Saat khilafah Islamiyah pada masa Umar bin Khattab diterpa krisis, Umar
mengumpulkan sahabat-sahabatnya di rumahnya, seraya berkata, “Apa yang
Anda harapkan untuk menyelesaikan krisis ini!”
Salah seorang
mereka berkata, “Aku mengharapkan seandainya kampung ini (Madinah)
dipenuhi dengan emas, lalu aku infakkan semua di jalan Allah.” Umar
mengulangi ucapannya, “Silakan yang lain!’’
Sahabat lain berkata,
“Aku mengharapkan seandainya kampung ini penuh dengan permata dan intan
yang bisa aku sedekahkan semuanya di jalan Allah.” Umar mengulangi
sekali lagi permohonananya, tapi para sahabat serentak menjawab, “Wahai
Amirul Mukiminin, kami belum menangkap apa yang kauinginkan?’’
Beliau
menjawab, “Kalau menyelesaikan sebuah krisis, aku mengharapkan sumber
daya manusia (SDM) unggulan, seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin
Jabal, dan Salim budak Abu Hudzaifah, yang semuanya bisa membantuku
berjuang lii’laai kalimatillah.’’
Memang Umar hebat. Beliau
mengetahui betul apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan krisis dan
membangun peradaban agung. Beliau amat tidak mengharapkan emas atau
intan permata untuk membantu orang miskin, tapi mengharapkan orang-orang
istimewa yang berotak besar yang mampu mendukung kebenaran dan
menggapai kemenangan.
Setiap umat dan perjuangan yang besar
membutuhkan “otak-otak besar” yang menggerakkan, membangkitkan, dan
mengarahkan perjalanannya di samping dukungan kekayaan dan sumber daya
alam.
Namun, SDM unggulan lebih berharga dari sumber daya alam
yang amat mahal sekalipun. Barangkali di sinilah rahasianya mengapa
Rasulullah pernah bersabda, “Manusia-manusia itu bagai seratus unta di
mana Anda hampir-hampir tidak menjumpai satu pun yang menjadi rohilah
(unta yang mampu membawa beban berat).’’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar