Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari
kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat
karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat
ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah
Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.
Selain
itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada
bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya)
untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan
dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’
ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’
sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.
Ramadhan
yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari
perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama
melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.
Pertama, Syahr al-Qur’an
(bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang
lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.
Kedua,
Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan
bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan
hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS
al-Baqarah [2]: 185).
Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca
Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk
melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir.
Keempat,
Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena
Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan.
Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.
Kelima,
Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan
pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi
yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya.
Ke enam,
Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan
disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang
penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin
Ketujuh,
Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam
dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan
miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling
dermawan pada bulan suci.
Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan
kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan
berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.
Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.
Jadi,
Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara
kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan
hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan
jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan
kesalehan individual serta sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar