Indah Lestari gembira. Ia merasa berada di tempat yang tepat. “Senang
punya komunitas berisi orang-orang yang istiqamah dalam beribadah,”
katanya. Komunitas yang ia maksudkan adalah One Day One Juz (ODOJ).
Bersama
rekan-rekannya, Indah membaca Alquran sebanyak satu juz setiap harinya.
Ia telah bergabung selama 1,5 bulan. Ia mengaku semula sempat
kesulitan. Sebab, biasanya ia membaca Alquran beberapa lembar saja.
Kini, perempuan asal Serang, Banten, itu lebih sering berinteraksi dengan kitab sucinya. Ia melakukannya setelah shalat Subuh.
Waktu
lainnya, di antara Maghrib dan Isya. Indah merasa lebih disiplin dalam
membaca Alquran. Ia pun menyampaikan kekaguman pada rekan-rekan lainnya.
“Mereka
punya banyak kesibukan, tetapi bisa menyelesaikan satu juz setiap
hari,” ungkap Indah. Peserta lainnya, Tino Gaus, sudah mengenal ODOJ
sejak didirikan. Pendirinya termasuk orang ia kenal. Laki-laki yang
bekerja di lembaga dana pendidikan pemerintah ini punya target.
Saat
perjalanan ke kantor menggunakan kereta, kata dia, ia harus bisa
mencicil bacaan Alqurannya. Ia juga menerapkan strategi lain dengan
membaca Alquran setelah shalat Zhuhur dan Ashar. “Maghrib diupayakan
sudah selesai,” kata mantan ketua BEM FMIPA UI itu.
Bahrul
Ulum mengaku merasa lebih tenang setelah rutin membaca satu juz
Alquran. Ia tak lagi gentar menghadapi tantangan hidup. Ia selalu
menargetkan selesai satu juz seusai shalat Subuh. “Kalau belum selesai,
sisanya saat istirahat kantor. Maksimal setelah pulang kantor.”
Laki-laki
yang bekerja pagi hingga petang di Laznas Amanah Takaful Jakarta
Selatan ini sudah bergabung selama tiga bulan. Ia telah melewati 87 sesi
membaca Alquran dan dua kali khatam bersama kelompoknya.
Koordinator
ODOJ Pusat Ricky Adrinaldi mengatakan, gerakan ini bermula sejak
September 2013 seusai Ramadhan. Ketika itu, masih dalam skala kecil.
Pertengahan November, selain Blackberry Messanger (BBM), penggunaan
Whatsapp (WA) cukup efektif menarik peminat.
Kuota yang besar dan kemampuan aplikasi WA yang memungkinkan untuk membuat lebih dari satu kelompok pembicaraan memungkinkan admin memantau kelompok dengan lebih baik. Tak lama berselang, Ricky dan teman-temannya melakukan soft launching ODOJ.
Pascapeluncuran,
peminat gerakan ini semakin banyak. Bahkan, jangkauannya meluas hingga
ke Australia, Qatar, Jeman, Jepang, Malaysia, Prancis, Swiss, Amerika
Serikat (AS), dan Hong Kong. Untuk memudahkan koordinasi, tiap negara
memiliki perwakilan afiliasi.
Ricky menjelaskan, ODOJ sebenarnya sederhana. Orang yang berminat dapat mendaftar online di www.onedayonejuz.org. Pendaftar akan mendapat nomor urut. Tiap 30 nomor urut akan digabungkan menjadi satu kelompok.
Kelompok laki-laki dan perempuan dibuat terpisah, baik admin maupun pesertanya. Setiap kelompok memiliki satu admin
yang akan mengecek ketercapaian bacaan Alquran. Pada hari pertama, tiap
kelompok menyepakati pembagian juz yang akan dibaca anggotanya.
Esoknya,
mereka akan membaca juz selanjutnya. Setiap kelompok diberi waktu
hingga pukul 21.00 WIB untuk menuntaskan bacaan Alquranya. Jika tidak
tuntas, sisa bacaan yang belum sempat dibaca akan dilelang admin kepada anggota lainnya dalam kelompok itu.
Peserta
ODOJ berasal dari segala usia, mulai dari delapan tahun hingga seorang
bapak berusia 70 tahun. “Jumlah anggota ODOJ sudah mencapai 36 ribu
orang. Belum lagi masih ada yang masuk dalam daftar tunggu,” ungkap
Ricky.
Daftar tunggu muncul akibat jumlah pendaftar yang mencapai
ratusan orang setiap harinya. Sementara, tenaga pengelola hanya 22
orang dan admin sekitar 1.070 orang untuk 1.212 kelompok. Pada dasarnya, ODOJ bertujuan membudayakan membaca Alquran satu juz setiap hari.
Menurut
Ricky, ide ini muncul ketika ia melihat beberapa temannya yang ingin
khatam Alquran dalam sebulan. Ia berharap metode ini bisa membantu. Hal
terpenting komitmen. “Kami bahkan memiliki beberapa peserta yang
bacaannya masih terbata-bata.”
Tim pengurus ODOJ biasanya
menyarankan mereka untuk kembali belajar tahsin. Ricky juga menegaskan,
ODOJ terbuka untuk semua kalangan. Sejauh ini pula, responsnya cukup
positif. Ia mengatakan, ada peserta yang merasa hidupnya berkah setelah
rutin membaca Alquran.
Pimpinan Lembaga Pelatihan Hafalan Alquran Kauny Center
Ustaz Bobby Herwibowo melihat antusiasme masyarakat membaca dan
menghafal Alquran merupakan pertolongan Allah SWT. Banyak metode membaca
dan menghafal yang silih berganti ditemukan.
Bahkan, kata dia,
program menghafal Alquran sudah menjadi ekstrakurikuler di sekolah.
Walaupun banyak virus di masyarakat, semangat mendekati Alquran tetap
bergelora. “Keberkahan pasti turun kepada orang yang dekat Alquran.”
Menurut dia, banyak yang sudah mengikuti metode menghafal Alquran bernama Kauny Quantum Memory
yang dikembangkan lembaganya. Ia mengatakan, jumlahnya mencapai 57 ribu
orang. Latar belakang peserta pun beragam, mulai dari anak usia enam
tahun hingga lanjut usia.
“Kami tidak menggunakan alat bantu apa
pun. Kami menggunakan metode yang melibatkan kemapuan visual, audio, dan
kinestetik,” ungkap Bobby. Ia memahami jika umumnya manusia tak
menyukai tulisan.
Sebab, Malaikat Jibril pun, lanjut Bobby,
mengajarkan Alquran kepada Rasulullah dengan membacakan tanpa meminta
Rasulullah mengetahui makhraj dan tajwidnya. Ia bertekad mencetak
sebanyak 1.000 mualim Alquran. “Ini profesi yang sulit dicari, padahal
sangat dibutuhkan.”
Program-program, seperti Super Quran Camp
bagi anak-anak SD dan SMP, juga digulirkan. Tujuannya agar anak-anak
dapat menggunakan liburan mereka dalam hal yang bermanfaat. Ini juga
menunjukkan semua orang bisa menghafal Alquran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar