuran dan buah-buahan. Meskipun begitu tetap disebut pegunungan. Beberapa danau besar dan kota-kota terbesar Swiss ada di wilayah ini. Pada tahun 2006 dan 2007, Zurich — kota terbesar di Swiss — dinobatkan sebagai kota yang memiliki kualitas hidup terbaik di dunia.
Islam Masuk ke Swiss
Masuknya Islam ke Swiss dimulai saat para pelaut Muslim dari Andalusia (Spanyol) membangun sebuah negeri di Prancis Selatan. Kemudian para pelaut Muslim itu menaklukkan negeri-negeri di sana menuju ke arah utara, sehingga pada tahun 939 M/321 H sampailah mereka ke wilayah St Gallen di Swiss.
Lalu, mereka memindahkan armadanya ke sana dengan tujuan untuk mengamankan Andalusia. Salah satu caranya dengan membangun berbagai menara pengintai dibeberapa tempat di pegunungan Alpen. Bahkan sebagian wilayah pegunungan Alpen ini akhirnya dikuasai oleh pasukan Islam, sehingga memudahkan mereka untuk masuk ke wilayah itu dari arah laut.
Raja Teutons yang menguasai Jerman saat itu pernah mengirimkan utusannya kepada raja Abdurrahman an-Nasir pemimpin kerajaan Islam Andalusia untuk membicarakan keberadaan tentara Islam di wilayah St Gallen. Setelah dinasti Islam di Andalusia runtuh, sebagian umat Islam di sana kembali berhijrah untuk menyelamatkan diri dari penyiksaan tentara Kristen, mereka memasuki wilayah Swiss selatan dan memutuskan untuk menetap di sana. Mereka bergabung dan menyatu dengan penduduk setempat.
Di pertengahan abad ke-14 Hijriah, Swiss kembali menjadi tempat hijrahnya umat Islam. Sebagian kecil umat Islam mengungsi ke sana setelah Perang Dunia II berkecamuk.
Berkat kebaikan akhlak dalam menyebarkan nilai-nilai Islam, beberapa penduduk asli Swiss memeluk agama Islam.
Seorang yang termasuk dalam golongan pertama masuk Islam adalah penyair Swiss Frithjof Schuon, sebelumnya ia menganut sebuah agama di Prancis yang beraliran kependetaan. Karena minatnya yang besar kepada Islam ia memutuskan untuk pindah ke Aljazair dan mengucapkan syahadat di sana.
Setelah mempelajari Islam ia kembali ke Swiss sambil terus mendakwahkan agama barunya itu. Setelah masuk Islam ia dikenal dengan nama as-Shaykh `Isa Nur al-Din Ahmad al-Shadhili al Darquwi al-Alawi al-Maryami. Dari tangan dinginnya ada beberapa warga Swiss yang menyatakan memeluk Islam.
Umat Islam di Swiss terus bertambah jumlahnya disebabkan masuknya imigran-imigran Muslim dari negara lain dan banyak penduduk asli Swiss yang memeluk Islam. Sensus tahun 1951 umat Islam di Swiss hanya berjumlah sekitar 2,000 orang, berkembang menjadi 30 ribu orang di akhir tahun 70-an.
Menurut hasil sensus pada 2009, umat Islam di Swiss mencapai 400 ribu atau 4,26 persen dari total penduduk Swiss. Sementara perempuan di Swiss yang masuk Islam sampai tahun 2009, menurut Monica Nur Sammour-Wust, tokoh Muslimah di sana, jumlahnya sekitar 30 ribu orang.
Kota Basel menjadi kota dengan jumlah umat Islam terbanyak di Swiss. Kaum Muslimin di Swiss sebagian besar adalah imigran dari Arab, Kosovo, Turki, dan Afrika. Sebagian lainnya yaitu para diplomat, pekerja profesional, pegawai di PBB dan pelajar yang sedang menempuh studi. Umat Islam di Swiss membentuk komunitas sendiri-sendiri sesuai etnis dan kewarganeraannya, termasuk warga Indonesia yang menetap di sana.
Ketika Islam mulai berkembang di Swiss, kaum Muslim mendirikan sebuah Islamic Center yang pertama di kota Jenewa. Aktivitas Islamic Center itu sangat sederhana, hanya untuk tempat shalat berjamaah dan menerbitkan majalah Islam berbahasa Arab dan Prancis.
Akan tetapi, semua kegiatan itu tidak berjalan lama, pada akhirnya Islamic Center ini ditutup. Baru pada tahun 1972 berdirilah persatuan Islam pertama yang bertujuan untuk mendirikan masjid pertama di Swiss. perkumpulan itu menetapkan tujuh orang pimpinan sebagai pelaksananya, ketujuh orang tersebut mewakili negara-negara Islam yang berkantor di Jenewa dan sekaligus berperan sebagai penasehat.
Mereka menetapkan peraturan-peraturan dan mendaftarkan organisasi ini secara resmi. Berkat kesungguhan para pimpinannya usaha tersebut berhasil, pemerintah Swiss memberikan izin untuk mendirikan masjid dan Islamic Center-nya. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1973, Raja Faisal—raja Saudi Arabia saat itu—berkunjung ke Swiss dan meletakkan batu pertama untuk mendirikan King Faisal Center yang lokasinya tidak jauh dari kantor PBB.
King Faisal Center mencakup sebuah mesjid yang cukup besar, perpustakaan dan sekolah gratis untuk anak-anak muslim. Kini, telah berdiri berbagai organisasi Islam modern yang tersebar diberbagai kota di Swiss. Salah satunya adalah Gemeinschaft Islamischer Organisationen der Schweiz (GIOS) yang didirikan di Zurich pada tahun 1989.
Tak heran jika negara itu memiliki empat bahasa resmi, yakni; Jerman, Prancis, Italia dan Romansh. Sebanyak 75 persen penduduk Swiss berbahasa Jerman, 20 persen berbicara bahasa Prancis, 4,0 persen berbahasa Italia, dan sisanya berbicara dalam berbagai bahasa.
Swiss dikenal sebagai negara yang netral, karena tidak pernah terlibat perang dengan pemerintah asing sejak tahun 1815. Maka tak heran Swiss menjadi basis atau tuan rumah berbagai organisasi besar di dunia. Seperti Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), serta kantor-kantor organisasi sayap Perserikatan Bangsa-Bangsa, meski markas besarnya beradai Newyork, Amerika Serikat.
Swiss adalah negeri yang sangat cantik. Bahkan Ramadhan KH, punjangga besar itu pernah menulis, “Tuhan pasti tersenyum ketika Ia menciptakan Swiss”. Swiss sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan Alpen. Merupakan gunung-gunung tinggi yang menyeberangi daerah selatan-tengah negeri itu.
Gunung paling terkenal adalah Matterhorn (4,478 m) termasuk dalam pegunungan Alpen Valais dan Pennine di perbatasan Italia. Sedangkan puncak yang tertinggi adalah Dufourspitze (tingginya 4,634 m), di daerah ini ditemukan banyak lembah, air terjun dan glasier. Dan bagian dari Alpen Bernese di atas glasier Lauterbrunnen yang terdiri dari 72 air terjun dikenal dengan Jungfrau (4,158 m).
Sementara di bagian utara lebih banyak ditemukan lanskap terbuka dengan bukit-bukit, setengah hutan, dan sebagian berpadang rumput terbuka. Biasanya dipenuhi dengan ternak atau ditanami sayuran dan buah-buahan. Meskipun begitu tetap disebut pegunungan. Beberapa danau besar dan kota-kota terbesar Swiss ada di wilayah ini. Pada tahun 2006 dan 2007, Zurich — kota terbesar di Swiss — dinobatkan sebagai kota yang memiliki kualitas hidup terbaik di dunia.
Islam Masuk ke Swiss
Masuknya Islam ke Swiss dimulai saat para pelaut Muslim dari Andalusia (Spanyol) membangun sebuah negeri di Prancis Selatan. Kemudian para pelaut Muslim itu menaklukkan negeri-negeri di sana menuju ke arah utara, sehingga pada tahun 939 M/321 H sampailah mereka ke wilayah St Gallen di Swiss.
Lalu, mereka memindahkan armadanya ke sana dengan tujuan untuk mengamankan Andalusia. Salah satu caranya dengan membangun berbagai menara pengintai dibeberapa tempat di pegunungan Alpen. Bahkan sebagian wilayah pegunungan Alpen ini akhirnya dikuasai oleh pasukan Islam, sehingga memudahkan mereka untuk masuk ke wilayah itu dari arah laut.
Raja Teutons yang menguasai Jerman saat itu pernah mengirimkan utusannya kepada raja Abdurrahman an-Nasir pemimpin kerajaan Islam Andalusia untuk membicarakan keberadaan tentara Islam di wilayah St Gallen. Setelah dinasti Islam di Andalusia runtuh, sebagian umat Islam di sana kembali berhijrah untuk menyelamatkan diri dari penyiksaan tentara Kristen, mereka memasuki wilayah Swiss selatan dan memutuskan untuk menetap di sana. Mereka bergabung dan menyatu dengan penduduk setempat.
Di pertengahan abad ke-14 Hijriah, Swiss kembali menjadi tempat hijrahnya umat Islam. Sebagian kecil umat Islam mengungsi ke sana setelah Perang Dunia II berkecamuk.
Berkat kebaikan akhlak dalam menyebarkan nilai-nilai Islam, beberapa penduduk asli Swiss memeluk agama Islam.
Seorang yang termasuk dalam golongan pertama masuk Islam adalah penyair Swiss Frithjof Schuon, sebelumnya ia menganut sebuah agama di Prancis yang beraliran kependetaan. Karena minatnya yang besar kepada Islam ia memutuskan untuk pindah ke Aljazair dan mengucapkan syahadat di sana.
Setelah mempelajari Islam ia kembali ke Swiss sambil terus mendakwahkan agama barunya itu. Setelah masuk Islam ia dikenal dengan nama as-Shaykh `Isa Nur al-Din Ahmad al-Shadhili al Darquwi al-Alawi al-Maryami. Dari tangan dinginnya ada beberapa warga Swiss yang menyatakan memeluk Islam.
Umat Islam di Swiss terus bertambah jumlahnya disebabkan masuknya imigran-imigran Muslim dari negara lain dan banyak penduduk asli Swiss yang memeluk Islam. Sensus tahun 1951 umat Islam di Swiss hanya berjumlah sekitar 2,000 orang, berkembang menjadi 30 ribu orang di akhir tahun 70-an.
Menurut hasil sensus pada 2009, umat Islam di Swiss mencapai 400 ribu atau 4,26 persen dari total penduduk Swiss. Sementara perempuan di Swiss yang masuk Islam sampai tahun 2009, menurut Monica Nur Sammour-Wust, tokoh Muslimah di sana, jumlahnya sekitar 30 ribu orang.
Kota Basel menjadi kota dengan jumlah umat Islam terbanyak di Swiss. Kaum Muslimin di Swiss sebagian besar adalah imigran dari Arab, Kosovo, Turki, dan Afrika. Sebagian lainnya yaitu para diplomat, pekerja profesional, pegawai di PBB dan pelajar yang sedang menempuh studi. Umat Islam di Swiss membentuk komunitas sendiri-sendiri sesuai etnis dan kewarganeraannya, termasuk warga Indonesia yang menetap di sana.
Ketika Islam mulai berkembang di Swiss, kaum Muslim mendirikan sebuah Islamic Center yang pertama di kota Jenewa. Aktivitas Islamic Center itu sangat sederhana, hanya untuk tempat shalat berjamaah dan menerbitkan majalah Islam berbahasa Arab dan Prancis.
Akan tetapi, semua kegiatan itu tidak berjalan lama, pada akhirnya Islamic Center ini ditutup. Baru pada tahun 1972 berdirilah persatuan Islam pertama yang bertujuan untuk mendirikan masjid pertama di Swiss. perkumpulan itu menetapkan tujuh orang pimpinan sebagai pelaksananya, ketujuh orang tersebut mewakili negara-negara Islam yang berkantor di Jenewa dan sekaligus berperan sebagai penasehat.
Mereka menetapkan peraturan-peraturan dan mendaftarkan organisasi ini secara resmi. Berkat kesungguhan para pimpinannya usaha tersebut berhasil, pemerintah Swiss memberikan izin untuk mendirikan masjid dan Islamic Center-nya. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1973, Raja Faisal—raja Saudi Arabia saat itu—berkunjung ke Swiss dan meletakkan batu pertama untuk mendirikan King Faisal Center yang lokasinya tidak jauh dari kantor PBB.
King Faisal Center mencakup sebuah mesjid yang cukup besar, perpustakaan dan sekolah gratis untuk anak-anak muslim. Kini, telah berdiri berbagai organisasi Islam modern yang tersebar diberbagai kota di Swiss. Salah satunya adalah Gemeinschaft Islamischer Organisationen der Schweiz (GIOS) yang didirikan di Zurich pada tahun 1989.
Langganan:
Postingan (Atom)