Menjadi seorang pemimpin yang jujur, berwibawa dan penuh kharisma bukanlah perkara yang mudah.
Ketidakmudahan
itu muncul karena sang pemimpin dituntut untuk memahami dan menjadi
sentral panutan masyarakat dengan suku, keyakinan, persepsi, latar
belakang budaya dan pendidikan yang sangat variatif.
Keanekaragaman
masyarakat yang dipimpinnya secara langsung maupun tidak, melahirkan
banyak ketidakselarasan ide, gagasan, juga dalam pemecahan masalah
sosial.
Namun nampaknya, pemimpin teladan sepanjang zaman dengan
kesempurnaannya, telah terpotret dalam diri Sang Teladan. Beliau
membuktikan bahwa dirinya mampu menghadapi segala rintangan yang sungguh
berat. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah, Muhammad Rasulullah.
Seperti
yang kita ketahui bersama, Rasulullah digariskan untuk hidup di
tengah-tengah masyarakat Jjahiliyah, masyarakat yang kental akan
kemusyrikan, kebodohan iman dan merajalelanya penganiayaan.
Mereka
telanjur meyakini bahwa berhala-berhala di sekitar Ka’bah-lah Tuhan nan
sesungguhnya. Betapa tidak goncangnya ranah Arab saat hadirnya utusan
Tuhan yang sejatinya menjadi rahmat bagi seluruh alam. “Dan tidaklah aku
diutus kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya:
107). Dan, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia.”
Transisi zaman berhala menuju keyakinan kepada Allah
SWT semata, memerlukan usaha yang luar biasa sulitnya. Rasulullah SAW
sebagai manusia biasa yang dianugerahi amanat yang jauh lebih berat
daripada memanggul langit dan bumi, adakalanya sedih, putus asa, dan
khawatir akan kondisi yang mengenaskan terhadap akhlak masyarakat Arab
zaman itu.
Praktik perbudakan, penganiayaan, kecurangan dalam
berniaga hingga lahirnya rumah bordir dimana-mana, membuat dirinya makin
tertantang membumihanguskan tindakan yang betul-betul merusak moral
umatnya.
Namun, karena beliau menyadari sesungguhnya bahwa tugas
ini adalah untuk kebaikan seluruh umat manusia, beliau tabah menerima
cercaan, makian, hinaan, teror, bahkan kekerasan dari kaum kuffar.
Hingga akhirnya Allah menjamin keselamatan jiwa beliau dan bahwa kuffar
Quraisy tidak mampu memberikan mudharat sedikitpun kepada beliau.
Atas
jaminan itulah, Rasulullah tampil menjadi seorang Nabi, pemimpin, guru,
ahli perang, serta teladan bagi seluruh umat manusia. Beliau-lah yang
mengajarkan kalamullah dan memupuk hubungan dengan Allah juga dengan
manusia harus terjaga secara beriringan. Sehingga perkataan, perbuatan
dan ketetapan beliau diwariskan dan dijaga secara turun temurun menjadi
sebuah hadits.
Pada intinya, Rasulullah SAW adalah sosok
pembaharu, peletak sendi-sendi kepemimpinan juga model peradaban di
ranah Arab baik dari moral dan keimanan yang rusak menuju perbaikan diri
sesuai bimbingan Ilahi.
Rasulullah pula yang senantiasa
mengajarkan umatnya untuk berusaha mencontoh teladan beliau, termasuk
membalas keburukan seseorang dengan kebaikan. Karena kesabaran dan
konsistensi beliau itulah peradaban besar muncul.
Rasulullah
memulai tatanan masyarakat baru di Jazirah Arab pasca Fathu Makkah
(Pembebasan Kota Makkah), setelah sekian lama terusir dari tanah
kelahirannya sendiri. Kemajuan dalam bidang keimanan dan keilmuan pun
berkembang pesat.
Betapa tidak? Siang dan malam beliau isi
hari-harinya dengan membimbing langsung masyarakat Arab baik yang sudah
lama memeluk Islam maupun yang ‘baru’ mengenal islam. Sehingga, kondisi
segenting apa pun, tak menyurutkan langkah beliau untuk terus
mentransfer pesan-pesan Ilahi dan memperluas wilayah dakwah sehingga
beliau sanggup membangun sebuah peradaban mencerahkan. Peradaban terbaik
yang dipelopori oleh panutan sepanjang zaman.
www.ende-islam.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar