"Barangsiapa melakukan perbuatan baik dalam Islam, maka dia mendapat
pahala perbuatannya dan pahala orang yang ikut melakukannya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang melakukan
perbuatan buruk dalam Islam, maka dia akan mendapatkan dosa dari
perbuatannya dan dosa orang yang ikut melakukannya tanpa mengurangi dosa
mereka sedikit pun" (HR Muslim)
Rasulullah SAW mengungkapkan hadis ini tatkala beliau melihat seorang
lelaki Anshar membawa bungkusan. Karena beratnya bungkusan tersebut,
telapak tangannya hampir-hampir tidak mampu membawanya.
Ia
sedekahkan bungkusan itu kepada orang-orang Bani Mudlar yang saat itu
datang ke Madinah dalam kondisi memprihatinkan. Tindakan tersebut
kemudian diikuti penduduk Madinah lainnya. Mereka berduyun-duyun
memberikan sebagian hartanya, sehingga tampak satu tumpuk makanan dan
satu tumpuk pakaian. Demikian dikisahkan oleh Abu Amr, Jarir bin
Abdillah.
Walau berkaitan dengan menginfaqkan harta, hadis tersebut hakikatnya
mencakup semua perbuatan, apapun itu, baik atau buruk. Tema utama hadis
tersebut adalah kepeloporan. Kepeloporan bisa membawa berdampak serius
bagi diri dan orang lain. Ia tidak hanya akan mendapatkan balasan untuk
dirinya sendiri, tetapi juga akan mendapatkan balasan dariorang lain
yang mengikuti tindakannya.
Seorang Muslim sangat dianjurkan mampu mempelopori perbuatan baik.
Perbuatan yang dimaksud bisa berupa sunnah Rasul yang mulai ditinggalkan
umat. Bisa juga berupa inovasi baru sepanjang tidak melanggar
kaidah-kaidah Islam.
Kepeloporan harus dilandasi keikhlasan dan dimulai dari diri sendiri.
Rasulullah SAW dan para sahabat adalah pelopor dalam kebiakan. Berbagai
sunnah hasanah (tradisi yang baik) yang ada sekarang ini, dimulai oleh
mereka. Mereka pun memulai sunnah itu dari diri mereka sendiri.
Umar bin Khathab mencontohkan hal tersebut saat beliau menjadi
khalifah. Diriwayatkan bahwa beliau kerap mengajak keluarganya hidup
sederhana. Kadang ia merenggut dari tangan mereka, bahkan dari mulut
mereka makanan yang segar.
Bumi rasanya bergoyang dan langit bergolak, ketika ia tahu bahwa
salah seorang dari keluarganya menghendaki keistimewaan. Apabila
memberlakukan suatu undang-undang atau melarang suatu perkara, ia
terlebih dulu mengumpulkan keluarganya dan berkata, "Sesungguhnya aku
telah melarang orang-orang dari perbuatan begini dan begini karena
masyarakat melihat kepada kalian seperti burung melihat daging; jika
kalian terjerumus, mereka pun akan terjerumus; dan jika kalian takut,
mereka pun akan takut. Demi Allah, tidaklah aku mendengar seorang pun
dari kalian yang melanggar laranganku terthadap masyarakat, melainkan
kulipatgandakan siksaan baginya karena kedekatannya denganku. Maka
barangsiapa menghendaki di antara kalian bolehlah ia maju dan
barangsiapa yang menghendaki hendaklah ia mundur".
Memelopori kebaikan adalah keutamaan bagi seorang Muslim. Bahkan
semangat yang dimunculkan Islam adalah semangat untuk menjadi yang
pertama dalam kebaikan. "Berlomba-lombalah dalam kebaikan," demikian
perintah Allah dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 148.
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar