Selasa, September 22, 2015

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1436 HIJRIYAH

www.ende-islam.co.id
Mengucapkan:

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 10 DZULHIJAH 1436H

Bagi segenap umat Islam Kabupaten Ende - NTT



Kamis, September 17, 2015

MARI KITA SHALAT ISTISQA

Sebagian besar wilayah Indonesia dilanda musim kemarau panjang dan kekeringan sehingga berakibat kekurangan air bersih. Banyak sumur masyarakat yang mulai kering. Lahan pertanian dan perkebunan mengalami gagal panen. Akibat suhu panas, banyak hutan terbakar sehingga berdampak kabut asap yang mengganggu aktivitas kehidupan. Dengan kata lain, kita semua sangat mengharapkan turunnya hujan lebat.

Aisyah RA menuturkan bahwa masyarakat Madinah pernah mengeluhkan musim paceklik dan kemarau panjang kepada Rasulullah SAW. Beliau lalu memerintahkan untuk menyiapkan mimbar di tempat shalat dan menjanjikan untuk bersama-sama melaksanakan shalat Istisqa pada suatu hari.

Lalu Rasulullah keluar dari rumah menuju tempat shalat di tanah lapang ketika matahari sudah mulai terik (waktu Dhuha), lalu naik mimbar. Beliau memulai khutbahnya dengan bertakbir lalu memuji Allah. Dalam khutbahnya Rasulullah berkata, "Kalian semua mengeluhkan kekeringan, kesulitan air di rumah-rumah kalian, terlambatnya turun hujan. Padahal, Allah SWT telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya, dan Dia telah menjanjikan untuk mengabulkan doa kalian.

Beliau kemudian berdoa, "Alhamdu lillahi Rabbi al-'Alamin ar-Rahman ar-Rahim. Maliki yaumi ad-din. La ila illa Allah…" (Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tiada tuhan selain Engkau. Engkau Mahakaya, sedangkan kami sangat fakir. Turunkanlah hujan dan jadikanlah apa yang engkau turunkan itu sebagai kekuatan dan penyambung kehidupan hingga masa tertentu."

Rasul kemudian tetap mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi hingga terlihat bulu ketiaknya yang berwarna putih, lalu beliau berpaling membelakangi para sahabat (menghadap kiblat) dan mengubah sarung selendangnya sambil menengadahkan kedua tangannya. Beliau kembali menghadap kepada para sahabat, lalu turun dari mimbar kemudian shalat dua rakaat.

Tidak lama setelah itu, Allah membuat langit menjadi mendung, berawan tebal, bergemuruh suara guntur, dan berkilatan petir, lalu turun hujan lebat sehingga menggenangi masjid. Beliau tidak ke masjid sampai air surut. Ketika melihat para sahabat bergegas pulang ke rumah masing-masing, beliau tertawa sehingga terlihat gigi gerahamnya." (HR Abu Daud).

Ketika terjadi Perang Tabuk, perang antara Rasulullah SAW bersama pasukannya melawan pasukan Bizantium, para sahabat tidak hanya menghadapi krisis logistik, tetapi juga mengalami krisis air. Mereka mengadu kepada Rasulullah, lalu beliau mengajak sebagian pasukan untuk melaksanakan shalat Istisqa. Tidak lama kemudian, turunlah hujan lebat. Para pasukan Muslim dapat menghimpun perbekalan air untuk keperluan mereka dan binatang yang dijadikan kendaraannya (kuda dan unta).

Shalat Istisqa merupakan salah satu solusi jitu untuk mengatasi kekeringan, kesulitan air, kebakaran hutan, krisis pangan, dan krisis pencemaran udara karena banyak debu dan asap akibat kebakaran hutan. Shalat Istisqa itu sarat dengan nasihat spiritual bagi kita semua bahwa tobat, beristighfar, shalat, dan berdoa kepada Allah merupakan amalan yang tidak pernah sia-sia, jika kita menyadari keterbatasan dan kefakiran diri kita di hadapan Allah.

Melalui shalat Istisqa, kita dididik untuk semakin percaya bahwa Allah itu Mahakaya, Mahakuasa, Maha Pengasih dan Penyayang yang memedulikan kesulitan hidup hamba-Nya. Kalau bukan kepada Allah, lantas kepada siapa lagi kita mengadu dan memohon pertolongan?  Melalui shalat Istisqa kita diajak untuk mengingat Allah dan menyakini bahwa Allah itu pasti menolong apa yang sedang dikeluhkan oleh hamba-Nya.

Karena itu, umat perlu digerakkan untuk melaksanakan shalat Istisqa karena berulang kali Rasulullah memberi contoh shalat Istisqa dan terbukti tidak lama setelah itu (atau bahkan saat sedang shalat) hujan turun lebat. Ayo kita shalat Istisqa!

Senin, September 07, 2015

JADIKAN SABAR SEBAGAI POKOK SETIAP AMAL

Sifat sabar. Inilah sifat yang harus menjadi perhiasan bagi setiap jamaah haji. Kesabaran tak hanya dituntut pada saat puncak pelaksanaan haji, tetapi dalam seluruh proses haji. Mulai dari pendaftaran, keberangkatan, ketika berada di Tanah suci, hingga kembali ke Tanah Air.

Berdasarkan pengalaman, biasanya ujian kesabaran muncul akibat ketidaksesuaian antara rencana dan realitas, antara harapan dan kenyataan. Hal itu mulai terasa sejak keberangkatan dari daerah asal ke asrama haji lalu ke bandara.

Kesabaran jamaah haji diuji melalui kemacetan lalu lintas menuju asrama, pemeriksaan dokumen yang memakan waktu relatif lama, menunggu pesawat berjam-jam, mencari koper di tengah ratusan koper jemaah lain yang sama bentuk, ukuran, dan warna.

Ujian kesabaran pun kerap muncul di Tanah Suci, baik Makkah maupun Madinah. Kondisi penginapan juga bisa membuat jengkel. Memiliki empat lantai, tapi tak dilengkapi lift, toilet yang mampet, atau tempat tidur yang tak nyaman.

Begitu pula dengan makanan yang terkadang datang terlambat, sudah basi, atau tak sesuai dengan selera. Dan, puncak ujian kesabaran muncul pada puncak pelaksanaan ibadah haji.

Selain meninggalkan segala larangan ketika berihram, para jamaah pun tak diperkenankan rafats dan jidal. Setiap musim haji, jutaan orang dari seluruh dunia berkumpul di tempat yang sama dengan tujuan yang sama pula.

Jalanan macet, kendaraan terjebak berjam-jam sehingga terlambat tiba di tujuan. Di Arafah dan Mina, jamaah harus sabar mengantre makanan dan buang hajat.
Jika tak menghiasi diri dengan kesabaran, semua itu berpotensi membuat jamaah tak henti berkeluh kesah, stres, serta mudah tersinggung dan marah. Celakanya lagi, nilai ibadah bisa rusak. Bahkan, ibadah haji yang telah dilaksanakan bisa tertolak (batal).
Oleh karena itu, di dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk meminta pertolongan kepada-Nya dengan sabar. “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat ....” (QS al-Baqarah [2]: 45).

Kesabaran adalah pokok dari setiap amal. Bila kesabarannya hilang, amal akan rusak. Ali bin Abi Thalib berkata, “Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang, keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Jika kesabaran hilang, seluruh permasalahan akan rusak.''

Agar kita dapat menghiasi diri dengan sabar saat melaksanakan prosesi haji, hal yang harus dilakukan jamaah adalah senantiasa melatih diri dan bermujahadah (usaha maksimal) untuk selalu bersabar. Sabar merupakan akhlak yang bisa diperoleh dengan dua hal itu.
Selanjutnya, jamaah harus senantiasa berzikir. Zikir akan menumbuhkan ketenangan hati sehingga jamaah bisa menyikapi berbagai hal yang dihadapinya dengan kepala dingin. Selain itu, hendaknya jamaah meyakini takdir Allah, baik yang sesuai dengan keinginannya maupun tidak.

Takdir itu akan terus berlangsung dan itulah keputusan yang adil buat jamaah, sabar ataupun tidak. Jika jamaah bersabar, Allah SWT menjanjikan pahala dan kebaikan. Itulah yang akan menumbuhkan kekuatan pada diri jamaah. “Dalam kesabaran terhadap perkara yang tidak disukai itu banyak kebaikannya.” (HR Tirmidzi).

Satu hal yang tak kalah penting, hendaknya jamaah haji mencari informasi tentang berbagai kemungkinan yang bisa terjadi dalam pelaksanaan ibadah haji sejak dari berangkatan, ketika berada di Tanah suci, hingga kepulangan ke Tanah Air.
Dengan demikian, jamaah haji tak akan kaget ketika kemungkinan itu menjadi kenyataan dan bisa menyikapinya dengan sabar. Wallahualam.