Selasa, Maret 22, 2016

MELAHIRKAN GENERASI QURRATA 'AYUN



Siapa diantara kita yang tidak menginginkan buah hati yang saleh dan salehah? Sudah pasti hal itu menjadi dambaan setiap orang tua. Lantas apa kita sebagai orang tua hanya terus-menerus mendamba? jelas saja tidak, butuh usaha dan kesabaran ekstra untuk mendidik dan membimbing anak-anak kita menjadi kebanggaan seperti yang kita harapkan.

Seringkali kita mendengar sebuah doa “rabbanaa hablanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrata ‘ayuun….”. 

Lantas apa sebenarnya makna dari Qurrata ‘AyunQurrata ‘ayun adalah anak keturunan yang mengerjakan kebaikan dan ketaatan, sehingga ia dapat membahagian orang tuanya di dunia dan akhirat. Itu artinya, ketika kita mendamba agar anak keturunan kita mampu menjadi generasi Qurrata ‘Ayun, hal pertama yang harus diperhatikan adalah tentang perkembangan rasa agama dalam dirinya.

Religiusitas atau rasa agama dalam diri anak kita merupakan hasil dari suatu proses yang terus menerus sejak ia dilahirkan hingga kelak saat ia dewasa. Perkembangan religiusitas pada usia anak-anak memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan perkembangan religiusitasnya. Konsep dan nilai agama yang diajarkan secara berkelanjutan akan terinternalisasi ke dalam diri anak, sehingga kelak dapat menjadi dasar penilaian anak terhadap nilai-nilai dari luar yang masuk pada dirinya.

Ada beberapa cara simple yang bisa kita lakukan untuk mendidik anak kita menjadi religious, menjadikannya generasi Qurrata ‘Ayun , diantaranya:

1. Keteladanan dan learning by doing

Kita semua tahu bahwa semua pengetahuan yang dimiliki anak datang dari luar dirinya, terutama dari keluarga dan lingkungan terdekatnya. Oleh karenanya orang tua harus mampu mendidik anak dengan contoh dan keteladanan yang baik. Keteladanan merupakan cara terbaik dalam mendidik anak dan keteladanan yang patut dicontot oleh seluruh umat manusia adalah keteladanan dari Rasulullah SAW.

Selain dengan keteladanan, pendidikan agama juga perlu menekankan pembiasaan perilaku dan pembentukan minat beragama bagi anak, maka dalam hal ini orang tua juga perlu melibatkan anak dengan learning by doing (aplikasi teori dengan praktek yang sesungguhnya). Orangtua hendaknya mulai mengajak, mengajari dan melatih anak agar terbiasa ke masjid, menjalankan sholat, berwudhu, mengajarinya berinfaq di kotak amal, membaca doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan seperti membaca doa hendak bepergian, doa sebelum makan, doa sebelum tidur serta amalan-amalan praktis lainnya.

Dengan mengajak anak untuk mencoba berlatih dalam praktek yang sesungguhnya, maka hal itu akan membuat anak semakin terkesan, menambah pengalaman sehingga bisa melekat, teringat kuat hingga ia dewasa kelak.
 
2. Reward and punishment (hadiah dan hukuman) bagi anak

Cara kedua ini, sejalan dengan tumbuh kembang anak, orang tua juga bisa menerapkan metode reward and punishment dalam pendidikan anak. Misalnya saja, reward and punishment dengan menggunakan uang koin (recehan). Ketika anak melakukan hal-hal yang mengandung kebaikan, seperti membersihkan tempat tidurnya, mengerjakan tugas sekolah tanpa disuruh, membantu orang tua, tidak menonton televisi terlalu lama, ikut sholat berjamaah di masjid atau berangkat TPA dan lain sebagainya, maka orang tua memberikan reward (hadiah) bagi anak dengan memberikan satu uang koin tersebut (koin kebaikan).

Akan tetapi jika anak melakukan perilaku yang kurang baik, seperti tidak membersihkan tempat tidurnya, tidak bersedia membantu orang tua tanpa alasan yang jelas dan lain sebagainya, maka orangtua memberikan punishment (hukuman)  bagi anak dengan mengurangi koin kebaikan yang pernah ia dapatkan. Dalam jangka waktu tertentu saat koin kebaikan anak sudah mulai banyak terkumpul, maka orang tua dapat mengajak anak untuk bersama-sama membeli mainan atau buku kesukaannya menggunakan kumpulan koin kebaikannya.

Dengan menggunakan  reward and punishment anak akan termotivasi untuk terus melakukan kebaikan agar koinnya semakin banyak, ia secara perlahan akan mengetahui sikap yang baik dengan yang kurang baik. Ketika anak mendapatkan mainan atau buku kesukaannya dari koin kebaikannya, maka anak kita pasti akan lebih menjaga dan merawat mainan atau buku tersebut, karena ia merasa bahwasanya ia mendapatkannya dari “hasil” kebaikannya.

3. Cerita dan kisah yang menarik

Siapa diantara kita yang masih suka mendongen untuk buah hati menjelang tidurnya? Alangkah baiknya jika kebiasaan ini dilestarikan kembali, karena kisah dan cerita terutama yang bersumber dari dalam Al-qur’an dan hadist merupakan modal yang utama bagi orangtua dan guru untuk membentuk karakter anak. Karena sesungguhnya Allah menurunkan sebagian wahyunya berupa kisah cerita agar umat muslim dapat mengambil pelajaran dari kisah cerita tersebut.

Orangtua bisa menjalin kedekatan dan mengkomunikasikan cerita dengan bahasa yang bisa menyentuh hati sang buah hati, menanamkan rasa ketuhanan dengan mengembangkan daya khayal dan fantasi anak, sehingga anak akan lebih mudah mencerna banyak pelajaran tentang nilai-nilai, kepribadian dan akhlak mulia. Disamping itu melalui bercerita, orangtua dapat memikat perhatian anak dalam waktu singkat, cerita yang disampaikan juga dapat dikemas secara menarik dan menonjolkan tokoh yang berprilaku baik.

Ini  sedikit dari banyak cara yang bisa kita terapkan terhadap buah hati kita, nantinya diharapkan buah hati kita akan tumbuh menjadi generasi religius, generasi qurrata ‘ayun dan khalifah terbaik bagi agama dan negara. Aamiin

Tidak ada komentar: