Seorang wanita datang kepada Hatim bin Yusuf menanyakan suatu masalah.
Ketika sedang bertanya, tiba-tiba wanita ini tanpa sengaja kentut.
Merahlah wajah wanita itu karena malu.
Namun, Hatim malah
berkata, "Keraskanlah suaramu, aku kurang bisa mendengar (seakan-akan ia
tidak mendengar suara kentut wanita tersebut)." Mendengar ucapan Hatim
bin Yusuf, wanita tersebut merasa senang, rasa malunya hilang karena ia
yakin suara kentutnya tak terdengar oleh Hatim. Padahal, pendengaran
Hatim masih normal, hanya saja berpura-pura agar wanita itu tidak kecewa
karena malu.
Sepenggal kisah Hatim bin Yusuf yang termaktub di
kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar Asqalani ini menunjukkan kemuliaan
sikap Hatim yang menutupi rasa malu (aib) seorang wanita yang tanpa
sengaja kentut di hadapannya dengan berpura-pura tidak mendengar suara
kentutnya sehingga kehormatan wanita tersebut tidak jatuh yang
menjadikannya merasa senang. Dari kejadian ini, Hatim dijuluki sebagai
Hatim as Asham, yaitu hatim yang tuli.
Sikap Hatim bin Yusuf
tersebut harus kita teladani. Kita harus berupaya menutupi aib
saudara-saudara kita ketika aibnya terbuka atau diketahui oleh diri
kita. Jangan sampai, aib saudara kita itu tidak kita tutupi, apalagi
menyebarkan aibnya.
Setiap insan tidak luput dari aib karena
manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dan, aibnya itu bisa terbuka
kapan dan di manapun ia berada. Sikap yang terbaik yang harus kita
lakukan saat aib saudara kita terbuka adalah dengan menutupi aibnya.
Menutupi
aib orang lain merupakan sikap yang mulia. Orang yang berupaya menutupi
aib saudara-saudaranya adalah orang yang mulia dan akan mendapatkan
keutamaan. Keutamaan yang akan didapatkan ketika menutupi aib orang lain
akan menjadikan aib kita ditutup oleh Allah SWT, baik ketika kita di
dunia maupun akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, "Dan, barangsiapa
yang menutupi (aib) seorang Muslim sewaktu di dunia maka Allah akan
menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya, Allah akan
senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya." (HR
Tirmidzi).
Selain itu, menutupi aib saudara kita seperti
menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Rasulullah SAW bersabda,
"Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya maka seakan-akan
ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup." (HR Abu Daud).
Lebih
daripada itu, akan mengantarkan kita masuk ke dalam surga-Nya.
Ath-Thabrani meriwayatkan dalam al-Ausath dan ash-Shaghir dengan
sanadnya dari Abu Sa'id al-Khudri RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Tidaklah seorang Muslim melihat aurat (cacat) saudaranya lalu
menutupinya kecuali pasti akan masuk surga."
Untuk itu, jika
kita mendapati aib saudara kita terbuka, mari kita upayakan untuk
menutupnya agar kehormatannya terjaga dan hubungan persaudaraan kita
dengannya tetap terjaga dan Allah SWT menutupi aib kita, menjaga
kehormatan kita, dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar