Senin, Maret 23, 2015

KIAT MENJAGA HATI



Hasan al-Bisri RA, salah seorang tabi'in terkemuka, pernah berkata, “Hati itu rusak karena enam hal.” Maka, kita harus berhati-hati dengan enam hal yang berpotensi merusak hati.

Pertama, melakukan dosa dengan berangan-angan akan segera ditobati dan yakin Allah akan menerima tobatnya.

Kedua, mengetahui ajaran Islam, tetapi tidak berusaha mengamalkannya.
Ketiga, mengamalkan ajaran Islam, tetapi tidak ikhlas lilaahi ta'ala.
Keempat, menikmati rezeki dari Allah, tetapi tidak berusaha mensyukurinya.
Kelima, tidak ridha menerima ketentuan dari Allah.
Keenam, menguburkan jenazah saudaranya, tetapi tidak mengambil pelajaran darinya.

Maka, agar hati tidak rusak sehingga merusak organ tubuh yang lainnya, kita harus bekerja ektrakeras guna menghindari enam hal yang dikemukakan oleh Hasan al-Bisri tersebut. Lalu, bagaimana kiatnya?

Pertama, kita jangan memandang remeh dosa tak terkecuali dosa kecil. Sebab dosa kecil (saja) apabila dilakukan berulang-ulang dapat berubah menjadi dosa besar. Dengan kata lain, kita harus bekerja ekstra keras untuk menghindari dosa.
Kedua, kita bertekad untuk mempelajari ajaran Islam dengan sebaik-baiknya sepanjang hayat di kandung badan. Di samping itu kita bertekad untuk mengamalkannya sedikit demi sedikit dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ketiga, kita bertekad untuk mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya karena kita yakin dengan firman Allah dalam QS An-Nisa [4] ayat 125 dan QS al-Mulk [67] ayat 2.
Keempat, kita bertekad untuk mensyukuri rezeki yang diberikan Allah kepada kita karena kita yakin dengan firman-Nya dalam QS Ibrahim [14] ayat 7.
Kelima, kita bertekad untuk menerima dengan ridha ketentuan Allah yang baik dan yang buruk terhadap kita karena kita yakin itulah yang terbaik buat kita.
Keenam, kita bertekad untuk mengambil pelajaran dari kematian saudara-saudara kita karena kita yakin suatu hari akan mengalaminya juga.  
Wallahu a'lam.

[sumber: kutipan_tazkiyatun nufus]

Kamis, Maret 12, 2015

AMANAH DARI SANG PENCIPTA

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit bumi dan gunung-gunung, semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab: 72).

DALAM ayat yang tertera di atas, Allah SWT memberikan suatu amanah kepada setiap penduduk langit dan bumi. Ternyata tidak semuanya mau untuk memikul amanah itu, dan hanya satu di antara mereka yang bersedia untuk memikulnya. Manusia, adalah satu-satunya makhluk yang siap dan bersedia memikul amanah dari Allah. Lalu, apa ya arti amanah dalam ayat ini?

Allah SWT mengemukakan amanah sebagai tawaran dan bukan tugas paksa, jadi yang ditawari berhak untuk menerima atau menolak. Enggan untuk memikul amanah bukan berarti langit, bumi dan gunung-gunung itu menentang, tetapi khawatir kalau tidak mampu melaksanakannya.
Langit, bumi dan gunung-gunung memilih menjadi makhluk Allah yang menjalani perintah saja dan bukan makhluk yang mempunyai kemampuan memilih. Manusia menerima amanah Allah itu, yaitu pilihan.

Manusia kurang menghitungkan kemampuan dirinya bahwa dia akan menghadapi godaan dan rayuan hidup. Oleh karena itu, Allah SWT menyebut sifat manusia, “Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.”

Seolah-olah Allah SWT berfirman kepadanya, “Hai manusia janganlah bersifat bangga ketika memikul amanah, tetapi kenalilah dirimu sendiri saat melaksanakan amanah (tugas) itu.”
Manusia memperebutkan kedudukan dan jabatan tetapi dia akan tahu dirinya dan mengukur kemampuannya sendiri saat melaksanakan amanah itu. Maka dari itu, ketika kita diberi amanah ukur dulu kualitas diri kita. Apakah kita mampu atau tidak. Jika memang dalam diri kita mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, ambillah amanah itu dengan baik dan penuh kesungguhan dalam melaksanakannya. Wallahu ‘alam.

[Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani]

Senin, Maret 09, 2015

WANITA DAMBAAN UMAT

Membahas tentang wanita tidak akan ada habisnya. Meskipun pembahasannya diulang maka tetap akan menemukan hal baru yang seakan belum pernah ada pembahasan sebelumnya. Itulah keunikan dan keistimewaan seorang wanita.

Dalam Alquran surat al-Ahzab [33] ayat 35, Allah SWT menyebutkan sepuluh sifat yang melekat dalam diri seorang wanita yang menjadi dambaan umat. Yang dari rahim wanita seperti itu akan lahir generasi unggul sebagai dambaan umat pula.





Seperti apa sifat wanita yang menjadi dambaan umat itu? Yaitu:

Pertama, al-muslimat. Wanita yang patuh taat dan tunduk kepada Allah SWT. Dengan karakter seperti itu seorang wanita akan dapat mempertahankan keimanannya meskipun badai menghampirinya.

Kedua, al-mukminat. Yaitu, wanita yang teguh dalam keimanan. Iman menjadi barometer kualitas keislaman seorang wanita. Ia yang menjadi dambaan umat, yang dapat mengaplikasikan nilai-nilai keimanan yang diwujudkan melalui ibadah individual dan sosial dalam kehidupan nyata.

Ketiga, al-qanitat. Yaitu, wanita yang ahli ibadah. Seorang wanita yang istikamah dalam menjalankan ibadah, baik yang wajib maupun sunah, yang dibingkai dengan penuh keikhlasan semata karena-Nya.

Keempat, ash-shadiqat. Yaitu, wanita yang benar (jujur). Seorang wanita yang senantiasi menghiasi diri dengan kejujuran. Jujur dalam hati, lisan, tindakan, dan sikap yang sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya.

Kelima, ash-shabirat. Yaitu, wanita yang sabar. Seorang wanita yang mampu bersabar dalam berbagai keadaan. Sabar dalam menjalankan perintah-Nya, dalam meninggalkan larangan-Nya, dan dalam menghadapi berbagai bentuk ujian dan cobaan.

Keenam, al-khasyiat. Yaitu, wanita yang khusyuk. Seorang wanita yang dapat menjaga kekhusyuan dalam beribadah kepada-Nya. Sehingga, ia dapat merasakan adanya pengawasan dari-Nya (muraqabatullah).

Ketujuh, al-mutashaddiqat. Yaitu, wanita yang senang bersedekah. Sedekah menjadi salah satu perhiasan diri yang hendaknya dilestarikan oleh setiap wanita. Karena sedekah dapat menarik cinta Allah, para malaikat, dan manusia.

Kedelapan, ash-shaimat. Yaitu, wanita yang rajin berpuasa. Rasul SAW bersabda, “Jika seorang wanita shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya akan masuk surga dari pintu-pintu yang ia inginkan.” (HR Ibnu HIbban dan Thabrani).

Kesembilan, al-hafidzat. Yaitu, wanita yang menjaga kehormatan. Kemuliaan seorang wanita diukur dari sejauhmana ia dapat menjaga kehormatan dirinya melalui cara berbusana, bertutur kata, berjalan, bergaul, dan yang lainnya.

Kesepuluh, adz-dzakirat. Yaitu, wanita yang banyak berdzikir. Tipe wanita yang selalu istikamah berdzikir dalam berbagai kesempatan, tempat, dan waktu. Sehingga, hatinya senantiasa terpaut dengan Sang Pencipta.

Semoga Allah SWT membimbing kita para wanita untuk istikamah menjaga sepuluh sifat di atas agar dapat melahirkan generasi dambaan umat. Amin. Wallahu a'lam