Siapa diantara kita yang tidak menginginkan buah
hati yang saleh dan salehah? Sudah pasti hal itu menjadi dambaan setiap orang
tua. Lantas apa kita sebagai orang tua hanya terus-menerus mendamba? jelas saja
tidak, butuh usaha dan kesabaran ekstra untuk mendidik dan membimbing anak-anak
kita menjadi kebanggaan seperti yang kita harapkan.
Seringkali kita mendengar sebuah doa “rabbanaa
hablanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrata ‘ayuun….”.
Lantas apa sebenarnya makna dari Qurrata
‘Ayun? Qurrata ‘ayun adalah anak keturunan yang
mengerjakan kebaikan dan ketaatan, sehingga ia dapat membahagian orang tuanya
di dunia dan akhirat. Itu artinya, ketika kita mendamba agar anak keturunan
kita mampu menjadi generasi Qurrata ‘Ayun, hal pertama yang harus
diperhatikan adalah tentang perkembangan rasa agama dalam dirinya.
Religiusitas atau rasa agama dalam
diri anak kita merupakan hasil dari suatu proses yang terus menerus sejak ia
dilahirkan hingga kelak saat ia dewasa. Perkembangan religiusitas pada usia
anak-anak memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan perkembangan
religiusitasnya. Konsep dan nilai agama yang diajarkan secara berkelanjutan
akan terinternalisasi ke dalam diri anak, sehingga kelak dapat menjadi dasar
penilaian anak terhadap nilai-nilai dari luar yang masuk pada dirinya.
Ada beberapa cara simple yang
bisa kita lakukan untuk mendidik anak kita menjadi religious,
menjadikannya generasi Qurrata ‘Ayun , diantaranya:
1. Keteladanan dan learning by doing
Kita semua tahu bahwa semua pengetahuan yang
dimiliki anak datang dari luar dirinya, terutama dari keluarga dan lingkungan
terdekatnya. Oleh karenanya orang tua harus mampu mendidik anak dengan
contoh dan keteladanan yang baik. Keteladanan merupakan cara terbaik dalam
mendidik anak dan keteladanan yang patut dicontot oleh seluruh umat manusia
adalah keteladanan dari Rasulullah SAW.
Selain dengan keteladanan, pendidikan agama juga
perlu menekankan pembiasaan perilaku dan pembentukan minat beragama bagi anak,
maka dalam hal ini orang tua juga perlu melibatkan anak dengan learning
by doing (aplikasi teori dengan praktek yang sesungguhnya). Orangtua
hendaknya mulai mengajak, mengajari dan melatih anak agar terbiasa ke masjid,
menjalankan sholat, berwudhu, mengajarinya berinfaq di kotak amal, membaca doa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan seperti membaca doa hendak bepergian,
doa sebelum makan, doa sebelum tidur serta amalan-amalan praktis lainnya.
Dengan mengajak anak untuk mencoba berlatih dalam
praktek yang sesungguhnya, maka hal itu akan membuat anak semakin terkesan,
menambah pengalaman sehingga bisa melekat, teringat kuat hingga ia dewasa
kelak.
2. Reward and punishment (hadiah dan
hukuman) bagi anak
Cara kedua ini, sejalan dengan tumbuh kembang
anak, orang tua juga bisa menerapkan metode reward and punishment dalam
pendidikan anak. Misalnya saja, reward and punishment dengan
menggunakan uang koin (recehan). Ketika anak melakukan hal-hal yang mengandung
kebaikan, seperti membersihkan tempat tidurnya, mengerjakan tugas sekolah tanpa
disuruh, membantu orang tua, tidak menonton televisi terlalu lama, ikut sholat
berjamaah di masjid atau berangkat TPA dan lain sebagainya, maka orang tua
memberikan reward (hadiah) bagi anak dengan memberikan satu
uang koin tersebut (koin kebaikan).
Akan tetapi jika anak melakukan perilaku yang
kurang baik, seperti tidak membersihkan tempat tidurnya, tidak bersedia
membantu orang tua tanpa alasan yang jelas dan lain sebagainya, maka orangtua
memberikan punishment (hukuman) bagi anak dengan
mengurangi koin kebaikan yang pernah ia dapatkan. Dalam jangka waktu tertentu
saat koin kebaikan anak sudah mulai banyak terkumpul, maka orang tua dapat
mengajak anak untuk bersama-sama membeli mainan atau buku kesukaannya
menggunakan kumpulan koin kebaikannya.
Dengan menggunakan reward and
punishment anak akan termotivasi untuk terus melakukan kebaikan agar
koinnya semakin banyak, ia secara perlahan akan mengetahui sikap yang baik
dengan yang kurang baik. Ketika anak mendapatkan mainan atau buku kesukaannya
dari koin kebaikannya, maka anak kita pasti akan lebih menjaga dan merawat
mainan atau buku tersebut, karena ia merasa bahwasanya ia mendapatkannya dari
“hasil” kebaikannya.
3. Cerita dan kisah yang menarik
Siapa diantara kita yang masih suka mendongen untuk
buah hati menjelang tidurnya? Alangkah baiknya jika kebiasaan ini dilestarikan
kembali, karena kisah dan cerita terutama yang bersumber dari
dalam Al-qur’an dan hadist merupakan modal yang utama bagi orangtua dan
guru untuk membentuk karakter anak. Karena sesungguhnya Allah menurunkan
sebagian wahyunya berupa kisah cerita agar umat muslim dapat mengambil
pelajaran dari kisah cerita tersebut.
Orangtua bisa menjalin kedekatan dan
mengkomunikasikan cerita dengan bahasa yang bisa menyentuh hati sang buah hati,
menanamkan rasa ketuhanan dengan mengembangkan daya khayal dan fantasi anak,
sehingga anak akan lebih mudah mencerna banyak pelajaran tentang nilai-nilai,
kepribadian dan akhlak mulia. Disamping itu melalui bercerita, orangtua dapat
memikat perhatian anak dalam waktu singkat, cerita yang disampaikan juga dapat
dikemas secara menarik dan menonjolkan tokoh yang berprilaku baik.
Ini sedikit dari banyak cara yang bisa kita
terapkan terhadap buah hati kita, nantinya diharapkan buah
hati kita akan tumbuh menjadi generasi religius, generasi qurrata
‘ayun dan khalifah terbaik bagi agama dan negara. Aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar