Pada saat ini, persahabatan pada umumnya hanya bermakna semu.
Persahabatan menjadi tidak abadi jika hal itu bertujuan untuk
mendapatkan harta atau jabatan.
Pada saat pilkada ataupun pemilu,
para calon pejabat rela repot-repot mendatangi rakyat demi mendapatkan
suara. Sementara pejabat yang sudah pensiun, tidak mudah baginya untuk
mendapatkan sahabat.
Lantas, adakah persahabatan yang abadi?
Jawabnya, ada. Salah satu contohnya adalah persahabatan antara
Rasulullah SAW, Abu Bakar, serta Umar bin Khattab. Di mana saja
Rasulullah berada dan pada kondisi apa pun, termasuk dalam kondisi yang
memilukan, senang, ataupun kondisi berperang, dapat dipastikan ada Abu
Bakar dan Umar bin Khattab sebagai sahabat beliau yang paling dekat
untuk menemani.
Ketika Rasulullah SAW dinobatkan Allah SWT
menjadi Rasul, tidak semua orang bisa menerima hal itu dengan baik.
Bahkan, banyak yang sangat menentang kebenaran yang datangnya dari Allah
ini. Namun, tidak demikian halnya dengan Umar, yang langsung
meyakininya.
Abu Bakar bahkan mengakui Rasulullah SAW di
tengah-tengah orang lain yang tidak pernah mengakuinya. Ini menunjukkan
bagaimana keyakinan Abu Bakar terhadap Rasulullah sebagai seseorang yang
diutus Allah untuk manusia di bumi serta mengatur segala urusan umat
manusia.
Hal itulah yang sering diungkapkan Rasulullah ketika
ditanya oleh orang-orang perihal siapa yang paling disayangi pada
kalangan umat manusia, baik dari golongan perempuan maupun laki-laki.
Ketika mendapat pertanyaan itu, Rasulullah senantiasa menjawab: Aisyah,
Abu Bakar, atau Umar.
Ternyata, rasa sayang dalam persahabatan
itu bisa terjalin dengan baik ketika ada hubungan dekat yang dibangun
atas dasar kekeluargaan, bukan sebatas teman tertawa, melainkan juga
teman bersedih dan berjuang bersama di jalan Allah.
Padahal,
siapa saja yang dekat dengan Rasulullah pada masa itu bisa mendapatkan
konsekuensi yang tidak ringan. Sebab, masyarakat pada masa itu belum
sepenuhnya menerima ajaran Islam. Suatu kali, misalnya, terjadi sesuatu
yang sangat mengkhawatirkan ketika Rasulullah dan Abu Bakar dikejar
orang-orang kafir Quraisy sehingga mereka terpaksa bersembunyi di dalam
gua Hira.
Saat itu, Abu Bakar sempat mengungkapkan ketakutannya
kepada Rasulullah. Ia takut orang-orang kafir Quraisy akan mengetahui
tempat persembunyian mereka. Apalagi, para kafir Quraisy sempat melintas
di depan mulut gua. Melihat kegundahan itu, Rasulullah berusaha
menenangkan hati Abu Bakar dan meyakinkan bahwa Allah akan menyelamatkan
mereka berdua dari kejaran kaum kafir Quraisy.
Tercatat dalam
sejarah, Abu Bakar adalah sosok yang sangat pemurah. Ia juga sangat suka
bersedekah kepada orang miskin. Bahkan, ia sering sekali mencari-cari
orang miskin untuk diberi sedekah. Ia pun sangat suka mencari orang yang
baru saja meninggal dunia untuk diantarkan jenazahnya. Abu Bakar pun
sangat taat dalam beribadah dan rajin berpuasa.
Perilaku dan
ibadah tersebut membuat kedudukan Abu Bakar di mata Rasulullah SAW
sangat baik sehingga beliau selalu menyebut Abu Bakar sebagai salah satu
orang yang sangat disayangi.(ROL).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar