Rabu, Maret 30, 2016

JADILAH PELOPOR KEBAIKAN

"Barangsiapa melakukan perbuatan baik dalam Islam, maka dia mendapat pahala perbuatannya dan pahala orang yang ikut melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang melakukan perbuatan buruk dalam Islam, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya dan dosa orang yang ikut melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun" (HR Muslim)
Rasulullah SAW mengungkapkan hadis ini tatkala beliau melihat seorang lelaki Anshar membawa bungkusan. Karena beratnya bungkusan tersebut, telapak tangannya hampir-hampir tidak mampu membawanya.

Ia sedekahkan bungkusan itu kepada orang-orang Bani Mudlar yang saat itu datang ke Madinah dalam kondisi memprihatinkan. Tindakan tersebut kemudian diikuti penduduk Madinah lainnya. Mereka berduyun-duyun memberikan sebagian hartanya, sehingga tampak satu tumpuk makanan dan satu tumpuk pakaian. Demikian dikisahkan oleh Abu Amr, Jarir bin Abdillah.

Walau berkaitan dengan menginfaqkan harta, hadis tersebut hakikatnya mencakup semua perbuatan, apapun itu, baik atau buruk. Tema utama hadis tersebut adalah kepeloporan. Kepeloporan bisa membawa berdampak serius bagi diri dan orang lain. Ia tidak hanya akan mendapatkan balasan untuk dirinya sendiri, tetapi juga akan mendapatkan balasan dariorang lain yang mengikuti tindakannya.
Seorang Muslim sangat dianjurkan mampu mempelopori perbuatan baik. Perbuatan yang dimaksud bisa berupa sunnah Rasul yang mulai ditinggalkan umat. Bisa juga berupa inovasi baru sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah Islam.

Kepeloporan harus dilandasi keikhlasan dan dimulai dari diri sendiri. Rasulullah SAW dan para sahabat adalah pelopor dalam kebiakan. Berbagai sunnah hasanah (tradisi yang baik) yang ada sekarang ini, dimulai oleh mereka. Mereka pun memulai sunnah itu dari diri mereka sendiri.
Umar bin Khathab mencontohkan hal tersebut saat beliau menjadi khalifah. Diriwayatkan bahwa beliau kerap mengajak keluarganya hidup sederhana. Kadang ia merenggut dari tangan mereka, bahkan dari mulut mereka makanan yang segar.

Bumi rasanya bergoyang dan langit bergolak, ketika ia tahu bahwa salah seorang dari keluarganya menghendaki keistimewaan. Apabila memberlakukan suatu undang-undang atau melarang suatu perkara, ia terlebih dulu mengumpulkan keluarganya dan berkata, "Sesungguhnya aku telah melarang orang-orang dari perbuatan begini dan begini karena masyarakat melihat kepada kalian seperti burung melihat daging; jika kalian terjerumus, mereka pun akan terjerumus; dan jika kalian takut, mereka pun akan takut. Demi Allah, tidaklah aku mendengar seorang pun dari kalian yang melanggar laranganku terthadap masyarakat, melainkan kulipatgandakan siksaan baginya karena kedekatannya denganku. Maka barangsiapa menghendaki di antara kalian bolehlah ia maju dan barangsiapa yang menghendaki hendaklah ia mundur".

Memelopori kebaikan adalah keutamaan bagi seorang Muslim. Bahkan semangat yang dimunculkan Islam adalah semangat untuk menjadi yang pertama dalam kebaikan. "Berlomba-lombalah dalam kebaikan," demikian perintah Allah dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 148.

Wallahu a'lam.

Selasa, Maret 22, 2016

MELAHIRKAN GENERASI QURRATA 'AYUN



Siapa diantara kita yang tidak menginginkan buah hati yang saleh dan salehah? Sudah pasti hal itu menjadi dambaan setiap orang tua. Lantas apa kita sebagai orang tua hanya terus-menerus mendamba? jelas saja tidak, butuh usaha dan kesabaran ekstra untuk mendidik dan membimbing anak-anak kita menjadi kebanggaan seperti yang kita harapkan.

Seringkali kita mendengar sebuah doa “rabbanaa hablanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrata ‘ayuun….”. 

Lantas apa sebenarnya makna dari Qurrata ‘AyunQurrata ‘ayun adalah anak keturunan yang mengerjakan kebaikan dan ketaatan, sehingga ia dapat membahagian orang tuanya di dunia dan akhirat. Itu artinya, ketika kita mendamba agar anak keturunan kita mampu menjadi generasi Qurrata ‘Ayun, hal pertama yang harus diperhatikan adalah tentang perkembangan rasa agama dalam dirinya.

Religiusitas atau rasa agama dalam diri anak kita merupakan hasil dari suatu proses yang terus menerus sejak ia dilahirkan hingga kelak saat ia dewasa. Perkembangan religiusitas pada usia anak-anak memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan perkembangan religiusitasnya. Konsep dan nilai agama yang diajarkan secara berkelanjutan akan terinternalisasi ke dalam diri anak, sehingga kelak dapat menjadi dasar penilaian anak terhadap nilai-nilai dari luar yang masuk pada dirinya.

Ada beberapa cara simple yang bisa kita lakukan untuk mendidik anak kita menjadi religious, menjadikannya generasi Qurrata ‘Ayun , diantaranya:

1. Keteladanan dan learning by doing

Kita semua tahu bahwa semua pengetahuan yang dimiliki anak datang dari luar dirinya, terutama dari keluarga dan lingkungan terdekatnya. Oleh karenanya orang tua harus mampu mendidik anak dengan contoh dan keteladanan yang baik. Keteladanan merupakan cara terbaik dalam mendidik anak dan keteladanan yang patut dicontot oleh seluruh umat manusia adalah keteladanan dari Rasulullah SAW.

Selain dengan keteladanan, pendidikan agama juga perlu menekankan pembiasaan perilaku dan pembentukan minat beragama bagi anak, maka dalam hal ini orang tua juga perlu melibatkan anak dengan learning by doing (aplikasi teori dengan praktek yang sesungguhnya). Orangtua hendaknya mulai mengajak, mengajari dan melatih anak agar terbiasa ke masjid, menjalankan sholat, berwudhu, mengajarinya berinfaq di kotak amal, membaca doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan seperti membaca doa hendak bepergian, doa sebelum makan, doa sebelum tidur serta amalan-amalan praktis lainnya.

Dengan mengajak anak untuk mencoba berlatih dalam praktek yang sesungguhnya, maka hal itu akan membuat anak semakin terkesan, menambah pengalaman sehingga bisa melekat, teringat kuat hingga ia dewasa kelak.
 
2. Reward and punishment (hadiah dan hukuman) bagi anak

Cara kedua ini, sejalan dengan tumbuh kembang anak, orang tua juga bisa menerapkan metode reward and punishment dalam pendidikan anak. Misalnya saja, reward and punishment dengan menggunakan uang koin (recehan). Ketika anak melakukan hal-hal yang mengandung kebaikan, seperti membersihkan tempat tidurnya, mengerjakan tugas sekolah tanpa disuruh, membantu orang tua, tidak menonton televisi terlalu lama, ikut sholat berjamaah di masjid atau berangkat TPA dan lain sebagainya, maka orang tua memberikan reward (hadiah) bagi anak dengan memberikan satu uang koin tersebut (koin kebaikan).

Akan tetapi jika anak melakukan perilaku yang kurang baik, seperti tidak membersihkan tempat tidurnya, tidak bersedia membantu orang tua tanpa alasan yang jelas dan lain sebagainya, maka orangtua memberikan punishment (hukuman)  bagi anak dengan mengurangi koin kebaikan yang pernah ia dapatkan. Dalam jangka waktu tertentu saat koin kebaikan anak sudah mulai banyak terkumpul, maka orang tua dapat mengajak anak untuk bersama-sama membeli mainan atau buku kesukaannya menggunakan kumpulan koin kebaikannya.

Dengan menggunakan  reward and punishment anak akan termotivasi untuk terus melakukan kebaikan agar koinnya semakin banyak, ia secara perlahan akan mengetahui sikap yang baik dengan yang kurang baik. Ketika anak mendapatkan mainan atau buku kesukaannya dari koin kebaikannya, maka anak kita pasti akan lebih menjaga dan merawat mainan atau buku tersebut, karena ia merasa bahwasanya ia mendapatkannya dari “hasil” kebaikannya.

3. Cerita dan kisah yang menarik

Siapa diantara kita yang masih suka mendongen untuk buah hati menjelang tidurnya? Alangkah baiknya jika kebiasaan ini dilestarikan kembali, karena kisah dan cerita terutama yang bersumber dari dalam Al-qur’an dan hadist merupakan modal yang utama bagi orangtua dan guru untuk membentuk karakter anak. Karena sesungguhnya Allah menurunkan sebagian wahyunya berupa kisah cerita agar umat muslim dapat mengambil pelajaran dari kisah cerita tersebut.

Orangtua bisa menjalin kedekatan dan mengkomunikasikan cerita dengan bahasa yang bisa menyentuh hati sang buah hati, menanamkan rasa ketuhanan dengan mengembangkan daya khayal dan fantasi anak, sehingga anak akan lebih mudah mencerna banyak pelajaran tentang nilai-nilai, kepribadian dan akhlak mulia. Disamping itu melalui bercerita, orangtua dapat memikat perhatian anak dalam waktu singkat, cerita yang disampaikan juga dapat dikemas secara menarik dan menonjolkan tokoh yang berprilaku baik.

Ini  sedikit dari banyak cara yang bisa kita terapkan terhadap buah hati kita, nantinya diharapkan buah hati kita akan tumbuh menjadi generasi religius, generasi qurrata ‘ayun dan khalifah terbaik bagi agama dan negara. Aamiin

Rabu, Maret 16, 2016

YA RASULULLAH - KAMI RINDU PADAMU



Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukucup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikut jejak langkahmu

Ya Rasulullah ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah ya Habiballah
Kami rindu padamu
Allahumma solli ala Muhammad
Ya Rabbi solli alaihi wasallim

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya Tuhan saja yang tahu

Kutahu cintamu kepada umat
Umati kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafaatkan kami

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu

Ya Rasulullah ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya Rrasulullah ya Habiballah
Kurniakanlah syafaatmu

(lirik lagu “Ya Rasulullah” by Raihan Grup Band)