Selasa, Juli 12, 2016

PUASA SYAWAL 6 HARI

Puasa Ramadhan baru saja dilalui dengan perayaan Idul Fitri. Harapan untuk bisa bertemu kembali dengan Ramadhan mendatang juga sangat tinggi. Karena Ramadhan memang bulan istimewa: penuh rahmat, berkah, dan ampunan dari Allah SWT bagi yang berpuasa berbasis iman, ilmu, dan harapan mendapatkan ridha-Nya.

Sedemikian istimewanya Ramadhan, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Seandainya hamba mengetahui keistimewaan yang ada dalam bulan Ramadhan, maka ia pasti mendambakan sepanjang tahun itu menjadi Ramadhan.” (HR at-Thabarani).

Puasa yang sempurna tidak berakhir dengan selesainya puasa Ramadhan. Sebagai bukti konsistensi dan ketaatan kepada Allah SWT, puasa Ramadhan perlu disempurnakan dengan puasa enam hari di bulan Syawal. Jika ditambah puasa enam hari di bulan Syawal, maka nilai puasa kita menjadi setara dengan puasa setahun.

Nabi SAW bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu diikuti (dilanjutkan) puasa enam hari di bulan Syawwal, maka puasanya itu seperti puasa setahun.” (HR Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, dan Ahmad).

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, puasa enam hari di bulan Syawwal berfungsi sebagai penyempurna Ramadhan karena dapat menggenapkan nilai dan pahala Ramadhan menjadi setara dengan puasa setahun. Hadis Nabi SAW tersebut sungguh logis dan kontekstual.

Menurut matematika Ilahi, setiap amal kebaikan itu nilainya dilipatkan-gandakan 10 kali lipat (QS al-Qashash [28]: 84). Puasa Ramadhan (sebulan x 10) berarti setara 10 bulan, sedangkan enam hari di bulan Syawal (6 hari x 10) sama dengan puasa 60 hari = 2 bulan. 10 bulan ditambah 2 bulan berarti sama dengan puasa satu tahun.

Secara medis, berdasarkan sebuah riset di Universitas California, puasa Ramadhan dan enam hari di bulan Syawal terbukti dapat membersihkan sisa-sisa makanan (sampah dalam tubuh), racun, dan kolestrol jahat selama kurang lebih selama setahun.

Sehari berpuasa itu ternyata dapat mendetoksifikasi racun dan sisa-sisa makanan dalam tubuh selama 10 hari. Selain itu, puasa dalam jangka waktu tertentu (seperti Ramadhan dan enam hari di bulan Syawwal) terbukti dapat mengurangi risiko penyakit jantung, meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, dan membunuh pertumbuhan sel kanker, bakteri, dan virus dalam tubuh.

Agar lebih sempurna lagi, hasil riset itu juga menyarankan agar dibiasakan puasa dua hari setiap pekan (puasa Senin dan Kamis) atau sekurang-kurangnya puasa tiga hari setiap bulan (pada tanggal 13, 14, dan 15).

Jadi, konsistensi dalam menjalankan ketaatan beragama, seperti berpuasa sunah di luar Ramadhan, tidak hanya berpengaruh secara psikologis, mental dan spiritual, tetapi juga berfungsi meningkatkan kebugaran dan kesehatan fisik.

Sebagai penyempurna Ramadhan, puasa Syawal ternyata juga berfungsi sebagai penghapus dosa-dosa masa lalu. Senada dengan hadis tersebut, Nabi SAW pernah bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.” (HR at-Thabarani).

Puasa enam hari di bulan Syawal sangat bermanfaat dan multifungsional bagi setiap Muslim dalam rangka menyempurnakan pahala ibadah Ramadhan, memaksimalkan perolehan ampunan dari Allah SWT dan kedekatan dengan-Nya, sekaligus menunjukkan sifat istiqamah dalam ketaatan dan kedekatan diri dengan Allah SWT.

Puasa Syawal sejatinya juga merupakan proses pembelajaran puasa lintas masa dan lintas situasi dan kondisi, sehingga shaimin dan shaimat menjadi terbiasa mengendalikan diri dan memiliki pertahanan mental spiritual yang tangguh dalam dirinya. Pertahanan mental spiritual ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi aneka godaan kehidupan yang seringkali menipu dan menyesatkan.

Tidak ada komentar: