Rabu, September 21, 2016

PEMIKIRAN ISLAM - KEKUATAN AL QURAN


Al Quran adalah kitabullah, sebagaimana kitab-kita Allah yang lain yang diturunkan kepada para Nabi a.s.  yang lain, seperti Taurat, Injil, dan Zabur.  Segala sesuatu ciptaan Allah yang ada pasti punya kekuatan, besi, batu, air, bahkan angin sekalipun punya kekuatan yang dahsyat.  

Apalagi kitabullah, yang merupakan firman Allah SWT, pasti punya kekuatan. 

Apa kekuatan kitabullah?   

Dalam Al Quran Allah SWT berfirman kepada Nabi Yahya a.s.:

يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ
12. Hai Yahya, ambillah[899] Al kitab (Taurat) itu dengan kekuatan (sungguh-sungguh). dan Kami berikan kepadanya hikmah[900] selagi ia masih kanak-kanak,
[899] Maksudnya: pelajarilah Taurat itu, amalkan isinya, dan sampaikan kepada umatmu.
[900] Maksudnya: kenabian. atau pemahaman Taurat dan pendalaman agama.

Dalam tafsir Jalalain dikatakan:

"يَا يَحْيَى خُذْ الْكِتَاب" أَيْ : التَّوْرَاة "بِقُوَّةٍ" بِجِدٍّ

Biquwwatin  diartikan bijiddin yang artinya dengan kesungguhan.
  
Dalam Tafsir Ibn Abbas diartikan:

تنوير المقباس - (1 / 319)
{ خُذِ الكتاب }

اعمل بما في الكتاب التوراة { بِقُوَّةٍ } بجد ومواظبة النفس

Beramallah dengan apa yang ada dalam kitab Taurat itu dengan kesungguhan dan disiplin diri.

Dalam Tafsir Ibn Katsir diterangkan:

تفسير ابن كثير / دار طيبة - (5 / 216)
فقال: { يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ } أي: تعلم الكتاب { بِقُوَّةٍ } أي: بجد وحرص واجتهاد

Allah berfirman: Hai yahya, ambillah kitab Taurat dengan kekuatan artinya dengan mempelajari kitab itu, juga diartikan dengan kekuatan adalah dengan kesungguhan, penuh semangat, dan mengerahkan segenap potensi pemikiran.

Dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran dikatakan:

فى ظلال القرآن ـ موافقا للمطبوع - (4 / 2304)
«يا يَحْيى خُذِ الْكِتابَ بِقُوَّةٍ» .. والكتاب هو التوراة كتاب بني إسرائيل من بعد موسى ، وعليه كان يقوم أنبياؤهم يعلمون به ويحكمون. وقد ورث يحيى أباه زكريا ، ونودي ليحمل العبء وينهض بالأمانة في قوة وعزم ، لا يضعف ولا يتهاون ولا يتراجع عن تكاليف الوراثة ..

Al Kitab dalam ayat tersebut adalah Kitab Taurat, kitab Bani Israil setelah Musa a.s., para Nabi mereka mengajarkan dan memutuskan perkara dengannya.  Nabi Yahya a.s. mewarisi Kitab Taurat dari ayahnya Nabi  Zakariya a.s.  Dia diseru untuk memikul tanggung jawab dan bangkit membawa amanah dengan tekad dan kesungguhan, tidak lemah dan mundur dari beban warisan tanggung jawab kenabian…

Kesimpulan: 

Kekuatan Al Quran sebagai kitabullah adalah kekuatan firman Tuhan yang apabila dipelajari dengan sungguh-sungguh dengan mengerahkan segala potensi berfikir untuk memahami isi kandungan ayat serta hukum-hukumnya dan diamalkan untuk menyelesaikan segala problem kehidupan, akan menjadi kekuatan yang luar biasa yang akan menggerakkan manusia berbuat sesuai dengan petunjuk –Nya. 

Sebab bila pemahaman ayat-ayat Allah SWT itu telah masuk ke dalam jiwa dan fikiran manusia yang ada di dalam hati mereka, maka manusia akan terdorong berbuat sesuai dengan pemahamannya.  

Rabu, September 14, 2016

YMN BANGUN MASJID PERTAMA DESA MELUWITING LEMBATA NTT



YMN (Yayasan Masjid Nusantara) melakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Taman Surga Meluwiting di Desa Meluwiting, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ini adalah masjid pertama yang dibangun di desa tersebut. Program pembangunan disambut hangat oleh warga dan pemerintah setempat.

“Saat ini Desa Meluwiting belum memiliki masjid. Masjid yang terdekat berjarak sekitar 5 kilometer. Alhamdulillah YMN mendapat kesempatan untuk membangun masjid di kawasan Timur Indonesia ini. Semoga dengan hadirnya Masjid Taman Surga Meluwiting nanti bisa membantu warga muslim di sini dalam beribadah,” ujar Hamzah Fatdri, Direktur YMN, Selasa (13/9/2016).

Warga Muslim di Pulau Lembata ini memang termasuk golongan minoritas. Hanya 30% dari 125 ribu penduduk di sana yang beragama Islam.

“Di sini maysarakatnya termasuk memiliki toleransi tinggi. Sehari-hari aktivitas warga bekerja sebagai petani, sehingga perekonomiannya masih tergolong rendah. Faktor ini juga yang menjadi salah satu alasan belum adanya bangunan masjid,” kata dia..

Saat ini YMN pun sedang dalam proses pembangunan masjid di Aceh, Cisompet (Garut) dan Palu. YMN juga telah membangun 40 masjid yang tersebar di berbagai daerah di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi dan NTT. Selain pembangunan masjid, YMN juga telah memberikan bantuan renovasi dan juga sarana seperti karpet, mukena dan soundsystem.

Melalui program-programnya, YMN berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan masjid yang dengannya dapat menginisiasi hadirnya peradaban Islam.

Selasa, September 13, 2016

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1437 HIJIRIYAH

www.ende-islam.co.id 

Mengucapkan:

Kepada masyarakat Muslim Kota/Kabupaten Ende NTT

تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال

Taqabbalaallahu minnaa wa minkum shaalihal a’maal


Semoga Allah menerima amalan-amalan shalih kita semua


Selamat Hari Raya Idul Adha 1437H/ 2016M



Kamis, September 08, 2016

SEKILAS TENTANG MASJID NUR HASANAH

Masjid Nur Hasanah ini mulanya adalah sebuah rumah tinggal berukuran 5×7 meter milik Bapak. (Alm) Muhamad Umar Boto dan Ibu Hadijah Umar Boto dan seorang anak laki-laki bernama Rahmat M. Boto, yang didirikan pada tanggal 02 Februari 1982.

Dari rumah sederhana ini, keluarga pemiliknya secara ikhlas dan rela mewakafkan sebidang tanah beserta rumah tersebut untuk digunakan sebagai Masjid.

Pada mulanya masih bernama Mushalla Nur Hasanah, hingga pada tahun 1982 berganti nama menjadi Masjid Nur Hasanah. Sejak pergantian nama dan aktifitas tersebut, pemilik rumah menyerahkan sertifikat tanah dan akte hibah pada Kantor Departemen Agama Kabupaten Ende.

Aktifitas pada saat itu hanya untuk shalat 5 waktu. Sesekali diadakan pula kegiatan shalat sunat taraweh dan safari ramadhan oleh umat Islam pengunjung masjid. Seiring waktu, berkembang pula aktifitas lain yakni Idul Qurban sebanyak 2 kali serta Pengajian ibu-ibu yasinan setiap jumat yang diketuai oleh Ibu Ilip.

Kemudian pada tahun 1992, atas bantuan Bapak H. Abdullah (CV. Gua Hira) sebesar Rp.1 juta ,membantu merenovasi tembok dan bangunan masjid menjadi permanen dengan ukuran halaman 20,50 x 13,00 meter dan bangunan 7,15 x 7,00 meter.

Setelah berpulangnya kedua mendiang ke Rahmatullah, praktris tidak ada lagi aktifitas lain kecuali shalat 5 waktu yang sesekali diisi oleh jamaah yang tinggal disekitar Masjid.

Pada tahun 2010, pernah pula mendapat perhatian kelompok kecil pengajian pemuda bernama Idzaja dengan melakukan pengecatan kembali seluruh bangunan dan pagar masjid dan membuat WC .

Pada bulan Mei 2015, beberapa pemuda yang peduli kembali mencetuskan untuk membangkitkan kembali aktifitas Masjid ini dengan mendirikan TPA/TPQ Nur Hasanah ditambah aktifitas Taraweh dan Tadarrus di bulan Ramadhan.

Hingga akhirnya pada tanggal 27 Ramadhan1436 Hijriyah atau Selasa, 14 Juli 2015 Masehi , atas inisiatif jamaah, imam masjid dan beberapa pihak yang peduli dengan keberlangsungan Masjid ini membentuk kembali Ta’mir Masjid yang kemudian disempurnakan namanya menjadi Badan Kemakmuran Masjid/BKM Nur Hasanah.

