Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Paling Pemurah." (QS Al-Alaq [96]: 1-3).
Hanya Islam, satu-satunya agama di dunia ini, yang perintah pertamanya adalah membaca. Dalam bahasa Arab, kata iqra mengandung arti: menghimpun (informasi, data, pengetahuan, wawasan), meneliti, memahami, menganalisis, membaca, dan memaknai.
Karena
itu, perintah tersebut tidak harus dimaknai hanya sekadar membaca
(melafalkan simbol-simbol bunyi dalam bentuk tulisan), melainkan harus
dipahami dalam makna generiknya yang luas tersebut.
Dengan demikian, perintah iqra’
berarti juga perintah meneliti, mengembangkan sains dan teknologi,
serta mengkaji dan memahami persoalan secara akademik-ilmiah.
Membaca
adalah sendi tegaknya kehidupan dan peradaban manusia. Membaca tidak
hanya bermanfaat bagi siapapun yang haus informasi, tetapi kini juga
dapat difungsikan sebagai terapi (pengobatan).
Iqra’ bukan
hanya menjadi terapi kebodohan, tetapi juga terapi berbagai penyakit,
terutama psikosomatik. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat,
Eropa, dan Mesir, kini sedang dikembangkan terapi dengan membaca (al-'ilaj bil qira'ah) atau biblioterapi.
Di
Florida Amerika Serikat, pernah dilakukan ujicoba penggunaan bacaan
Al-Qur'an terhadap lima sukarelawan nonmuslim dalam proses terapi
penyakit mereka.
Riset eksperimen itu membuktikan bahwa 97
persen bacaan Alquran dapat menormalkan fungsi-fungsi syaraf dan
menurunkan ketegangan jiwa, membuat suasana hati menjadi lebih rileks,
meskipun mereka tidak memahami bahasa Arab (isi Alquran), apalagi jika
mereka memahami kandungan dan pesannya.
Biblioterpi
sebenarnya sudah dimulai pada abad ketiga belas di rumah sakit
al-Manshur di Kairo. Selain diberi obat yang sesuai dengan jenis
penyakitnya, para pasien saat itu juga diberi terapi berupa bacaan
ayat-ayat Alquran.
Hasilnya sangat positif; selain memberi sugesti positif, mereka
merasakan kedamaian hati, sehingga memperoleh kesembuhan yang lebih
cepat.
Biblioterapi di beberapa rumah sakit di Eropa
juga dikembangkan dalam bentuk musik. Pasien dibuat rileks dengan
mendengar musik-musik religius, sehingga beban psikologis berupa rasa
sakit berkurang.
Dalam karyanya, al-'Ilaj bi al-Qira'ah (terapi dengan membaca), Dr. Sya'ban Khalifah menyatakan rumah-rumah sakit Islam sudah saatnya mengembangkan biblioterapi sebagai bagian dari proses penyembuhan berbagai penyakit, terutama penyakit jiwa.
Selain
diberi bacaan religius yang perlu dibaca sebelum maupun sesudah proses
pengobatan, kepada para pasien perlu diperdengarkan secara periodik
alunan ayat-ayat Alquran.
Dokter dalam hal berperan penting
untuk membuat pasien merasa yakin (iman) bahwa ayat-ayat yang didengar
atau dibaca sendiri secara langsung dapat membantu proses terapi.
Biblioterapi, menurut Sya'ban Khalifah, memang sesuai dengan firman Allah: "Dan Kami turunkan Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman..." (QS Al-Isra' [17]: 82).
Dalam konteks ini, Umar bin al-Khaththab pernah menyatakan: "Siapa
yang tidak berterapi dengan Alquran, maka Allah tidak akan memberi
kesembuhan. Dan siapa yang tidak merasa cukup dengan Alquran, maka Allah
tidak akan memberikan kecukupan kepadanya."
Jadi, selama dikaitkan dengan nama Allah (bismi rabbik),
membaca itu ternyata tidak hanya baik untuk mencerdaskan umat, tetapi
juga menyembuhkan aneka penyakit, termasuk penyakit korupsi.
Calon
koruptor boleh jadi mengurungkan niatnya untuk korupsi, jika di tempat
kerjanya dibacakan ayat-ayat suci yang menjelaskan hukuman potong tangan
bagi pencuri dan ayat-ayat lainnya yang membuat spiritualitas dan
moralitas mereka mampu meredam syahwat korupsi. Wallahua'lam bish shawab!
Jumat, Juni 28, 2013
Selasa, Juni 18, 2013
PP MUHAMMADIYAH SERUKAN LOBI KUOTA JAMAAH HAJI 2013
Ketua Umum PP
Pemuda Muhammadiyah, Saleh P Daulay mendesak pemerintah untuk melakukan
upaya diplomasi agar kuota haji Indonesia 2013 tidak dipangkas di
pemerintah Saudi.
Menurut Saleh, dengan kuota yang sekarang sudah ada saja, jamaah haji Indonesia sudah harus dalam waiting list sampai beberapa tahun. "Artinya, kalau kuota dikurangi, itu berarti daftar waiting list itu semakin panjang," ujarnya.
Ketua Komisi Luar Negeri MUI Pusat menambahkan pengurangan kuota haji 2013 dilakukan secara tiba-tiba tanpa koordinasi awal dengan negara-negara Islam, khususnya yang memiliki jamaah haji terbesar seperti Indonesia.
"Akibatnya, Kementerian Agama kesulitan untuk melakukan penanganan calon jamaah haji yang akan diberangkatkan tahun ini," tuturnya.
Dengan pengurangan kuota hingga 20 persen, kata dia, Kementerian Agama pasti kesulitan untuk menentukan siapa saja dari daftar yang ada yang diprioritaskan untuk berangkat. Kalau kuota itu diterapkan, jumlah jamaah haji yang ditunda keberangkatannya lebih 40 ribu orang.
"Mengorganisir penundaan jamaah sejumlah itu tentu sangat sulit," cetus Seleh.
Karena itu, kata dia, tidak ada salahnya jika pemerintah meminta agar pemerintah Saudi memberi kelonggaran kepada Indonesia.
Kalau perlu, imbuh Saleh, SBY langsung datang menemui raja Saudi untuk meminta kelonggaran itu. Ia menilai, bertemu langsung dengan raja Saudi jauh lebih efektif dibandingkan hanya sekedar mengirim surat.
Setidaknya, papar Saleh, jika bertemu langsung SBY kelihatan lebih serius menyelesaikan masalah ini.
"Mengirim menag untuk melakukan lobi belum tentu efektif. Sebab, jika menag yang berangkat, maka dia akan dipertemukan dengan pejabat setingkat menteri atau bahkan hanya setingkat dirjen. Kalau itu yang terjadi, sedikit harapan jika pemerintah Saudi bisa memberikan kelonggaran yang diminta".
Menurut Saleh, dengan kuota yang sekarang sudah ada saja, jamaah haji Indonesia sudah harus dalam waiting list sampai beberapa tahun. "Artinya, kalau kuota dikurangi, itu berarti daftar waiting list itu semakin panjang," ujarnya.
Ketua Komisi Luar Negeri MUI Pusat menambahkan pengurangan kuota haji 2013 dilakukan secara tiba-tiba tanpa koordinasi awal dengan negara-negara Islam, khususnya yang memiliki jamaah haji terbesar seperti Indonesia.
"Akibatnya, Kementerian Agama kesulitan untuk melakukan penanganan calon jamaah haji yang akan diberangkatkan tahun ini," tuturnya.
Dengan pengurangan kuota hingga 20 persen, kata dia, Kementerian Agama pasti kesulitan untuk menentukan siapa saja dari daftar yang ada yang diprioritaskan untuk berangkat. Kalau kuota itu diterapkan, jumlah jamaah haji yang ditunda keberangkatannya lebih 40 ribu orang.
"Mengorganisir penundaan jamaah sejumlah itu tentu sangat sulit," cetus Seleh.
Karena itu, kata dia, tidak ada salahnya jika pemerintah meminta agar pemerintah Saudi memberi kelonggaran kepada Indonesia.
Kalau perlu, imbuh Saleh, SBY langsung datang menemui raja Saudi untuk meminta kelonggaran itu. Ia menilai, bertemu langsung dengan raja Saudi jauh lebih efektif dibandingkan hanya sekedar mengirim surat.
Setidaknya, papar Saleh, jika bertemu langsung SBY kelihatan lebih serius menyelesaikan masalah ini.
"Mengirim menag untuk melakukan lobi belum tentu efektif. Sebab, jika menag yang berangkat, maka dia akan dipertemukan dengan pejabat setingkat menteri atau bahkan hanya setingkat dirjen. Kalau itu yang terjadi, sedikit harapan jika pemerintah Saudi bisa memberikan kelonggaran yang diminta".
MARI BERIMAN DAN BERAMAL SALEH
Beruntung orang yang beriman. Tapi jika hanya iman jelas tidaklah cukup. Karena itu cukupkanlah dengan amal saleh.
Tapi sayang, pesan dalam Alquran surah al-‘Ashr, iman dan amal saleh masih dianggap belum cukup; kecuali dibersamai dengan upaya saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.
Pesan moral dalam Alquran surat ke-103 ini melandasai atas pentingnya nilai-nilai yang disebut di atas. Bahkan atas dasar itu Allah harus turut bersumpah atas nama makhluk-Nya yang bernama ‘waktu’ (al-‘Ashr).
Ada hasrat Allah yang tersurat, yaitu ingin supaya semua manusia berada dalam keberuntungan hidup bukan justru berkubang dalam sumur kerugiaan.
Nah, untuk menyebut supaya kita tidak didera kerugiaan (lafii khusrin), maka upaya memupuk keimanan dan amal saleh harus juga disertai dengan usaha saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.
Kenapa harus iman? Karena ia adalah fondasi; hal yang fundamental dalam membangun sikap keberagamaan manusia. Iman yang menyebabkan amn, rasa aman, damai dan tenang dalam menapak di planet kehidupan.
Iman pula yang menghadirkan rasa tanggun jawab (amaanah) dalam hidup. Karena iman ia akan dipercaya (amiin) dan dalam setiap rangkaian harap dan doa akan sangat didengar (aamiin).
Ada keselamatan dan bimbingan keberuntungan hidup dengan kita beriman. Alquran surat an-Nisa, 138 menyebut, “Barangsiapa yang tidak beriman (kufur) kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul, dan Hari Akhir maka ia tersesat dengan kesesatan yang jauh.”
Lalu kenapa kita harus beramal saleh dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran? Karena di hampir semua ayat dalam Alquran, kata iman selalu digandeng dengan kata amal saleh.
Kalau iman banyak berhubungan dengan garis vertikal, maka amal saleh dan kebajikan lain lebih sering berkaitan dengan sesuatu yang horizontal.
Kedua konsep ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena apabila salah satu dari keduanya tiada, maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang.
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW: “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR. Ath-Thabrani).
Seperti dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah [2]: 82).
Yang luar biasa adalah yang disebut dalam Alquran surat an-Nuur, Allah menjanjikan satu keadaan yang istimewa saat nilai keimanan dan amal saleh telah dihidupkan.
Apalagi sampai upaya luhur saling memberi nasehat kepada kebaikan dan kesabaran terus diciptakan. Pendeklarasian Allah yaitu Bersiaplah untuk menjadi pemimpin di muka bumi!
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang beramal saleh, sungguh mereka akan 'memimpin' di muka bumi, sebagaimana orang-orang yang terdahulu sebelum mereka telah memimpin, dan sungguh Allah akan meneguhkan kedudukan agama mereka yang telah diridloi oleh Allah untuk mereka. Juga akan diubah keadaan mereka oleh Allah sesudah mereka merasa ketakutan menjadi aman sentosa...” (QS An Nuur : 55).
Subhnallah, langkah strategis saat syahwat memimpin sedang menggelayuti kita. Tidak harus berburu apalagi saling sikut, kita hanya cukup bersiap dengan upaya menanamkan iman, amal saleh dan terus berupaya saling menasehati kepada kebaikan dan kesabaran.
Tapi sayang, pesan dalam Alquran surah al-‘Ashr, iman dan amal saleh masih dianggap belum cukup; kecuali dibersamai dengan upaya saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.
Pesan moral dalam Alquran surat ke-103 ini melandasai atas pentingnya nilai-nilai yang disebut di atas. Bahkan atas dasar itu Allah harus turut bersumpah atas nama makhluk-Nya yang bernama ‘waktu’ (al-‘Ashr).
Ada hasrat Allah yang tersurat, yaitu ingin supaya semua manusia berada dalam keberuntungan hidup bukan justru berkubang dalam sumur kerugiaan.
Nah, untuk menyebut supaya kita tidak didera kerugiaan (lafii khusrin), maka upaya memupuk keimanan dan amal saleh harus juga disertai dengan usaha saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.
Kenapa harus iman? Karena ia adalah fondasi; hal yang fundamental dalam membangun sikap keberagamaan manusia. Iman yang menyebabkan amn, rasa aman, damai dan tenang dalam menapak di planet kehidupan.
Iman pula yang menghadirkan rasa tanggun jawab (amaanah) dalam hidup. Karena iman ia akan dipercaya (amiin) dan dalam setiap rangkaian harap dan doa akan sangat didengar (aamiin).
Ada keselamatan dan bimbingan keberuntungan hidup dengan kita beriman. Alquran surat an-Nisa, 138 menyebut, “Barangsiapa yang tidak beriman (kufur) kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul, dan Hari Akhir maka ia tersesat dengan kesesatan yang jauh.”
Lalu kenapa kita harus beramal saleh dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran? Karena di hampir semua ayat dalam Alquran, kata iman selalu digandeng dengan kata amal saleh.
Kalau iman banyak berhubungan dengan garis vertikal, maka amal saleh dan kebajikan lain lebih sering berkaitan dengan sesuatu yang horizontal.
Kedua konsep ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena apabila salah satu dari keduanya tiada, maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang.
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW: “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR. Ath-Thabrani).
Seperti dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah [2]: 82).
Yang luar biasa adalah yang disebut dalam Alquran surat an-Nuur, Allah menjanjikan satu keadaan yang istimewa saat nilai keimanan dan amal saleh telah dihidupkan.
Apalagi sampai upaya luhur saling memberi nasehat kepada kebaikan dan kesabaran terus diciptakan. Pendeklarasian Allah yaitu Bersiaplah untuk menjadi pemimpin di muka bumi!
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang beramal saleh, sungguh mereka akan 'memimpin' di muka bumi, sebagaimana orang-orang yang terdahulu sebelum mereka telah memimpin, dan sungguh Allah akan meneguhkan kedudukan agama mereka yang telah diridloi oleh Allah untuk mereka. Juga akan diubah keadaan mereka oleh Allah sesudah mereka merasa ketakutan menjadi aman sentosa...” (QS An Nuur : 55).
Subhnallah, langkah strategis saat syahwat memimpin sedang menggelayuti kita. Tidak harus berburu apalagi saling sikut, kita hanya cukup bersiap dengan upaya menanamkan iman, amal saleh dan terus berupaya saling menasehati kepada kebaikan dan kesabaran.
Senin, Juni 03, 2013
INI DIA SEPULUH TEMAN IBLIS
Dalam riwayat Imam Bukhari, diceritakan, suatu saat ketika sedang
duduk, Rasulullah saw didatangi seseorang. Rasul bertanya kepadanya:
“Siapa Anda?” Ia pun menjawab: “Saya Iblis.”
Rasul bertanya lagi, apa maksud kedatangannya. Iblis menceritakan kedatangannya atas izin Allah untuk menjawab semua pertanyaan dari Rasulullah saw.
Kesempatan itu pun digunakan Rasulullah saw untuk menanyakan beberapa hal. Salah satunya mengenai teman-teman Iblis dari umat Muhammad saw yang akan menemaninya di neraka nanti? Iblis menjawab, temannya di neraka nanti ada 10 kelompok.
Yang pertama, kata Iblis, haakimun zaa`ir (hakim yang curang). Maksudnya adalah seorang hakim yang berlaku tidak adil dalam menetapkan hukum. Ia menetapkan tidak semestinya.
Tak hanya hakim, dalam hal ini bisa juga para penegak hukum secara umum, seperti polisi, jaksa, pengacara, dan juga setiap individu, karena mereka menjadi hakim dalam keluarganya.
Yang kedua, kata Iblis, ghaniyyun mutakabbir (orang kaya yang sombong). Ia begitu bangga dengan kekayaan dan enggan mendermakan untuk masyarakat yang membutuhkan.
Dia menganggap, semua yang diperolehnya merupakan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya seperti Qarun.
Ketiga, taajirun kha’in (pedagang yang berkhianat). Ia melakukan penipuan, baik dalam hal kualitas barang yang diperdagangkan, maupun mengurangi timbangan.
Bila membeli sesuatu, dia selalu meminta ditambah, namun saat menjualnya dia melakukan kecurangan dengan menguranginya.
Disamping itu, ia menimbun barang. Membeli di saat murah, dan menjualnya di saat harga melambung tinggi. Dengan begitu, dia memperoleh untung besar.
Demikian juga pada pengerjaan proyek tertentu, ia membeli barang dengan kualitas rendah untuk meraih keuntungan berlipat (mark up).
Kelompok keempat yang menjadi teman Iblis adalah syaaribu al-khamr (orang yang meminum khamar). Minuman apapun yang memabukkan, ia termasuk khamar. Misalnya arak, wine, wisky, atau minuman yang sejenisnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, peminum khamar (pemabuk) dikatakan tidak beriman, jika dia meninggal nanti masih terdapat khamar dalam tubuhnya.
Yang kelima, al-fattaan (tukang fitnah). Fitnah lebih berbahaya dari pada pembunuhan (al-fitnatu asyaddu min al-qatl). Lihat QS al-Baqarah [2]: 191.
Membunuh adalah menghilangkan nyawa lebih cepat, namun fitnah ‘membunuh’ seseorang secara pelan-pelan. Fitnah ini bisa pula ‘pembunuhan’ karakter seseorang.
Fitnah itu di antaranya, mengungkap aib seseorang yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan, gosip, ghibah, dan lainnya.
Keenam adalah shaahibu ar-riya` (orang yang suka memamerkan diri). Mereka selalu ingin menunjukkan kehebatan dirinya, menunjukkan amalnya, kekayaannya, dan lainnya. Semuanya itu demi mendapatkan pujian.
Ketujuh, //aakilu maal al-yatiim// (orang yang memakan harta anak yatim). Mereka memanfaatkan harta anak yatim atau sumbangan untuk anak yatim demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Lihat QS al-Ma`un [107]: 1-7.
Kedelapan, al-mutahaawinu bi al-shalah (orang yang meringankan shalat). Mereka memahami perintah shalat adalah kewajiban, namun dengan berbagai alasan, akhirnya shalat pun ditinggalkan. Allah juga mengancam Muslim yang melalaikan shalat.
Kesembilan, maani’u az-zakaah (orang yang enggan membayar zakat). Mereka merasa berat untuk mengeluarkan zakat, walaupun tujuan zakat untuk membersihkan diri dan hartanya.
Teman Iblis yang ke-10 adalah man yuthiilu al-amal (panjang angan-angan). Enggan berbuat, namun selalu menginginkan sesuatu. Dia hanya bisa berandai-andai, tapi tak pernah melakukan hal itu. Wallahu a’lam.
Rasul bertanya lagi, apa maksud kedatangannya. Iblis menceritakan kedatangannya atas izin Allah untuk menjawab semua pertanyaan dari Rasulullah saw.
Kesempatan itu pun digunakan Rasulullah saw untuk menanyakan beberapa hal. Salah satunya mengenai teman-teman Iblis dari umat Muhammad saw yang akan menemaninya di neraka nanti? Iblis menjawab, temannya di neraka nanti ada 10 kelompok.
Yang pertama, kata Iblis, haakimun zaa`ir (hakim yang curang). Maksudnya adalah seorang hakim yang berlaku tidak adil dalam menetapkan hukum. Ia menetapkan tidak semestinya.
Tak hanya hakim, dalam hal ini bisa juga para penegak hukum secara umum, seperti polisi, jaksa, pengacara, dan juga setiap individu, karena mereka menjadi hakim dalam keluarganya.
Yang kedua, kata Iblis, ghaniyyun mutakabbir (orang kaya yang sombong). Ia begitu bangga dengan kekayaan dan enggan mendermakan untuk masyarakat yang membutuhkan.
Dia menganggap, semua yang diperolehnya merupakan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya seperti Qarun.
Ketiga, taajirun kha’in (pedagang yang berkhianat). Ia melakukan penipuan, baik dalam hal kualitas barang yang diperdagangkan, maupun mengurangi timbangan.
Bila membeli sesuatu, dia selalu meminta ditambah, namun saat menjualnya dia melakukan kecurangan dengan menguranginya.
Disamping itu, ia menimbun barang. Membeli di saat murah, dan menjualnya di saat harga melambung tinggi. Dengan begitu, dia memperoleh untung besar.
Demikian juga pada pengerjaan proyek tertentu, ia membeli barang dengan kualitas rendah untuk meraih keuntungan berlipat (mark up).
Kelompok keempat yang menjadi teman Iblis adalah syaaribu al-khamr (orang yang meminum khamar). Minuman apapun yang memabukkan, ia termasuk khamar. Misalnya arak, wine, wisky, atau minuman yang sejenisnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, peminum khamar (pemabuk) dikatakan tidak beriman, jika dia meninggal nanti masih terdapat khamar dalam tubuhnya.
Yang kelima, al-fattaan (tukang fitnah). Fitnah lebih berbahaya dari pada pembunuhan (al-fitnatu asyaddu min al-qatl). Lihat QS al-Baqarah [2]: 191.
Membunuh adalah menghilangkan nyawa lebih cepat, namun fitnah ‘membunuh’ seseorang secara pelan-pelan. Fitnah ini bisa pula ‘pembunuhan’ karakter seseorang.
Fitnah itu di antaranya, mengungkap aib seseorang yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan, gosip, ghibah, dan lainnya.
Keenam adalah shaahibu ar-riya` (orang yang suka memamerkan diri). Mereka selalu ingin menunjukkan kehebatan dirinya, menunjukkan amalnya, kekayaannya, dan lainnya. Semuanya itu demi mendapatkan pujian.
Ketujuh, //aakilu maal al-yatiim// (orang yang memakan harta anak yatim). Mereka memanfaatkan harta anak yatim atau sumbangan untuk anak yatim demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Lihat QS al-Ma`un [107]: 1-7.
Kedelapan, al-mutahaawinu bi al-shalah (orang yang meringankan shalat). Mereka memahami perintah shalat adalah kewajiban, namun dengan berbagai alasan, akhirnya shalat pun ditinggalkan. Allah juga mengancam Muslim yang melalaikan shalat.
Kesembilan, maani’u az-zakaah (orang yang enggan membayar zakat). Mereka merasa berat untuk mengeluarkan zakat, walaupun tujuan zakat untuk membersihkan diri dan hartanya.
Teman Iblis yang ke-10 adalah man yuthiilu al-amal (panjang angan-angan). Enggan berbuat, namun selalu menginginkan sesuatu. Dia hanya bisa berandai-andai, tapi tak pernah melakukan hal itu. Wallahu a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)