Senin, November 23, 2009

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1430 HIJRIYAH




“ SELAMAT HARI RAYA ‘IDUL ADHA 1430 HIJRIYAH “

UNTUK SEGENAP KAUM MUSLIMIN KABUPATEN ENDE NTT

----------------------------------------------
http://ende-islam.co.id

Senin, November 16, 2009

RISALAH HATI

Setiap anggota badan manusia diperuntukkan untuk tugas yang khusus. Adapun tanda sakitnya ialah ketidakmampuannya melaksanakan tugas itu, atau tugas itu bisa dilaksanakan dalam keadaan kacau. Tangan yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya memegang. Mata yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melihat. Demikian pula hati yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melaksanakan tugas khusus yang karenanya ia diciptakan, yaitu ilmu, hikmah, ma'rifat, mencintai Allah dan beribadah kepada-Nya serta mementingkan semua ini daripada setiap bisikan nafsu.
Demikianlah sebagaimana halnya anggota badan lainnya, hati terbagi atas hati yang sehat, hati yang mati dan hati yang sakit. Hati yang sehat yaitu hati yang besih yang seroang pun tidak akan bisa selamat pada hari kimat kecuali jika ia datang kepada Allah dengannya (lihat Asy-Syu'ara' : 88-89). Adapun hati yang mati yakni yang tidak ada kehidupan di dalamnya, tidak mengetahui Tuhannya, tidak menyembah-Nya sesuai dengan perintah yang dicintai dan diridhoi-Nya, selalu menuruti keinginan nafsu dan kelezatan dirinya, meskipun dengan begitu ia akan dimurkai dan dibenci Allah, dan lain-lain yang singkatnya adalah hawa nafsu adalah pemimpinnya, syahwat adalah komandanya, kebodohan adalah sopirnya, kelalaian adalah kendaraannya. Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi cacat. Ia memiliki dua materi yang bertarung antara ketaatan yang membawa kehidupan dan kedurhakaan yang membawa kematian. Ia diuji oleh dua penyeru yakni seruan kepada Allah, Rasul serta hari kiamat dan seruan kepada kenikmatan sesaat.
Lantas bagimanakah tanda-tanda hati yang sehat, mati dan yang sakit itu? Apakah sebab-sebabnya? Bagaimanakah cara mengobati hati yang sakit? Hal ini sangat penting untuk kita ketahui, karena pentingnya masalah hati. Ingatlah bahwa sesungguh di dalam jasad kita ada segumpal darah yang apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad kita dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasad kita, ingatlah bahwa ia (segumpal dari itu) adalah hati. Sesungguhya Allah tidak melihat jasad dan penampilan kita tetapi Allah melihat hati dan amal kita.

Jumat, November 13, 2009

SEPUCUK SURAT DARI AHMAD ISMAIL FERNANDEZ

Jakarta, 14 Juni 2007

Sepatah kata dari penulis

Assalamu’alaikum Warohmatullahi, Wabarokatuh

Manifestasi dari sikap iman yang baik dan benar - dimana dalam konsekuensi sikap iman ini memberikan penegasan kepada segenap umat manusia untuk mengatakan atau berbicara tentang kebenaran walaupun hanya sepatah dua kata, mengingatkan saya bahwa dalam membahas permasalahan seperti ini saya harus ada dalam wilayah bonum publicum.

Ada satu hal yang perlu saya garis bawahi tentang buku ini bahwa buku ini tidak berada dalam kerangka filsafat gnostic tetapi berada dalam kerangka moral umum Kristologi ; dimana Kristologi telah menjadi antropologi yang transendental dan antropologi sudah menjadi kristologi yang tidak sempurna untuk dikaji lagi secara lebih luas dan mendalam .

Sehubungan dengan Kristologi - antropologi yang transendental dan atropologi adalah kristologi yang tidak sempurna, maka yang perlu diperhatikan - berkaitan dengan persoalan ini adalah: Antropology transendental, yakni analisis filosofis – theologies atas manusia. Secara filosofis, manusia adalah keterbukaan terhadap ada serta keseluruhan.

Dalam keadaan yang kongkret, Dia sudah selalu sedang menunjukan dirinya dengan berusaha mengaktualisasikan dirinya, melampaui dirinya didunia, dan terarah kepada Allah. Mengapa ? Karena manusia itu tidak pernah ada disana atau ada begitu saja atau ada secara kebetulan. Dia adalah potentia oboedientialis, yakni potensi dari dalam bentuk terbuka, terarah dan mendengarkan firman Allah. Potensi ini identik dengan eksistensinya. Secara teologis, manusia adalah makluk yang diciptakan oleh Allah dengan akhibat bahwa dia ditentukan untuk mencari dan menanggapi Allah yang mengkomunikasikan atau mewahyukan diriNya sendiri secara penuh kedalam sejarah manusia.

Sebab eksistensi merupakan bagian ontologis kodrat manusia, sesuatu yang ada disana dan tentangnya kita semua tidak punya pilihan seperti kesejarahaan, ketergantungan, ada didunia, dan lain lain. Eksitensiel (eksistensi ?) menunjuk pada aktualisasi dari sesuatu yang sudah ada disana. Eksistensi manusia yang hakiki itu selalu ditetapkan atau di konstitusikan secara historis dan dengan demikian selalu berada dalam konfrontasi atau berhadapan dengan agama apapun baik sebagai rahmat maupun sebagai warta yang historis. Mustahil manusia memahami dirinya sendiri tanpa kaitan dengan pengalaman historis.

Pemahaman diri ini sebenarnya menunjukan bahwa dia adalah mahluk yang transenden, ‘terbuka’ dan ‘terarah’ pada ‘ada secara keseluruhan’. Keterarahan ini bersifat hakiki dan membuatnya ‘menjadi pribadi’. Dalam konteks ini, Islam dan Kristen memiliki persamaan.

Berdasarkan analisis filosofis-theologis tersebut kita dapat melihat bahwa hakekat manusia sebagai “roh yang berada didunia sekaligus sang pendengar atau penanti sabda”. Dalam konteks ini manusia dipahami sebagai mahluk yang – dalam setiap realisasi eksistensinya seperti aktivitas mengetahui dan bertindak bebas – sudah senantiasa mencari, merindukan, membutuhkan penyelamat dalam sejarah. Situasi eksistensial umat

manusia adalah berada dalam keadaan menanti atau mengantisipasi penyelamat mutlak.

Persoalan kristologi seperti ini timbul karena tiga faktor yaitu : 1. Pluralisme keyakinan, 2. kesadaran akan sejarah dan 3. konsep atau bahasa teologis yang kaku. Pertama : Pluralisme keyakinan. Hal ini berkaitan dengan kesadaran manusia modern akan dirinya sendiri sebagai subyek yang otonom, bebas dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dalam suasana itu, akal budi merupakan tolak ukur dan pengadilan tertinggi untuk menerima atau menolak apa yang diterima manusia baik dari segi tradisi maupun dari sejarah masyarakatnya. Kesanggupan akal budi dalam memecahkan masalah kehidupan dijunjung tinggi. Kesadaran yang demikian membuat agama dilihat sebagai hambatan bagi kebebasan individu dan tidak lagi menjadi satu satunya jaminan atau jawaban atas persoalan persoalan hidupnya.

Kedua : Kesadaran akan sejarah. Hal ini akan menyata dalam pendapat bahwa sesuatu yang historis tidaklah bersifat mutlak atau abadi. Waktu kini dilihat sebagai sesuatu yang langka, tak terulangi dan bergerak terus. Maka, peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam waktu yang bersifat kontingen, tidak niscaya dan karena itu, tidak perlu selalu menentukan hidup saya. Saya misalnya, dapat mengetahui peristiwa historis Yesus Kristus, namun tidak berarti bahwa peristiwa itu menyangkut makna terdalam dari seluruh kehidupan saya. Dalam suasana seperti itu, peristiwa historis Yesus tidak lebih dari mitology.

Ketiga : Konsep konsep Teologis yang kaku. Hampir semua orang kristiani menerima begitu saja rumusan rumusan iman yang diajarkan oleh katekismus resmi gereja, tanpa mengerti maksud dan maknanya. Kenyataan ini menimbulkan keterpisahan atau keterpecahan antara rumusan - rumusan iman resmi gereja dengan pengalaman kongkret sehari hari.

Dalam kebagusan konsep ini muncul pertanyaan serius : Manakah struktur dasar eksistensi manusia yang memungkinkan dia mendengar, menanggapi dan mengakui sabda Allah itu didunia atau sejarah ? Nec ridere Nec flere, Nec laudara sed intelligere !!

Mungkin terlalu filosofis pertanyaan dasariah ini. kan tetapi sudah seharusnya pertanyaan diatas ini dipersoalkan. sebab sublimasi kasus dan pertanyaan dasariah ini berada dalam etik filsafat dan etik teologis.

Memang Filsafat dan teologi berbeda. Tetapi tidak berarti bahwa kedua aspek ini tidak berhubungan satu sama lain. Filsafat menjadi teologi fundamental dimana kita merefleksikan perihal eksistensi keimanan kita dan pendasaran-pendasarannya. Maka, kesatuan filsafat dan teologi bermaksud menunjukan : pertama – eksistensi sebagai pertanyaan universal ; kedua – keterkaitan antara dimensi transendental dan histories didalam diri manusia yang memungkinkan penerimaannya akan Hidayah dari Allah SWT.

Transendental disini menunjuk pada dua hal yakni : filsafat transendental dan filsafat mengenai transendensi diri. Yang dimaksud dengan filsafat transendental adalah filsafat yang menyelidiki kondisi kondisi kemungkinan suatu tindakan pemahaman dan

pengetahuan. Kondisi kondisi tersebut merupakan struktur yang niscaya dan tak terhindarkan dari subyek yang mengetahui. Obyek obyek pengalamannya menjadi mungkin karena ada struktur tersebut.

Yang dimaksud dengan filsafat mengenai transendensi adalah refleksi atas pengalaman transendental yakni pengalaman akan keterbukaan atau transendensi dimana struktur pengalaman menjadi subyek dan karena itu struktur terakhir dari semua obyek pengetahuan kategorial hadir bersama dan dalam identitasnya.

Pengalaman transendensi ini tidak selalu disadari secara tegas. Ada tiga alasan orang mudah mengabaikan pengalaman transendental (transendensi) dirinya : yaitu kebanalan dan kenaifan ( tidak usah merefleksikannya karena lebih masuk akal untuk tidak memusingkan diri), kekecutan atau ketidak sanggupan lantaran mengelak untuk menghadapi pertanyaan pertanyaan terakhir, dan keterlibatan tanpa harapan diwilayah kategorial manusia yang mencapai puncaknya dalam pengakuan bahwa semua itu tidak bermakna.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa salah satu ciri utama dari kebudayaan modern ialah menjadi sentral kedudukan manusia ditengah tengah kosmos ini. Dengan kemampuan berefleksi secara kristis manusia kini menjadi subyek yang dapat menguasai alam, subyek yang menentukan perkembangan sejarah, tetapi terutama juga subyek moral yang otonom dan bebas. Akal budi menjadi tolak ukur yang menetukan apa yang baik dan buruk, apa yang sebaiknya dikerjakan atau sebaliknya diabaikan. Segala macam otoritas diluar dirinya dipertanyakan dan diuji juga secara kritis oleh akal budi manusia sebagai subyek. Dihadapan tahta pengadilan akal budi ini, otoritas lama yaitu gereja gugur.

Tetapi tidak hanya itu. Pemahaman diri secara baru sebagai pusat kosmos, sebagai subyek yang menentukan sejarah dan subyek moral yang otonom pada prinsipnya menolak segala macam perintah, aturan, yang berasal dari instansi asing diluar dirinya sendiri. Termasuk dalam instansi asing itu akhirnya Allah SWT sendiri yang selama ini dipandang sebagai instansi asing tertinggi. Pendek kata ; “dengan modernitas , kebenaran wahyu diuji dihadapan rasionalitas, legitimasi kekuasaan dipersoalkan melalui kritik, dan

kesahihan tradisi dipertanyakan berdasarkan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Sehubungan dengan semua persoalan diatas, maka materi perbandingan teologis dua agama yang berbeda ini hanya bersifat pemaparan data dengan sedikit analisis. Dalam kesempatan ini saya memaparkan beberapa rumusan tentang konsep dogma Gereja Kristen / Katolik dan pertentangan-pertentangannya, Keotentikan Kitab Suci, sumber teologi gereja, dan misteri penyaliban Yesus, tentunya disertai defenisi apa itu Kristen dan apa itu Katolik.

Demikian juga halnya dengan pembahasan tentang Islam. Pembahasan tentang Islam juga hanya dari beberapa aspek saja yaitu : Defenisi Islam, sumber teologi Islam, sejarah turunnya Al-Qur’an, pengumpulan naskah Al-Qur’an dan sedikit tentang riwayat hidup Muhammad SAW.

Saya berharap, semoga buku ini bermanfaat buat pencari-pencari kebenaran dan saya berdoa semoga Allah SWT menunjukan jalan yang benar dan lurus untuk kita semua. Amen.

DEDIKASI

Puji serta syukur atas segala ni’mat kasih dan karunia dari Allah SWT yang telah memberikan aku suatu ‘diri’ yang baru untuk kehidupan ‘yang lebih baru’ dalam menapaki sebuah determinasiatas atas kehidupan lain sesudah kematian ragawi, sebagaimana halnya dengan janji-Nya dalam kebajikan teologis, terutama dalam nilai eskatologis dalam Surah-surah yang diturunkan di Mekkah, yaitu janji selamat untuk penganut – penganutNya dan celaka untuk penentang- penentang Nya.

Ungkapan terimakasih yang sedalam dalamnya saya tujukan kepada bang S.M.Amien Kelly (Karni) dan keluarga, Bapa H. Nuzly Arismal dan Keluarga, Dr Fuad Bawazier dan keluarga, Bp Adi Sasono dan keluarga, KH Syuhada Bahri Lc, KH Kholil Ridwan Lc, bang Zunaidy T Sutan Nurdin dan keluarga, bang Amlir Syaifa Yasin, Mas Adi Sulthani M.A, Dr Rifyal Ka’bah. M.A., KH Maryadi M.Kewang, KH Abdul Rozak, KH Wahid Alwi Lc,Bang Tamsil Linrung dan keluarga, Bang dr Hariman Siregar, Ir Zainal Muhamad Saleh Mekotonda dan keluarga, Bp Joharudin Husein, sdr Suhendrawan dan keluarga, Yusuf Fajar dan keluarga singkatnya keluarga besar Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan semua pihak yang begitu rela dan ikhlas membantu saya dalam

mengenal diriku kembali.

Kiranya Kasih karunia Allah SWT selalu menuntun dan mengayomi langkah kita semua didalam mencari hadirat-Nya, dan semoga amal baiknya mendapat pahala yang berlipat ganda. Amien.

Selasa, November 10, 2009

JAMAAH HAJI KABUPATEN ENDE 1430 HIJRIYAH

Bupati Wangge dalam sambutannya, mengatakan jumlah calon haji asal Ende tahun ini mengalami penurunan. Hal itu akibat minimnya jatah calon haji asal Kabupaten Ende. Diharapkan tahun mendatang jatah haji asal Ende bisa diperbanyak agar memberikan kesempatan yang lebih besar bagi warga yang ingin menuaikan ibadah haji.

"Saya berharap dalam rapat koordinasi mengenai haji tahun mendatang bupati juga bisa diundang untuk hadir sehingga bisa memberikan data riil mengenai calon jemaah haji asal Kabupaten Ende. Sekarang jumlah haji asal Kabupaten Ende tahun 2009 merupakan yang terkecil, " kata Bupati Wangge.

Kepada para calon haji asal Ende, Bupati Wangge meminta agar menjalankan ibadah haji dengan sebaik-baiknya.

Kepala Kantor Departemen Agama (Kandepag) Ende, Sarman Marselinus, pada kesempatan itu mengharapkan jemaah haji asal Ende menjaga kondisi kesehatan dengan baik sehingga bisa menjalankan ibadah haji dengan baik.

Jemaah haji asal Ende akan diantar petugas dari Depertemen Agama Kabupaten Ende sampai ke asrama Haji Sukolilo-Surabaya. Rombongan jemaah haji asal kabupaten ini dipimpin, M Husni dan akan diberangkatkan ke Surabaya 4 November 2009 melalui Kupang, dan akan diberangatkan melalui kolompok terbang (kloter) embarkasi Juanda- Surabaya pada 7 November 2009.

Rabu, November 04, 2009

JEJAK ISLAM : SEJARAH ISLAM MASUK KE NTT

Penyebar agama Islam pada awal masuknya Islam pertama di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah para pedagang dan ulama yang telah dimulai pada abad ke 15 di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur.

Penyebaran agama Islam ini pertama dilakukan seorang ulama pedagang dari Pelembang yang bernama Syahbudin bin Salman Al Faris yang kemudian dikenal dengan sebutan Sultan Menanga, kata peneliti dan penulis buku tentang sejarah Islam di NTT, Munandjar Widiyatmika di Kupang, Selasa [08/09].

“Dari sumber-sumber sejarah yang berhasil saya himpun, agama Islam masuk pertama kali di pulau Solor di Menanga pada abat ke-15 kemudian ke Ende dan Alor,” katanya dalam suatu wawancara terkait masuknya agama Islam pertama di NTT.

Menurut dia, Solor menjadi daerah pertama penyebaran agama Islam di NTT karena letaknya strategis dengan bandar-bandar penting di Pamakayo, Lohayong, Menanga dan Labala, sangat penting bagi kapal yang menunggu angin untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Timor dan Maluku, demikian pula di Ende dan Alor.

“Masuknya agama Islam ini dibawa oleh pedagang sehingga sangat wajar kalau penyebarannya dilakukan mulai di sekitar bandar-bandar startegis yang banyak dikunjungi para pedagang Islam dari luar, dan Solor adalah daerah peristirahatan sebelum ke pusat penghasil cendana di Pulau Timor,” katanya.

Bahkan Portugis sendiri membangun benteng di Pulau Solor karena Solor merupakan daerah yang paling tepat untuk berisiraharat sambil menunggu angin baik untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Timor.

Mengenai pola pendekatan, dia menambahkan, perintis penyebar agama Islam di NTT asal Palembang ini menggunakan pendekatan kekeluargaan dan memegang tokoh-tokoh kunci daerah setempat.

Di Solor misalnya, penyebar agama ini kawin dengan seorang puteri raja Sangaji Dasi dan menjadi orang pertama yang memeluk agama Islam di NTT dan kemudian diikuti anggota keluarganya.

Artinya, berkat pengaruh Sangaji Dasi, keluarga dan pengikutnya dengan mudah diajak menjadi pemeluk agama Islam, kata Sosilog yang juga mantan staf pengajar pada Universitas Nusa Cendana Kupang ini.

Bahkan untuk kepentingan pengembangan agama Islam di Solor, Sultan Menanga kemudian ditempatkan di perbatasan antara kerajaan Lamakera dan Lohayong dan berhasil membangun kampung muslim pertama di Menanga.

Agama Islam kemudian tersebar ke daerah lain seperti Alor, dan seluruh Flores, Timor dan Sumba.

Menurut dia, sejak masuknya agama Islam di NTT sampai abat ke-16, para perintis belum tergerak mewujudkan lembaga sosial keagamaan Islam dan lembaga pendidikan Islam sebagai penunjang penyebaran agama Islam.

Hal ini berbeda dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa yang tidak saja ditunjang para wali dan ulama tetapi juga sistem pendidikan di Pondok Pesantren, katanya.