PERSIAPKAN BEKAL TERBAIK UNTUK AKHIRAT


“Di antara mereka ada yang berdoa, 'Yaa Tuhan kami, anugerahilah kami kebaikan (hasanah) di dunia dan akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka',” (Qs Al-Baqarah [2]: 201)

Siapa yang tak kenal dengan doa di atas? Doa yang sering dibaca oleh anak-anak dan rutin didengungkan sesudah shalat. Doa ini kerap disebut doa "sapujagad". Doa yang langsung diabadikan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 201 di atas.
Secara ringkas, doa orang-orang beriman (sebagai permohonan mereka) kepada Allah itu sangat sederhana namun berdampak luar biasa, yakni mereka memohon kebaikan (hasanah) tak hanya di dunia, namun juga di akhirat.

Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah, wafil aakhirati hasanah, waqinaa ‘adzaa bannaar, demikian bunyi dari doa yang urutannya persis setelah perintah untuk menyempurnakan haji (hanya) karena Allah Swt, bukan selain-Nya, Allah sandingkan pula dengan ayat tentang beberapa larangan haji.

Selain karena perintah Allah Swt untuk menyempurnakan niat haji dan umrah hanya karena Allah Swt (bukan selain Allah), ada tiga larangan yang tidak boleh dilakukan selama berhaji (pada surah al-Baqarah ayat 197), yakni rafats (tidak bersetubuh atau bercumbu rayu), tidak berbuat fasiq (maksiat kepada Allah atau melukai seseorang/ makhluk lainnya), juga tidak jidal (berdebat dengan orang lain yang memungkinkan terjadinya perselisihan).

Dua ayat sebelum doa sapujagad ini mengisyaratkan bahwa perintah berhaji dan umrah yang ditegaskan hanya untuk Allah Swt bukan tanpa alasan. Peringatan ini Allah tegaskan karena di zaman Jahiliyah, ada sebagian orang yang berhaji untuk sesembahan (berhala), bahkan tawaf dengan tanpa busana, karena mereka menilai bahwa baju yang mereka kenakan telah banyak dosa sehingga tak layak untuk menghadap-Nya, padahal cara ini sama sekali tidak disyariatkan oleh Nabi yang pertama kali melaksanakan haji, yakni Nabi Ibrahim as, demikian tulis Prof Muhammad Quraish Shihab dalam Al-Mishbah.

Setelahnya, tiga larangan yang tidak boleh dilakukan saat berhaji, seperti yang tertulis di atas, adalah bentuk "cobaan" Allah untuk orang-orang yang sedang berhaji apakah mereka mampu menahan diri, atau justru gagal menyandang predikat Haji. Karenanya, di akhir surah Al-Baqarah ayat 197 inilah Allah menutupnya dengan "berbekallah".

Bekal yang dimaksud di sini terdiri atas dua jenis. Pertama, bekal materi, sehingga masing-masing calon haji yakin akan kemampuan perbekalan mereka selama berhaji, sehingga tidak menyulitkan jamaah lain dengan meminta-minta (mengemis). sedangkan bekal kedua adalah bekal mental, yakni persiapan fisik (kesehatan), persiapan ilmu pengetahuan, serta yang jauh lebih penting, adalah kemantapan jiwa dalam menghadap Allah Swt.

Satu pesan yang sangat penting dalam akhir ayat ini adalah "sesungguhnya, sebaik-baiknya bekal adalah taqwa," yaitu upaya diri untuk menghindari siksa dan sanksi Allah, baik di dunia akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah maupun siksa Allah di akhirat kelak akibat pelanggaran hukum-hukum Allah yang ditetapkan-Nya dalam syariat.

Oleh sebab itu, kesesuaian ayat dengan ayat di dalam Alquran (munasabah), sangatlah berkaitan dalam surah Al-Baqarah 196 dan 197 ditutup dengan doa sapujagad di ayat 201, sebab orang-orang yang beriman dan meraih predikat haji yang diterima, mereka senantiasa meluruskan niat bahwa haji yang mereka lakukan hanya untuk Allah, bukan semata-mata untuk bisa dipanggil "Pak Haji" atau "Bu Hajjah", melainkan lebih dari itu: mereka ingin kebaikan yang tak hanya di dunia, namun juga kebaikan yang kelak akan mereka terima di akhirat nanti.

Mari persiapkan bekal terbaik kita: bekal yang tak hanya berbuah manis di dunia, namun juga di akhirat nanti.