Segala perbuatan baik yang didasarkan kepada Allah semata adalah
ibadah. Perilaku manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari nilai
ibadah. Kualitas dan intensitas ibadah menjadi ukuran akan keseimbangan
jiwa manusia.
Manusia makhluk yang multidimensi. Semua dimensi
yang ada dalam diri membutuhkan keseimbangan, seperti dimensi
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Setiap dimensi membutuhkan
perlakuan dan perawatan yang sesuai. Setiap dimensi bukan hal yang
terpisah, melainkan satu kesatuan yang berjalin dan menjadi sempurna.
Manusia mahluk biologis, bukan saja membutuhkan makan dan minum,
melainkan juga kebutuhan penyaluran biologis yang tepat. Kesalahan apa
yang kita makan, minum, dan penyaluran biologis akan menjadi penyakit
bagi diri dan merusak dimensi lain yang ada. Berhati-hati dengan apa
yang kita makan membantu merawat biologis dan memengaruhi jiwa.
Manusia memiliki sifat keluh kesah jika ditimpa kesulitan. Sombong dan
lupa diri jika jika diberi kelebihan. Sesungguhnya, manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia
berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
(al-Ma’arij 70: 19-21)
Sekarang, kita dengan mudahnya mendengar
kegalauan dan keluhan. Lihat saja status di media sosial, mudah sekali
orang mengeluh dengan apa pun yang dihadapinya. Panas matahari
dikeluhkan, hujan turun dikeluhkan, dalam interaksi dengan orang lain
pun jika tidak berkenan muncul kata keluhan.
Padahal, jika
hendak menahan sedikit dengan memikirkan nikmat lainnya dan melihat sisi
positif, tentu kita akan mudah bersyukur dengan keadaan apa pun. Tidak
ada manusia yang hidup sendiri. Meskipun saat ini manusia cenderung
individualis, sesungghnya manusia juga mahluk sosialis. Manusia
membutuhkan pertemanan, persaudaraan yang dibangun dengan penuh rasa
saling menghormati, menghargai, dan memercayai.
Hubungan yang
terjalin dengan baik adalah hubungan yang menyehatkan. Bukan sebuah
interaksi yang saling menuntut keuntungan pribadi atau golongan. Tetapi,
interaksi yang dibangun untuk kebaikan bersama.
Ketika kita
berbaik kepada diri dengan segala dimensinya dan mendasarkan apa yang
kita lakukan hanya karena Allah maka dimensi spiritual dalm diri pun
terawat dan terpelihara. Kanan, kiri, depan, dan belakang kita penuh
dengan godaan setan. menjalin hubungan vertikal degan memohon
pertolongan menjadi kekuatan spiritual.
Membebaskan manusia
dari kepentingan yang semu karena telah tertanam dalam diri bahawa
segala baik dan buruk akan kembali kepada diri. Allah yang Maha
mengetahui dan tidak sedikit pun akan menzalimi kita.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu
menganiaya hamba-hambaNya". (QS Fushilat 41:46). Wallahu’alam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar