Tetap sederhana dan tidak berlebihan dalam menyikapi segala persoalan
kehidupan adalah ciri insan beriman. Harta, jabatan, dan berbagai pernik
duniawi tak harus menjadikan kita lupa diri dan berlebihan.
Abu
Umamah Iyash bin Tsa'labah al-Anshariy al-Haritsy RA berkata, "Pada
suatu hari Rasulullah SAW membicarakan masalah dunia. Kemudian,
Rasulullah SAW bersabda, 'Apakah kalian tidak mendengar? Apakah kalian
tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman,
sesungguhnya kesederhanaan itu sebagian dari iman'." (HR Abu Daud).
Hidup
ini harus dijalani dengan penuh kesederhanaan, bersyukur, dan tidak
berlebihan. Bila sedang berkuasa dan memiliki banyak harta, tetaplah
sadari bahwa itu semua adalah amanah-Nya. Tak perlu harus berubah sikap,
merasa diri hebat, kaya raya, dan dapat memenuhi semua keinginan. Tak
ada yang sempurna, kecuali pemiliknya, yang Mahasempurna.
Mereka
yang hatinya dipenuhi keimanan akan senantiasa menjalani hari-harinya
dengan apa adanya. Termasuk dalam menghadapi segala persoalan hidup,
kita dituntut untuk biasa saja menyikapinya, tidak overacting, bahkan
terkesan didramatisasi dan "lebay".
Sikap melampaui batas
(berlebihan), termasuk dalam mengelola harta sangat tidak disukai Allah
SWT. Firman-Nya dalam Alquran, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan" (QS al-A'raaf: 31).
Bukan hanya terhadap harta
dan jabatan, demikian pula dalam menjalani kehidupan, tak perlu disikapi
berlebihan. Cukupi semua yang dialami, baik itu kebahagiaan maupun
kesedihan, dengan syukur dan ikhtiar serta berusaha mendapatkan hikmah
di balik itu semua.
Sering kita saking bahagianya lupa mengucap
dan bersikap penuh syukur, terlena dan bahkan lupa diri. Atau mungkin
ketika dilanda musibah, ujian datang terus-menerus, seolah-olah kitalah
yang paling menderita, lalu putus asa.
Mungkin kita merasa hidup
ini rumit seakan terus dilanda kesusahan tak berujung. Padahal, banyak
saudara kita yang telah hilang rasa pedihnya hidup saking setiap saat
kesusahan menyertai. Sahabat kita di Palestina dan negara-negara yang
tengah berperang, jauh lebih menderita. Sebaliknya, bagi Anda yang
merasa jemawa, sungguh ada orang yang tidak lagi merasa kaya karena
hartanya melimapah ruah di mana-mana.
Rasulullah SAW bersabda,
"Perhatikanlah orang yang berada di bawahmu dan jangan kamu
memperhatikan orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu
lebih pantas agar kamu semua tidak menganggap sepele nikmat Allah yang
telah dikaruniakan kepadamu." (HR Bukhari dan Muslim).
Suka dan
duka tentunya sering menyapa dan bergantian rupa. Sapalah dan pastikan
semua proses yang dialami itu penuh makna. Jadikan semua itu sebagai
pelajaran dan pembelajaran dalam kehidupan. Karena baik kebahagiaan
maupun kesusahan selalu menyimpan hikmah. Bagi mereka yang beriman,
menemukan hikmah di balik itu semua merupakan jalan terbaik.
Nikmatilah
hidup yang singkat ini dengan kesederhanaan dan penuh rasa syukur.
Dengan penuh kesadaran bahwa hidup tidak selalu di atas dan tidak juga
selamanya di bawah. Sesungguhnya, baik kebahagiaan maupun kesusahan,
merupakan ujian dari Allah. Perbanyaklah beramal saleh, membantu yang
susah, dan bermanfaat bagi orang lain untuk bekal kehidupan akhirat
kelak.
Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga hal yang mengikuti
kepergian jenazah, yaitu keluarga, harta, dan amalnya. Dua di antaranya
akan kembali, hanya satu yang tetap menyertainya. Keluarga dan hartanya
akan kembali, sedangkan yang tetap adalah amalnya." (HR Bukhari dan
Muslim). Wallahu 'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar