Saat Ramadhan yang lalu, perwajahan wanita muslim di negeri ini
tampak anggun dan lebih Islami. Terutama di media kaca. Mereka (terutama
para selebritas) terlihat lebih salihah. Karena ada jilbab (hijab) di
wajahnya.
Namun setelah bulan rahmat tersebut berlalu, wajah asli mereka
terihat lagi. Aurat mereka ditampakkan kembali. Karena itu bagi sebagian
orang jilbab terkesan hanya untuk Ramadhan atau kegiatan keagamaan
lainnya.
Di luar itu, jilbab pantasnya diletakkan kembali dan dimasukkan ke lemari kembali. Naudzubillah.
Jika dikonfirmasi kepada mereka yang berjilbab saat Ramadhan namun
dilepas setelah itu, paling tidak inilah beberapa alasannya.
Pertama,
kalau mengenakan hijab, nanti kecantikannya tertutup, terus laki-laki
yang ingin melihat wajah aslinya, akan menahan nafsunya. Kalau terus
ditahan nafsunya, itu bisa meledak dan ia melampiaskannya dengan
melakukan pelecehan!
Nah, pemecahannya, ya berarti harus buka
hijab(?). Seandainya jalan pemecahan itu benar, tentu Amerika dan
negara-negara barat akan menjadi negara yang paling kecil kasus
perkosaan dan pelecehan terhadap wanita di dunia.
Namun pada kenyataannya tidak demikian, bahkan menurut buku Crime in USA terbitan FBI, dikatakan setiap enam menit sekali terjadi kasus pemerkosaan di sana.
Kedua,
belum mantap hatinya. Boleh saja benar alasan tersebut, tapi mohon
dengan alasan ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara
perintah Allah dengan perintah manusia.
Jika perintah itu
datangnya dari manusia, maka bisa salah dan bisa benar. Adapun jika
perintah itu dari Allah, tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan,
"Saya belum mantap."
Bila masih mengatakan hal itu bisa saja
dikatakan keislamannnya belum mantap, padahal ia mengetahui perintah
tersebut dari Allah, hal tersebut menyeretnya pada bahaya yang sangat
besar, yakni keluar dari agama-Nya, sementara dia tidak menyadarinya.
Dengan
begitu berarti ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah
tersebut. Perintah untuk berhijab (kerudung) ada pada QS: Al-Ahzab,
ayat 59.
Alasan lain, dikemas diplomatis. “Sebenarnya aku sih
pengen banget pake hijab, tapi kalau Allah belum memberiku hidayah. Aku
mesti bagaimana? Alasan ini sebenarnya dalih yang menyeret dalam
kekeliruan yang nyata.
Kami ingin bertanya: "Bagaimana Ukhti
tahu Allah belum memberimu hidayah?" Hidayah itu datangnya dari Allah,
namun kita wajib berusaha untuk mendapatkannya. Tanpa ada usaha tidak
mungkin ada hasil
Jumat, Agustus 23, 2013
Kamis, Agustus 22, 2013
KEUTAMAAN SILATURAHMI
Silaturahim berarti menyambung hubungan dengan kasih sayang.
Silaturahim. Tradisi ini mengakar, tak hanya dalam budaya sosial kemasyarakatan, tetapi juga agama. Menurut pengasuh Pesantren Baitul Qur'an Yatim Dhuafa Kelapa Dua, Depok, KH Dr Muslih A Karim, MA, silaturahim berasal dari kata shilah yang bermakna menyambung dan rahim artinya rahim tempat bayi dikandung oleh ibunya.
Berdasarkan pengertian lughawi atau bahasa itu, silaturahim berarti menyambung hubungan kekeluargaan dengan saling bertemu dan mengunjungi. ''Silaturahim berarti menyambung hubungan dengan kasih sayang,'' ujarnya.
Saat bertemu dengan sesama Muslim sebaiknya dilakukan dengan menebar senyum, salam, dan sapa. Sesungguhnya, jika bertemu dengan sesama lalu saling menegur dan memaafkan, maka dosa-dosa akan berguguran.
Sosok yang dikenal sebagai pakar tafsir ini mengungkapkan, faedah utama silaturahim ada dua. Pertama, berkah umur yang panjang. Umur panjang artinya kesehatan dan tidak mudah stres. Kedua, rezeki bertambah dan berkah. Usaha maju, hutang terbayarkan, dan banyak kenalan.
Menurut dosen senior di Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta ini, urgensi silaturahim sangat penting. Silaturahim dapat mencegah perpecahan dan peperangan. Mengingat kekacauan yang terjadi sekarang dapat dicegah dengan satu senyuman yang ikhlas dari satu orang kepada orang lain. Dengan begitu, kita bisa terselamatkan dari bencana, tuturnya yakin.
Ia menjelaskan, silaturahim bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk mendatangi rumah keluarga atau kawan kerabat, juga mengucapkan salam dan mendoakan mereka. Bisa pula lewat sambungan telepon atau jejarIng sosial.
Ia mengimbau agar silaturahim tetap kita jaga. Mengatur pertemuan sepekan sekali bahkan sebulan atau setahun sekali. Biaya yang dikeluarkan dengan niat bersilaturahim insya Allah menjadi pahala dan berkah. Umur dan rezeki kita pun diberkahi, imbuhnya.
Pimpinan Pesantren Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Ustaz Muhammad Fadlan Gharamatan menjelaskan, silaturahim berarti menyambung dan menghubungkan. Silaturahim mengatur hubungan nasab, yaitu hubungan antarkeluarga. Ada juga silaturahim yang mengatur soal hubungan di luar anggota keluarga Rasulullah berkata silaturahim itu penting, tidak hanya dari sisi nasab, tapi juga antarteman kerja, antarteman daerah. ''Bahkan, antarsebangsa dan setanah air,'' ujarnya.
Sekarang, silaturahim sudah menjadi tren di Indonesia karena penuh dengan keberkahan. Silaturahim memudahkan rezeki dari Allah SWT dan membuat usia berkah. Silaturahim juga menjadi upaya mengubah perkara mustahil menjadi mungkin terjadi, berkat silaturahim.
Menurut peraih penghargaan Tokoh Perubahan Republika2011 ini, urgensi silaturahim menjadi begitu penting. Ia menciptakan sebuah nilai dasar antara hubungan orang yang bersilaturahim dan orang yang didatangi.
Dari perjumpaan itu lahirlah perdamaian, kesejahteraan, dan nilai-nilai yang sangat besar. Nilai kasih sayang, kepedulian, kebersamaan, kesyukuran, bahkan nilai yang dikenal akan melahirkan kekompakan bersama. Begitu kita bersilaturahim, kita pun bertukar pikiran dan ilmu dengan orang lain, tuturnya.
Esensi silaturahim, ungkap Fadlan, adalah dinding-dinding hati sesama Muslim menjadi semakin dekat dan akan menggugurkan dosa-dosa. Sehingga, tak ada lagi prasangka buruk dan tercipta energi positif. Kepedulian juga akan lahir antarsesama sehingga persoalan yang memberatkan dapat dihadapi bersama. Dengan kepedulian itulah kemudian tercipta perubahan.
Di Indonesia, silaturahim saat Idul Fitri lebih dikenal dengan halal bihalal. Saling memaafkan sehingga tak ada lagi sekat. Dari ragam media menjalin bersilaturahim yang ditawarkan teknologi, pertemuan langsung tetap tak tergantikan.
Silaturahim. Tradisi ini mengakar, tak hanya dalam budaya sosial kemasyarakatan, tetapi juga agama. Menurut pengasuh Pesantren Baitul Qur'an Yatim Dhuafa Kelapa Dua, Depok, KH Dr Muslih A Karim, MA, silaturahim berasal dari kata shilah yang bermakna menyambung dan rahim artinya rahim tempat bayi dikandung oleh ibunya.
Berdasarkan pengertian lughawi atau bahasa itu, silaturahim berarti menyambung hubungan kekeluargaan dengan saling bertemu dan mengunjungi. ''Silaturahim berarti menyambung hubungan dengan kasih sayang,'' ujarnya.
Saat bertemu dengan sesama Muslim sebaiknya dilakukan dengan menebar senyum, salam, dan sapa. Sesungguhnya, jika bertemu dengan sesama lalu saling menegur dan memaafkan, maka dosa-dosa akan berguguran.
Sosok yang dikenal sebagai pakar tafsir ini mengungkapkan, faedah utama silaturahim ada dua. Pertama, berkah umur yang panjang. Umur panjang artinya kesehatan dan tidak mudah stres. Kedua, rezeki bertambah dan berkah. Usaha maju, hutang terbayarkan, dan banyak kenalan.
Menurut dosen senior di Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta ini, urgensi silaturahim sangat penting. Silaturahim dapat mencegah perpecahan dan peperangan. Mengingat kekacauan yang terjadi sekarang dapat dicegah dengan satu senyuman yang ikhlas dari satu orang kepada orang lain. Dengan begitu, kita bisa terselamatkan dari bencana, tuturnya yakin.
Ia menjelaskan, silaturahim bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk mendatangi rumah keluarga atau kawan kerabat, juga mengucapkan salam dan mendoakan mereka. Bisa pula lewat sambungan telepon atau jejarIng sosial.
Ia mengimbau agar silaturahim tetap kita jaga. Mengatur pertemuan sepekan sekali bahkan sebulan atau setahun sekali. Biaya yang dikeluarkan dengan niat bersilaturahim insya Allah menjadi pahala dan berkah. Umur dan rezeki kita pun diberkahi, imbuhnya.
Pimpinan Pesantren Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Ustaz Muhammad Fadlan Gharamatan menjelaskan, silaturahim berarti menyambung dan menghubungkan. Silaturahim mengatur hubungan nasab, yaitu hubungan antarkeluarga. Ada juga silaturahim yang mengatur soal hubungan di luar anggota keluarga Rasulullah berkata silaturahim itu penting, tidak hanya dari sisi nasab, tapi juga antarteman kerja, antarteman daerah. ''Bahkan, antarsebangsa dan setanah air,'' ujarnya.
Sekarang, silaturahim sudah menjadi tren di Indonesia karena penuh dengan keberkahan. Silaturahim memudahkan rezeki dari Allah SWT dan membuat usia berkah. Silaturahim juga menjadi upaya mengubah perkara mustahil menjadi mungkin terjadi, berkat silaturahim.
Menurut peraih penghargaan Tokoh Perubahan Republika2011 ini, urgensi silaturahim menjadi begitu penting. Ia menciptakan sebuah nilai dasar antara hubungan orang yang bersilaturahim dan orang yang didatangi.
Dari perjumpaan itu lahirlah perdamaian, kesejahteraan, dan nilai-nilai yang sangat besar. Nilai kasih sayang, kepedulian, kebersamaan, kesyukuran, bahkan nilai yang dikenal akan melahirkan kekompakan bersama. Begitu kita bersilaturahim, kita pun bertukar pikiran dan ilmu dengan orang lain, tuturnya.
Esensi silaturahim, ungkap Fadlan, adalah dinding-dinding hati sesama Muslim menjadi semakin dekat dan akan menggugurkan dosa-dosa. Sehingga, tak ada lagi prasangka buruk dan tercipta energi positif. Kepedulian juga akan lahir antarsesama sehingga persoalan yang memberatkan dapat dihadapi bersama. Dengan kepedulian itulah kemudian tercipta perubahan.
Di Indonesia, silaturahim saat Idul Fitri lebih dikenal dengan halal bihalal. Saling memaafkan sehingga tak ada lagi sekat. Dari ragam media menjalin bersilaturahim yang ditawarkan teknologi, pertemuan langsung tetap tak tergantikan.
Selasa, Agustus 20, 2013
KESEIMBANGAN KITAB AL-QUR'AN
Cendekiawan Muslim, Guru Besar Ilmu Syariah IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Prof KHM Ridlwan Nasir mengatakan, Alquran sebagai mukjizat
yang diturunkan secara bertahap selama 22 tahun dua bulan 22 hari itu.
memiliki kata-kata yang seimbang dan kata-kata dengan keseimbangan
khusus.
"Kata-kata yang seimbang dalam Alquran itu antara lain jumlah kata dengan antonim (lawan kata), seperti khoir (baik) yang berjumlah 167 kali, ternyata antonim-nya yakni syahru (jelek) juga berjumlah 167 kali," ujarnya menjelaskan.
Contoh lain, kata 'hayat' (hidup) dan 'maut' (mati) yang disebut dalam jumlah yang sama yakni 145 kali, kata 'akhiro' (akhirat) dan 'dun-ya' (dunia) yang juga sama-sama disebut 125 kali, atau kata 'syaithon' dan 'malaikat' yang sama-sama disebut 88 kali, dan sebagainya.
Adapula kata-kata yang memiliki keseimbangan khusus yakni kata 'yaumi' (mufrat) yang berarti hari, ternyata disebut dalam jumlah 365 kali yang berarti setara dengan jumlah hari dalam setahun sebanyak 365 hari.
"Kata 'yaumaani' (jamak) yang disebut 30 kali, padahal jumlah hari dalam satu bulan rata-rata terdapat 30 hari. Selain itu, kata 'syahru assyahru' disebut 12 kali, padahal bulan dalam satu tahun ada 12 bulan. Kata langit juga disebut tujuh kali, padahal langit ada tujuh tingkatan. Jadi, ada keseimbangan khusus," ujarnya menjelaskan dalam khutbahnya tentang tentang 'Puasa untuk Membentuk Manusia Tangguh dalam Meraih Kehidupan Bahagia' saat Shalat Idul Fitri di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya lalu.
Tentu, ungkap A'wan Syuriah PWNU Jatim itu, jaminan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bukti-bukti ilmiah itu sudah cukup membenarkan Alquran adalah mukjizat dan bukan buatan manusia sebagaimana tuduhan kaum orientalis.
"Bukti lain adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Ummi (tidak bisa baca tulis), sehingga Alquran itu jelas bukan buatan beliau," tutur mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Direktur Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya itu itu melanjutkan, "Alangkah indahnya bila kita menarik pelajaran penting dari keseimbangan kata-kata dalam Alquran itu dengan menjalani kehidupan yang seimbang, yakni antara pikir dan zikir atau antara akhirat dan dunia, dan seterusnya."
"Kata-kata yang seimbang dalam Alquran itu antara lain jumlah kata dengan antonim (lawan kata), seperti khoir (baik) yang berjumlah 167 kali, ternyata antonim-nya yakni syahru (jelek) juga berjumlah 167 kali," ujarnya menjelaskan.
Contoh lain, kata 'hayat' (hidup) dan 'maut' (mati) yang disebut dalam jumlah yang sama yakni 145 kali, kata 'akhiro' (akhirat) dan 'dun-ya' (dunia) yang juga sama-sama disebut 125 kali, atau kata 'syaithon' dan 'malaikat' yang sama-sama disebut 88 kali, dan sebagainya.
Adapula kata-kata yang memiliki keseimbangan khusus yakni kata 'yaumi' (mufrat) yang berarti hari, ternyata disebut dalam jumlah 365 kali yang berarti setara dengan jumlah hari dalam setahun sebanyak 365 hari.
"Kata 'yaumaani' (jamak) yang disebut 30 kali, padahal jumlah hari dalam satu bulan rata-rata terdapat 30 hari. Selain itu, kata 'syahru assyahru' disebut 12 kali, padahal bulan dalam satu tahun ada 12 bulan. Kata langit juga disebut tujuh kali, padahal langit ada tujuh tingkatan. Jadi, ada keseimbangan khusus," ujarnya menjelaskan dalam khutbahnya tentang tentang 'Puasa untuk Membentuk Manusia Tangguh dalam Meraih Kehidupan Bahagia' saat Shalat Idul Fitri di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya lalu.
Tentu, ungkap A'wan Syuriah PWNU Jatim itu, jaminan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bukti-bukti ilmiah itu sudah cukup membenarkan Alquran adalah mukjizat dan bukan buatan manusia sebagaimana tuduhan kaum orientalis.
"Bukti lain adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Ummi (tidak bisa baca tulis), sehingga Alquran itu jelas bukan buatan beliau," tutur mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Direktur Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya itu itu melanjutkan, "Alangkah indahnya bila kita menarik pelajaran penting dari keseimbangan kata-kata dalam Alquran itu dengan menjalani kehidupan yang seimbang, yakni antara pikir dan zikir atau antara akhirat dan dunia, dan seterusnya."
Kamis, Agustus 08, 2013
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 HIJRIYAH / 2013 MASEHI
www.ende-islam.co.id
Mengucapkan:
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 HIJIRIYAH / 2013 MASEHI
"MINAL AIDIN WAL FAIDZIN"
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
Kepada Seluruh Umat Muslim Kabupaten Ende - NTT
------------------------------------------------------------
Jumat, Agustus 02, 2013
PERKEMBANGAN ISLAM DAN MASJID DI MEKSIKO
Dua dekade lalu, sulit mencari masjid di Meksiko City / Mexico country. Kini, masalah itu tidak ada lagi.
"Jumlah masjid (mosque) berkembang cepat," kata Louahabi, salah satu imigran asal Meksiko seperti dikutip onislam.
Dua dekade lalu, Louahabi dan Muslim lainnya mengaku sulit menemukan masjid. Walhasil mereka terpaksa shalat di rumah. Mereka juga kesulitan bertemu satu dengan yang lain.
"Pertama kali tiba, yang saya lakukan adalah mencari masjid dan Muslim," ujar dia yang kini mengajar bahasa Inggris.
Louhabi kala itu hanya bertemu sekitar 80 orang Muslim. Pertemuan itu terjadi di kedutaan besar Pakistan. Kini, banyak hal yang berubah. Louhabi tidak hanya bertemu Muslim Pakistan saja tetapi Muslim dari berbagai negara termasuk Muslim Meksiko sendiri.
Saat ini, Louahabi tengah berkumpul bersama Muslim lainnya di Islamic Center di Anzures, kawasan kalangan atas Meksiko. Di sini, Islamic Center menggelar banyak kegiatan termasuk kunjungan kalangan non-Muslim yang ingin mencari tahu informasi tentang Islam dan Muslim.
"Saya kira ini merupakan hikmah dari apa yang kita alami. Tragedi 9/11. Tragedi itu membuat masyarakat Meksiko mencari tahu apakah Islam dan Muslim benar-benar teroris," kata dia.
Alexander Huttanos, yang telah menjadi Muslim, Ahmed Abbas menilai tragedi 9/11 membuat masyarakat Meksiki mencari informasi tentang Islam dan Muslim di internet dan perpustakaan. "Islam mulai dikenal di Meksiko," ujarnya.
Omar Remy, mualaf lainnya perkembangan teknologi informasi telah banyak membantu membuat dunia lebih mengenal Islam. "Sangat membantu, karena memungkinkan banyak orang berkomunikasi dan menyelidiki Islam dan Muslim," kata dia.
Pakar Hubungan Internasional, Institur Teknologi Monterrey, Zdane Zeraoul Al-Awad menilai Islam tumbuh pesat lantaran keterbukaan informasi tentang Islam dan Muslim.
Dua dekade
lalu, warga Muslim di Meksiko sangat sulit menemukan tempat ibadah di kota
Meksiko City yang padat. Namun, muslim di Meksiko berkembang cepat.
"Ini tumbuh cepat, sangat cepat," ujar Louahabi, seorang warga negara Maroko yang tiba di Meksiko City pada 1994.
Dia mengatakan saat tiba di Meksiko, Louahabi dan warga Muslim lainnya menggunakan kedutaan Pakistan untuk menggelar acara keagamaan karena tidak masjid atau Islamic Center. Namun, saat ini, dia berdoa dengan ratusan warga Muslim lain di pusat pendidikan komunitas Muslim di gedung lantai tiga.
Pusat tersebut melayani mualaf, ekspatriat, dan staf kedutaan yang akan berdoa. Sebagian besar komunitas tersebut merepresentasikan mualaf.
Serangan 9/11 dan internet merupakan dua faktor yang meningkatkan perkembangan Muslim di Meksiko City. "Saya pikir Islam berkembang sebagian besar karena internet, dan apa yang terjadi pada 11 September," ungkapnya.
Seorang mualaf, Alexander Huttanos, yang berprofesi sebagai seorang pilot menyetujui pendapat tersebut. "Saya menggunakan internet dan buku untuk belajar tentang Islam," ujarnya dikutip OnIslam.net.
Meski Islam tumbuh cepat dalam beberapa tahun terakhir, Islam sudah lama ada di Meksiko. "Di semua Amerika Latin, tidak hanya Meksiko, Islam datang ketika kolonialisme Spanyol," ujar Zidane Zeraoui al Awad, seorang profesor hubungan internasional.
Menurutnya, Islam tumbuh melalui perpindahan agama atau banyak orang menjadi mualaf. "Mereka mengimbangi hilangnya orang yang semula Muslim," ujarnya
"Ini tumbuh cepat, sangat cepat," ujar Louahabi, seorang warga negara Maroko yang tiba di Meksiko City pada 1994.
Dia mengatakan saat tiba di Meksiko, Louahabi dan warga Muslim lainnya menggunakan kedutaan Pakistan untuk menggelar acara keagamaan karena tidak masjid atau Islamic Center. Namun, saat ini, dia berdoa dengan ratusan warga Muslim lain di pusat pendidikan komunitas Muslim di gedung lantai tiga.
Pusat tersebut melayani mualaf, ekspatriat, dan staf kedutaan yang akan berdoa. Sebagian besar komunitas tersebut merepresentasikan mualaf.
Serangan 9/11 dan internet merupakan dua faktor yang meningkatkan perkembangan Muslim di Meksiko City. "Saya pikir Islam berkembang sebagian besar karena internet, dan apa yang terjadi pada 11 September," ungkapnya.
Seorang mualaf, Alexander Huttanos, yang berprofesi sebagai seorang pilot menyetujui pendapat tersebut. "Saya menggunakan internet dan buku untuk belajar tentang Islam," ujarnya dikutip OnIslam.net.
Meski Islam tumbuh cepat dalam beberapa tahun terakhir, Islam sudah lama ada di Meksiko. "Di semua Amerika Latin, tidak hanya Meksiko, Islam datang ketika kolonialisme Spanyol," ujar Zidane Zeraoui al Awad, seorang profesor hubungan internasional.
Menurutnya, Islam tumbuh melalui perpindahan agama atau banyak orang menjadi mualaf. "Mereka mengimbangi hilangnya orang yang semula Muslim," ujarnya
Kamis, Agustus 01, 2013
PETUNJUK MEMELIHARA AL-QUR'AN
Salah satu keistimewaan yang ada pada bulan Ramadhan adalah diturunkannya Al Qur’an. “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulanRamadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)… (QS Al Baqarah 185)”.
Berdasarkan
ayat tersebut, fungsi diturunkannya Al Qur’an adalah sebagai petunjuk
bagi manusia dalam mengarungi kehidupan. Di samping itu juga sebagai
pembeda (furqon) antara yang hak dengan yang bathil. Sehingga manusia dapat meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Peristiwa turunnya Al Qur’an diperingati oleh umat Islam sebagai Nuzulul Qur’an, yang
secara resmi oleh Pemerintah ditetapkan sebagai Peringatan Hari Besar
Islam (PHBI). Sehingga, secara kenegaraan, pemerintah Indonesia, baik di tingkat pusat sampai daerah, setiap tahun selalu memperingati hari turunnya Al Qur’an, yang dihadiri oleh para pejabat negara.
Lantas apa yang harus dilakukan oleh kaum muslim untuk merawat Al Qur’an?. Diantara beberapa upaya untuk merawat Al Qur’an adalah, pertama; Mengimani.
Kita harus mengimani semua bagian Al Qur’an tanpa terkecuali. Jangan
sampai kita hanya mengimani sebagian isi Al Qur’an, yang sesuai dengan
selera dan kehendak kita saja, dan mengingkari sebagian yang lainnya,
jika tidak sesuai dengan selera dan kehendak kita. Sikap kita terhadap
Al-Qur’an adalah:Sami’na wa atha’naa “Kami mendengar dan kami mentaati”.
Kedua, membaca (tilawah). Pada bulan Ramadhan biasanya dengan tadarusan. Agar dapat membaca dengan baik dan benar, maka harus mempelajari ilmu tajwid. Barangsiapa yangmembaca
satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan
satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku tidak
mengatakan ”Alif Laam Mim adalah satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf” (HR. Tirmidzi). Dan bagi orang-orang yang bisa membaca Al Qur’an
dengan baik, kelak di Hari Qiyamat akan diberi kehormatan untuk
membacakan Al Qur’an dihadapan para penduduk Surga (HR Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan An-Nasai).
Ketiga, Menghafal (al hifzu) sesuai kemampuan.
Tujuannya agar mempermudah dalam pengamalannya, seperti pada bacaan
Shalat, maupun disampaikan pada waktu ceramah. Kemampuan manusia dalam
menghapal Al Qur’an, merupakan salah satu cara dari menjaga keutuhan Al
Qur’an itu sendiri. Bahkan orang buta (tuna netra) juga diberi kemampuan untuk menghapal Al Qur’an. Sebab,
jika terdapat bacaan (lafadz) atau tulisan (kitab) yang salah, maka
para penghapal Al Qur’an akan mengingatkan kesalahannya. Sehingga
menjadi benar kembali. Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang didalam hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an ibarat rumah yang rusak (HR At-Tirmidzi)
Keempat, memahami (al fahmu).
Setiap muslim wajib memahami isi yang terkandung dalam Al Qur’an. Tanpa
pemahaman yang baik dan benar, maka akan menjadi sulit untuk
mengamalkan. Sebelum kita mengamalkan sesuatu, kita harus memahami dulu sesuatu itu, supaya tidak salah dalam mengerjakannya. Sebagai pedoman hidup yang paling lengkap, jika kita memahaminya, maka akan mempermudah kita dalam mengamalkan isinya. Karena
Al Qur’an ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, maka cara ideal untuk
memahami Al Qur’an adalah dengan mempelajari bahasa Arab.
Kelima, diamalkan (al a’mal). Seorang yang memahami dan mengerti sebuah kebaikan namun tidak mengamalkan bagaikan lebah yang tidak menghasilkan madu. Al Qur’an adalahpedoman hidup manusia yang wajib untuk diamalkan isinya, baik dalam kehidupan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Tujuannya agar manusia dapat menjalani hidup ini dengan baik sesuai petunjuk Allah Swt. Sehingga setiap langkahnya akan dibimbing dan mendapatkan ridho dari Allah Swt.
Keenam, disampaikan (ad dakwah). Kebaikan
bukanlah hanya untuk diri sendiri saja. Alangkah baiknya apabila ia
dapat dirasakan oleh orang lain. Kebaikan yang terus menyebar ini akan
menjadi ladang amal yang terus mengalir bahkan apabila kita sudah meninggal sekalipun, laksana air zamzam yang tak pernah berhenti memancar.
Masih banyak umat Islam yang belum mengetahui kewajiban-kewajiban ini. Sebagai sesama muslim tentu kita wajib menyampaikannya. Sabda Nabi Muhammad Saw : “Sampikanlah dariku walaupun hanya satu ayat”.
Inilah salah satu refleksi yang harus kita lakukan di akhir bulan Ramadhan, sambil kita beriktikaf. Sehingga kita dapat terus berikhtiar untuk menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah. Wallahu’alam.
Langganan:
Postingan (Atom)