Memadukan Islam dan Barat menjadi inspirasi berdirinya bangunan baru
Pusat Studi Islam di Universitas tertua di Inggris, Oxford. Tema itu
dipilih dengan harapan menjadi ikon harmonisasi Islam dan Barat di
Oxford.
Pusat Studi Islam Oxford sebenarnya telah berdiri sejak 1985, namun
gedung baru dibuka pemakaiannya pada 2013 lalu. Komplek gedung baru ini
sempat tertunda pengerjaannya selama sembilan tahun. Hadirnya komplek
bangunan baru Pusat Studi Islam Oxford, telah menambah landmark seni
arsitektur bangunan di lingkungan universitas tertua di Inggris ini.
Richard Makepeace, Panitia proyek pembangunan komplek gedung baru
Pusat Studi Islam Oxford mengatakan, komplek bangunan baru ini, memiliki
ciri khas kuat gaya Islam dari berbagai dunia pada setiap sisi
bangunannya. Pesan yang ingin disampaikan dari desain arsitektur
bangunan ini adalah bahwa Islam dan Barat merupakan dua bagian yang
tidak bisa dipisahkan dalam pembangunan tradisi intelektual dunia.
"Budaya keilmuan serta arsitektur Islam dan renaissance Barat, dibawa
dan berkembang bersama-sama di Eropa. Pesan inilah yang ingin
disampaikan dari arsitektur bangunan ini," ujar Makepeace.
Bangunan ini memiliki daya tampung pembelajaran untuk 40 mahasiswa.
Komplek ini juga dilengkapi fasilitas terbaik lain, diantaranya masjid,
ruang auditorium, ruang teater perkuliahan, ruang makan dan perpustakaan
dengan akses luas dan koleksi keislaman yang cukup lengkap.
Ia
menegaskan bahwa bahan material bangunan ini pun diambil dari bahan yang
terbaik untuk kualitas konstruksi yang kuat dan mengesankan. Gedung di
komplek ini dibangun dengan batu marmer, granit putih dan batu kapur
yang diimpor langsung dari Yaman.
"Bangunan ini harus menandingi kekuatan kontruksi bangunan kampus di
lingkungan Universitas Oxford yang telah berusia berabad-abad," ujar
Makepeace yang pernah menjadi Diplomat Inggris di Kairo.
Untuk mendapatkan bahan terbaik, dibutuhkan pendanaan yang cukup
besar. Pendanaan pembangunan komplek ini bersumber dari sumbangan
berbagai negara Islam, seperti Arab Saudi, Kuwait, Turki dan Malaysia.
Sang Arsitek El Wakil mengungkapkan, desain bangunan Pusat Studi Islam
Oxford ini mereferensikan Istana Alhambra Granada. Arsitek asal Mesir
ini ingin menghidupkan kembali semangat keilmuan Islam di Eropa saat
kejayaan Moor, Spanyol Islam sebelum Reconquista.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar