Bulan Ramadhan 1433 H memberi kesan tersendiri bagi gelandang
Manchester City, Yaya Toure. Ia mengaku bisa menjalankan ibadah shaum
Ramadhan dengan tenang.
Meski tetap harus menjalani latihan dan
bermain di rangkaian turpramusim, Yaya tidak pernah mengeluh. Ia bisa
menikmati bermain bola sembari menjalankan ajaran Islam.
Sebagai
bukti, ia tetap berpuasa sebagaimana tahun sebelumnya. Yaya yang dikenal
sangat taat dalam menjalankan perintah agama selama ini berusaha jangan
sampai meninggalkan ritual wajib tahunan itu.
Karena itu saat
waktu berbuka puasa telah tiba, ia menyambutnya dengan suka cita. Apa
menu berbuka pemain timnas Pantai Gading itu? Ternyata makanan yang
dikonsumsinya adalah sosis.
Hal itu terungkap dari akun twitter miliknya, @Toure42Yahya. "Just had a sneaky sausage roll #Greggs#Ramadan (Saya baru saja berbuka dengan makan sosis gulung yang enak," kicau Yaya.
Kepribadian
Yaya memang merefleksikan Muslim yang sebenarnya. Pada saat para pemain
the Citizen merayakan kemenangan di Liga Primer Inggris kontra
Newcastle United musim lalu, dia menolak pemberian sampanye dari Joleon
Lescott.
"Saya Muslim, tidak minum alkohol," ujarnya.
Saat masih
memperkuat Barcelona, Yaya Toure adalah imam bagi dua rekannya, Eric
Abidal dan Seydou Keita. Ketiganya selalu menyampatkan diri shalat
berjamaah, dan Toure dianggap memiliki pengetahuan keagamaan yang lebih
dibanding Abidal dan Keita.
Ketika Yaya memutuskan pindah ke
Manchester City, Abidal dan Keyta menjadi orang yang paling kehilangan.
Dalam salah satu kesempatan wawancara dengan salah satu radio Catalan,
Abidal mengaku sedih sebab merasa kehilangan sosok panutan.
"Kami kehilangan imam," katanya.
Selasa, Juli 31, 2012
Senin, Juli 23, 2012
HAKIKAT BULAN PUASA RAMADHAN
Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari
kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat
karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat
ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah
Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.
Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.
Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.
Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.
Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).
Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir.
Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.
Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya.
Ke enam, Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin
Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.
Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.
Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.
Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.
Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.
Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.
Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.
Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).
Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir.
Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.
Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya.
Ke enam, Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin
Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.
Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.
Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.
Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.
Jumat, Juli 20, 2012
Kamis, Juli 19, 2012
INDAHNYA EMPAT ANUGERAH
Rasulullah SAW bersabda, “Empat perkara yang jika dianugerahkan
kepada seseorang, maka sungguh ia telah dianugerahi kebaikan dunia dan
akhirat, yaitu lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, tubuh yang
sabar atas cobaan dan istri salehah yang tidak berkeinginan mengkhianati
suaminya baik terhadap dirinya maupun harta suaminya.” (HR. Tirmidzi).
Empat anugerah tersebut keseluruhannya masuk dalam kasb (upaya) manusia. Masing-masing anugerah berdiri sendiri dan memerlukan berbagai tahapan pelatihan dan pembiasaan diri dalam proses pengintegrasiannya.
Jika keempat-empatnya menghiasi seseorang, maka sungguh ia telah mendapatkan kebaikan dunia-akhirat yang lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan apa yang diusahakan berupa harta-benda, peternakan, perkebunan, pertambangan dan lain sebagainya.
Pertama, lidah yang berdzikir. Banyak orang mukmin lupa berdzikir, Allah SWT telah memerintahkan dalam banyak firman-Nya. Pengingatan yang besar kita lakukan melalui rangkaian shalat lima waktu dan shalat sunah, sedangkan pengingatan yang kecil melalui dzikir dan syukur.
Perintah Allah untuk berdzikir pun bukan hanya dzikir ala kadarnya atau sedikit berdzikir sebab dzikir yang sekedarnya, sedikit dan dipamerkan itu adalah aktivitas orang-orang munafik (QS. An-Nisaa’: 142). Allah memerintahkan kita untuk mengingatnya tanpa batas, tanpa hitungan dan semata-mata untuk diri-Nya sebagai bentuk syukur kita kepada-Nya (QS. Al-Ahzaab: 41).
Sampai-sampai dalam setiap waktu dan keadaan diharapkan lidah kita senantiasa basah karena berdzikir sebagaimana anjuran Rasulullah SAW, “Dan hendaklah lidahmu senantiasa basah karena dzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
Kedua, hati yang bersyukur. Dzikir dan syukur adalah dua aktivitas yang sangat dekat. Mereka yang berdzikir sama dengan mensyukuri nikmat Allah, sebaliknya mereka yang pandai bersyukur sebenarnya sedang mengimplementasikan makna dzikir kepada Allah.
Orang-orang yang pandai bersyukur adalah mereka yang tidak terputus ibadahnya, sebab syukur mereka sudah tidak terbatas lagi jumlahnya sehingga ibadahnya kepada Allah SWT pun pada fase menikmati yang sunah seperti wajib.
Ketiga, tubuh yang sabar terhadap berbagai cobaan. Dunia adalah ladang menuju kehidupan akhirat. Oleh karenanya, tidak akan ada kehormonisan dan kedamaian abadi di dunia. Kunci untuk menjadikan masa depan dunia yang lebih baik adalah berbuat kebaikan dan bersabar. Karena itu pula kehidupan seorang mukmin harus senantiasa menakjubkan karena mereka bersabar dan menerima dengan ikhlas apa pun ketentuan (qadar) Allah SWT yang didasari dengan prinsip menjadi lebih baik.
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya kaum mukmin, dan hal itu tidak terjadi selain kaum mukmin. Jika sedang mendapatkan kebaikan ia bersyukur, maka yang demikian itu baik baginya. Jika sedang memperoleh keburukan ia bersabar, dan yang demikian itu (juga) baik baginya.” (HR. Muslim).
Keempat, istri salehah yang tidak berkeinginan mengkhianati suaminya baik terhadap dirinya maupun harta suaminya. Istri model ini adalah kebaikan yang terwariskan oleh keluarganya yang harus kita pilih. Kita lantas menjadikannya lebih salehah lagi dengan pendalaman dan implementasi agama sehingga membahagiakan jika di pandang, taat pada suaminya, memelihara anak-anak dan harta suaminya pada saat suaminya tidak di rumah.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salehah.” (HR. Muslim)
Empat anugerah tersebut keseluruhannya masuk dalam kasb (upaya) manusia. Masing-masing anugerah berdiri sendiri dan memerlukan berbagai tahapan pelatihan dan pembiasaan diri dalam proses pengintegrasiannya.
Jika keempat-empatnya menghiasi seseorang, maka sungguh ia telah mendapatkan kebaikan dunia-akhirat yang lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan apa yang diusahakan berupa harta-benda, peternakan, perkebunan, pertambangan dan lain sebagainya.
Pertama, lidah yang berdzikir. Banyak orang mukmin lupa berdzikir, Allah SWT telah memerintahkan dalam banyak firman-Nya. Pengingatan yang besar kita lakukan melalui rangkaian shalat lima waktu dan shalat sunah, sedangkan pengingatan yang kecil melalui dzikir dan syukur.
Perintah Allah untuk berdzikir pun bukan hanya dzikir ala kadarnya atau sedikit berdzikir sebab dzikir yang sekedarnya, sedikit dan dipamerkan itu adalah aktivitas orang-orang munafik (QS. An-Nisaa’: 142). Allah memerintahkan kita untuk mengingatnya tanpa batas, tanpa hitungan dan semata-mata untuk diri-Nya sebagai bentuk syukur kita kepada-Nya (QS. Al-Ahzaab: 41).
Sampai-sampai dalam setiap waktu dan keadaan diharapkan lidah kita senantiasa basah karena berdzikir sebagaimana anjuran Rasulullah SAW, “Dan hendaklah lidahmu senantiasa basah karena dzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
Kedua, hati yang bersyukur. Dzikir dan syukur adalah dua aktivitas yang sangat dekat. Mereka yang berdzikir sama dengan mensyukuri nikmat Allah, sebaliknya mereka yang pandai bersyukur sebenarnya sedang mengimplementasikan makna dzikir kepada Allah.
Orang-orang yang pandai bersyukur adalah mereka yang tidak terputus ibadahnya, sebab syukur mereka sudah tidak terbatas lagi jumlahnya sehingga ibadahnya kepada Allah SWT pun pada fase menikmati yang sunah seperti wajib.
Ketiga, tubuh yang sabar terhadap berbagai cobaan. Dunia adalah ladang menuju kehidupan akhirat. Oleh karenanya, tidak akan ada kehormonisan dan kedamaian abadi di dunia. Kunci untuk menjadikan masa depan dunia yang lebih baik adalah berbuat kebaikan dan bersabar. Karena itu pula kehidupan seorang mukmin harus senantiasa menakjubkan karena mereka bersabar dan menerima dengan ikhlas apa pun ketentuan (qadar) Allah SWT yang didasari dengan prinsip menjadi lebih baik.
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya kaum mukmin, dan hal itu tidak terjadi selain kaum mukmin. Jika sedang mendapatkan kebaikan ia bersyukur, maka yang demikian itu baik baginya. Jika sedang memperoleh keburukan ia bersabar, dan yang demikian itu (juga) baik baginya.” (HR. Muslim).
Keempat, istri salehah yang tidak berkeinginan mengkhianati suaminya baik terhadap dirinya maupun harta suaminya. Istri model ini adalah kebaikan yang terwariskan oleh keluarganya yang harus kita pilih. Kita lantas menjadikannya lebih salehah lagi dengan pendalaman dan implementasi agama sehingga membahagiakan jika di pandang, taat pada suaminya, memelihara anak-anak dan harta suaminya pada saat suaminya tidak di rumah.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salehah.” (HR. Muslim)
Jumat, Juli 13, 2012
TUNTUTLAH ILMU SAMPAI KE NEGERI CHINA
"Simaklah Kalam Allah ini dengan iman, “Katakanlah, "Apakah
sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?"
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran". (QS 39 : 9). “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS 58 :11).
Rasulullah bersabda, "Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim". (HR. Ibnu Majah), "Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya dengan hal itu Allah jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan Syurga. Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridho kepada pencari ilmu agama. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.
Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak". (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad).
Rasulullah bersabda, "Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim". (HR. Ibnu Majah), "Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya dengan hal itu Allah jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan Syurga. Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridho kepada pencari ilmu agama. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.
Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak". (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad).
Senin, Juli 02, 2012
WASPADA PERBUATAN DAN UNGKAPAN SYIRIK
Saat beribadah di Tanah Suci, jangankankan perbuatan, segala bentuk
ungkapan atau ucapan dalam bentuk kemusyrikan harus dihindari. Seorang
yang beribadah pun harus meminta orang lain untuk menjauh dari
bentuk-bentuk kemusyrikan itu.
Nabi SAW bersabda, "Orang yang mengambil sumpah dengan nama seseorang dan bukan Allah adalah kufr atau musyrik." (HR.Ahmad, Abu Dawud, dan At- Tirmidzi). Dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan Umar RA, Nabi SAW bersabda, "Orang yang mengambil sumpah harus melakukannya dengan nama Allah, dan jika tidak, diamlah."
Beliau menambahkan, "Orang yang mengambil sumpah atas nama kebenaran bukanlah dari golongan kami." (HR.Abu Dawud). Kemudian Nabi SAW bersabda, Yang aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil. Ketika Nabi SAW ditanya perihal syirik kecil, Nabi SAW menjawab, “Kemunafikan”.
Nabi SAW juga bersabda, "Jangan katakan apa yang diinginkan Allah dan si fulan. Tetapi kamu harus mengatakan apa yang Allah inginkan dan kemudian apa yang si fulan inginkan.
Semua hadis dengan jelas menunjukkan bahwa Nabi SAW menegakkan tauhid, dan menjauhkan umat dari syirik besar maupun kecil. Nabi SAW terikat untuk menegakkan keimanan umat, dan melindungi umat dari azab dan hukuman Ilahi.
Nabi SAW menyampaikan pesan Allah, menjadikan umat takut terhadap Allah, dan ia memberikan contoh kepada hamba-hamba Allah. S.
Ketentuan itu mengikat haji yang terpelajar dan berilmu untuk menyampaikan syariat kepada semua Muslim, dan menjauhkan mereka dari syirik besar dan kecil, dan segala sesuatu yang dilarang Allah. Mereka harus membuat persoalan ini mudah dipahami dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti, sehingga dapat membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya.
Rasul menekankan harus menjalankan tugas pengajaran menyebarkan keimanan kepada yang lainnya. Allah berfirman,"Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji orang yang diberi Al-Kitab, “Hendaklah kamu menerangkannya kepada manusia dan jangan kamu menyembunyikannya." (QS. Ali 'Imran; 187).
Ayat suci di atas memperingatkan ulama dan umat agar mereka tidak mengikuti perbuatan melawan hukum orang-orang Ahli Kitab, dengan menyembunyikan kebenaran dengan tujuan memperoleh keuntungan duniawi ketimbang berupaya memperoleh keuntungan di Hari Kemudian.
Nabi SAW bersabda, "Orang yang mengambil sumpah dengan nama seseorang dan bukan Allah adalah kufr atau musyrik." (HR.Ahmad, Abu Dawud, dan At- Tirmidzi). Dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan Umar RA, Nabi SAW bersabda, "Orang yang mengambil sumpah harus melakukannya dengan nama Allah, dan jika tidak, diamlah."
Beliau menambahkan, "Orang yang mengambil sumpah atas nama kebenaran bukanlah dari golongan kami." (HR.Abu Dawud). Kemudian Nabi SAW bersabda, Yang aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil. Ketika Nabi SAW ditanya perihal syirik kecil, Nabi SAW menjawab, “Kemunafikan”.
Nabi SAW juga bersabda, "Jangan katakan apa yang diinginkan Allah dan si fulan. Tetapi kamu harus mengatakan apa yang Allah inginkan dan kemudian apa yang si fulan inginkan.
Semua hadis dengan jelas menunjukkan bahwa Nabi SAW menegakkan tauhid, dan menjauhkan umat dari syirik besar maupun kecil. Nabi SAW terikat untuk menegakkan keimanan umat, dan melindungi umat dari azab dan hukuman Ilahi.
Nabi SAW menyampaikan pesan Allah, menjadikan umat takut terhadap Allah, dan ia memberikan contoh kepada hamba-hamba Allah. S.
Ketentuan itu mengikat haji yang terpelajar dan berilmu untuk menyampaikan syariat kepada semua Muslim, dan menjauhkan mereka dari syirik besar dan kecil, dan segala sesuatu yang dilarang Allah. Mereka harus membuat persoalan ini mudah dipahami dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti, sehingga dapat membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya.
Rasul menekankan harus menjalankan tugas pengajaran menyebarkan keimanan kepada yang lainnya. Allah berfirman,"Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji orang yang diberi Al-Kitab, “Hendaklah kamu menerangkannya kepada manusia dan jangan kamu menyembunyikannya." (QS. Ali 'Imran; 187).
Ayat suci di atas memperingatkan ulama dan umat agar mereka tidak mengikuti perbuatan melawan hukum orang-orang Ahli Kitab, dengan menyembunyikan kebenaran dengan tujuan memperoleh keuntungan duniawi ketimbang berupaya memperoleh keuntungan di Hari Kemudian.
Langganan:
Postingan (Atom)