Allah SWT itu Mahaluas karunia-Nya. Sekecil apa pun kebaikan yang
kita lakukan, Allah SWT akan membalasnya dengan yang lebih baik dan
lebih banyak dari apa yang kita lakukan, baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
Sebesar dan sebanyak apa pun dosa kita kepada Allah SWT,
jika kita bertobat kepada-Nya, Allah SWT akan mengampuninya. Karenanya,
salah satu hal yang harus kita tumbuhkan dalam diri kita ketika
berinteraksi dengan Allah SWT adalah sifat raja, yakni mengharap akan karunia dan rahmat-Nya.
Dalam kitab Madariju al-Salikina Manazilu Iyyaka nabudu waiyyaka nastain, Ibnu Qayyim al-Zaujiyah mengatakan, raja(mengharap) merupakan ayunan langkah yang membawa hati ke tempat sang kekasih, yakni Allah SWT dan negeri akhirat.
Ada yang berpendapat raja artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah SWT. Raja
(mengharap) berbeda dengan berangan-angan. Berangan-angan adalah
harapan yang disertai dengan kemalasan, pelakunya tidak pernah
bersungguh-sungguh dan berusaha.
Sementara, raja itu disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tawakal. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa raja tidak dianggap sah kecuali disertai dengan usaha.
Raja
atau mengharap terbagi tiga macam. Dua macam merupakan perbuatan
terpuji dan satu lagi merupakan perbuatan tercela. Pertama, harapan
seseorang agar bisa taat kepada Allah SWT berdasarkan cahaya dari-Nya,
lalu dia mengharap pahala-Nya.
Kedua, seseorang yang berbuat
dosa, lalu bertobat dan mengharap ampunan-Nya, kemurahan dan kasih
sayang-Nya. Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat
Allah SWT tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang
dusta.
Mengharap (raja) terletak di saat dan setelah
seseorang melakukan ikhtiar atau usaha. Hal ini dapat dipahami dari
firman Allah SWT yang termaktub dalam Alquran surah al-Baqarah [2] ayat
218, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Orang yang senantiasa berharap akan keluasan karunia Allah SWT (raja)
adalah orang yang selalu membukakan pintu harapan baginya. Cirinya,
hatinya selalu mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah dan kesempurnaan
ampunan-Nya.
Ahmad bin Asim pernah ditanya, “Apakah tanda raja pada diri seorang hamba?” Dia menjawab, “Jika
dia dikelilingi kebaikan, ia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil
mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah SWT di dunia dan di akhirat,
serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat.
Keadaannya yang seperti demikian itu menjadikan orang yang raja
senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT, bersabar, dan berlapang dada
serta tidak mudah putus asa dan frustrasi karena ia meyakini akan
keluasan rahmat dan ampunan Allah SWT.''
Cara untuk menumbuhkan raja
(mengharap) dalam diri kita adalah dengan mengetahui dan meyakini akan
keluasan dan kesempurnaan karunia dan rahmat Allah SWT dan berupaya
meraihnya dengan amal-amal yang kita lakukan. Dengan hal inilah sifat raja akan tumbuh dalam diri kita. Insya Allah. Wallahu alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar