Apa itu Hubbud Dunya?
Hubbud dunya adalah cinta dunia
secara berlebihan. Cinta yang seperti ini sangat dekat dengan maksiat
dan dapat merusak agama.
Lantas, bagaimana ciri orang yang cinta
dunia?
Cirinya, bila seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan
diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka
akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki,
serakah atau capai memikirkan yang tak ada. Makin cinta pada dunia, akan
makin serakah, bahkan bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang
diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang panting siang malam
mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.
Ciri lainnya adalah
takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut
sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan,
maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Karenanya, pecinta
dunia itu tak pernah bahagia. Rasulullah yang mulia, walau dunia lekat
dan mudah baginya, tapi semua itu tak pernah mencuri hatinya. Misalnya,
saat pakaian dan kuda terbaiknya ada yang meminta, beliau memberikannya
dengan ringan.
Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu
lembah. Inilah yang membuat beliau tak pernah berpikir untuk berbuat
aniaya. Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita
tak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja.
Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, menua, dan akhirnya mati.
Kita
harus meyakini bahwa siapapun yang tak pernah berusaha melepaskan
dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya
karena sumber dari segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang
begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya
hidup yang tak terbelenggu oleh dunia.
Karena itu, hendaknya sebagai Muslim, kita menjauhi sikap hubbud dunia. Sebab, selain dekat dengan maksiat dan merusak agama juga dapat merusak iman dan amal kita.
Bentuk
hubbud dunia di antaranya adalah banyak berangan-angan kepada dunia
yang gemerlap dan memiliki sifat thoma atau serakah. Sifat serakah ini
akan memberikan kehancuran dan sia-sia.
Ada sebuah kisah tiga
orang pencuri di jaman Nabi Isa as yang berhasil mencuri tiga batang
emas. Setelah mencuri, ketiganyapun beristirahat di sebuah gua dan
berniat membagikan harta curiannya. Namun, sebelum membagikannya, mereka
sepakat untuk makan terlebih dulu. Maka pergilah seorang pencuri ke
pasar untuk membeli nasi bungkus.
Sifat tamaknya digunaakan
syaitan untuk memperdayainya. Ia pun terkena daya upaya syaitan untuk
meracuni makanan kedua temannya. Dengan kematian kedua kawannya itu, dia
berpikir tidak perlu lagi membagi hasil curian. Di saat yang sama,
kedua temannya pun merencanakan pembunuhan dirinya agar hasil curian
tersebut tidak perlu dibagi tiga. Keduaanya pun akan memperoleh
keuntungan yang lebih banyak.
Sesampainya di gua tersebut, si
pembeli nasi bungkus dibunuh oleh dua kawannya yang menunggu di gua.
Selepas dibunuh, keduanya memutuskan untuk makan dulu. Mereka tidak tahu
kalau nasi tersebut sudah diracuni. Apa Hasilnya? Keserakahan membuat
ketiga pencuri tersebut mati. Nilah yang dimaksud merusak dan sia-sia.
Kisah
lainnya, adalah kisah Salabah yaang senantiasa terburu-buru dalam
shalat dan enggan berwirid lantaran sarung yang dimilikinya harus
dipakai bergantian dengan istrinya di rumah. Ia pun memohon kepada
Rasulullah untuk mendoakannya agar mudah mendapatkan rezeki. Sayangnya,
ketika rezeki itu telah dilimpahkan kepada Salabah, ia justru lalai
dalam beribadah.
Semoga kisah-kisah itu dapat memberikan pelajaran kepada kita semua.
Oleh: Ahmad Khotib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar