Ibarat panggung sandiwara, manusia lahir ke dunia (naik panggung) dan
meninggalkan dunia (turun panggung) dalam waktu yang sangat singkat.
Sebagaimana
panggung sandiwara, kehidupan dunia bukanlah kehidupan sesungguhnya.
Akhiratlah (setelah turun panggung) kehidupan yang sesungguhnya.
“Dan
kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya
negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka
mengetahui.” (QS al-Ankabut [29]: 64).
Karena itu, kerugianlah
bagi orang-orang yang salah persepsi, yakni bersungguh-sungguh dalam
permainan dunia dan bermain-main (tidak serius) dalam mempersiapkan
akhiratnya. Dunia harusnya bisa menjadi penting, terutama dalam konteks
mengumpulkan bekal pulang menuju akhirat. Selebihnya dunia tidak ada
artinya dan tidak perlu dilebih-lebihkan.
Seperti panggung
sandiwara, kehidupan dunia ada sutradaranya dan ada bintangnya. Kita
semua adalah bintang sandiwara dunia. Namun, Allahlah sang Mahasutradara
dan penyebab yang sesungguhnya.
Walau hanya permainan dan senda
gurau, sang bintang tidak boleh lalai dari skenario yang ada.
Berimprovisasi dan merespons reaksi penonton sah-sah saja asal tak
berlebihan dan melenceng dari naskah.
Sebagaimana sandiwara, apa
yang terjadi di dunia bukanlah sesuatu yang harus terlalu diseriusi atau
dilebih-lebihkan. Jika ada yang memberi kesenangan, dia tidak
benar-benar memberi kesenangan. Jika ada yang memberi kesusahan, dia
tidak benar-benar memberi kesusahan.
Akankah kita marah kepada
mitra sandiwara yang pura-pura memukul kita? Akankah kita membenci mitra
sandiwara yang tidak mengembalikan uang kita? Tentu tidak. Semua itu
sekadar panggung sandiwara.
“Tidak ada suatu musibah yang menimpa
(seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Mahamengetahui segala sesuatu.” (QS at-Taghabun [64]: 11).
Izin
Allahlah yang memungkinkan kesulitan dan kesenangan datang melalui
seseorang atau kejadian. Akankah kita marah kepada Allah karena
kesulitan-kesulitan kita? Tentunya tidak.
Akankah kita marah
kepada orang ataupun keadaan yang menyulitkan kita? Sulit menjawabnya.
Karena kita sudah terlatih dalam sandiwara dunia. Sandiwara yang melatih
kita membesarkan dan melebih-lebihkan dunia serta isi dan kejadiannya.
Jika kita tidak berani marah kepada Allah, seharusnya tidak juga perlu
kebakaran jenggot atas kejadian maupun orang yang menyalahi kita.
Yang
paling penting adalah selalu meningkatkan iman, agar Allah memberi
petunjuk kepada hati-hati kita. Dan Allah itu Mahaluas serta
Mahamengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. “Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.” (QS Ali Imran [3]: 191). Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar