”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al-Isra’ : 36)
Setiap
kali tanggal 14 Februari tiba, muncul kegalauan dalam hati, khususnya
orang tua yang saat ini mendapat titipan anak yang sedang tumbuh remaja.
Momentum ini diperingati dunia sebagai Valentine’s Day (hari kasih sayang).
Tak
terbantahkan, ada skenario besar untuk meruntuhkan moralitas anak
bangsa calon pemimpin masa depan kita. Momen ini telah menjadi ajang
maksiat yang terorganisir dan vulgar dengan dan untuk alasan cinta dan
kasih sayang.
Anak-anak baru gede (ABG) dari berbagai
lapisan berkumpul dengan lawan jenis tanpa peduli norma, etika dan
agama. Ironisnya, para pemimpin formal dan non formal, seakan tak
berkutik mencegah atau malah membiarkannya.
Faktanya, setiap Valentine’s Day
usai, banyak kondom berserakan di tempat rekreasi karena hubungan seks
bebas (zina massal), minuman keras dan narkotika yang meruntuhkan
tatanan nilai masyarakat yang beradab.
Republika (10/02/2014)
memuat pernyataan HTI yang mensinyalir sebuah penelitian di Surabaya
bahwa 20 persen remaja yang hamil di luar nikah terjadi setelah perayaan
yang menjerumuskan ini.
Sejatinya, cinta dan kasih sayang adalah
karunia yang sangat berharga dari Allah SWT untuk hambanya. Ia titipkan
cinta dan kasih sayang itu pada setiap insan agar saling mencintai dan
menyayangi dalam membangun kehidupan.
Sungguh, kecintaan (hubbus-syahawat) kepada wanita (juga sebaliknya) adalah anugerah yang dihembuskan sejak manusia dilahirkan (QS.3:14).
Namun,
agar cinta dan kasih sayang tidak ternoda dan salah kaprah, maka Allah
SWT menurunkan agama. Kecintaan pada lawan jenis tersebut dapat
tersalurkan di jalan, tempat dan cara yang benar yakni melalui pintu
pernikahan.
Jika ditelusuri, Valentine berarti Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa. Kata ini ditujukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi dahulu.
Jadi, ketika kita meminta orang menjadi to be my Valentine, berarti kita memintanya menjadi Sang Maha Kuasa terhadap diri kita.
Di sinilah muncul problem akidah, yakni kemusyrikan. Karena menjadikan sesuatu sebagai Ilah (tuhan) bertentangan dengan Tauhid. (QS. 112:1-4).
Perayaan Valentine’s day sendiri
berasal dari perayaan ritual Lupercalia yang merupakan rangkaian
upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Pada hari ini,
para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap
pemuda mengambil nama secara acak dan nama gadis yang keluar harus
menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang.
Ketika
Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan
mewarnainya dengan nuansa Kristen Katolik dengan menganti nama
gadis-gadis tersebut dengan nama Paus atau Pastor. Pendukungnya adalah
Kaisar Constantine dan Paus Gregory I.
Untuk lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, maka Paus Glasius
I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja
dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang mati pada tanggal 14 Februari.
Jelaslah sudah, setiap perayaan apapun yang berkaitan dengan Valentine’s Day, merupakan bentuk pengakuan ritual agama Romawi dan kristiani (Katolik).
Kasih
sayang adalah nama Allah SWT. yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang mesti
menjadi penghias pribadi Muslim setiap saat, kapan dan di mana pun.
Sementara, Valentine’s Day,
tidak bisa dilepaskan dari ritual agama Romawi dan Kristiani yang
dikemas menjadi kegiatan biasa dan untuk semua orang. Bahkan dijadikan
justifikasi untuk menghalalkan kemaksiatan kolektif yang merusak akidah
dan akhlak.
Valentine’s Day adalah wujud kejahiliyahan modern yang boleh jadi lebih buruk dari jahiliyah pra Islam yang lokal dan konvensional.
Kejahiliyahan modern, menurut Muhammad Qutub dalam buku Jahiliyah
Abad 20, adalah kerusakan moral yang dibingkai secara sistematis dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan mengabaikan nilai-nilai ketuhanan.
Bagi
seorang Muslim, meniru budaya yang bertentangan dengan Islam, adalah
menodai Islam itu sendiri. Mengikuti suatu budaya berarti sama saja
dengan mereka.
Nabi SAW. merngingatkankan hal ini jauh hari : ”Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka.” (HR. Abu Daud dari Ibnu Umar).
Memang,
serangan bertubi-tubi dan sistematis untuk merusak akidah dan akhlak
generasi muda Islam sedemikian gencar dan sistematis.
Buku Paket SD yang berisi gambar porno. Murid SMP di Jakarta melakukan mesum dan direkam oleh temannya.
Sementara VCD dan situs-situs porno begitu mudah didapat dan
diakses. Narkoba merajalela dan tindak kriminal (tawuran pelajar) masih
terjadi.
Penanggung jawab utama pendidikan anak adalah orang tua dan guru di Sekolah, juga tokoh masyarakat dan Pemerintah.
Saya ajak adik-adik remaja Islam di seluruh dunia, untuk menolak dan katakan : “Say No To Valentine’s Day”. Insya Allah kita bisa ! Amin. Allahu a’lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar