Apa kabar ibu kita hari ini?, sudahkah kita mengunjungi, atau sekedar
menelepon mengucapkan salam hari ini, atau mungkin sahabat sudah
mempunyai rencana spesial dengan ibu hari ini?
Memang seorang ibu
sudah sepantasnyalah mendapatkan tempat spesial di dalam hati semua
orang. Ada anekdot yang pernah saya dengar dari seorang teman, “Seorang
ibu dapat membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang yang tercurah
walaupun hanya seorang diri, sedangkan anaknya bisa berjumlah lebih dari
enam. Namun sementara anak yang banyak itu belumlah tentu dapat
mengurusi ibunya yang sudah tua walaupun ibunya hanya satu”.
Masya
Allah. Boleh jadi ucapan itu banyak benarnya, dikarenakan kita
seringkali lupa terhadap ibu. Seringkali kita disibukkan oleh
urusan-urusan keseharian yang akhirnya kita lupa atau tidak sempat.
Artinya jika kita sudah tidak satu rumah dengan ibu, walau berdekatan atau notabene masih satu kotapun belum tentu setiap week end kita dapat mengunjungi ibu kita, apalagi bagi yang ibunya di luar kota atau bahkan di luar negeri.
Sementara
masih dapat kita ingat, betapa nyamannya pelukan hangat seorang ibu.
Yang dengan kasih sayangnya menentramkan kita, yang dengan telatennya
mengurusi kita dalam setiap keadaan. Sakit, sedih, gembira, dan tidak
peduli betapa nakalnya kita, tetap doa dan kasih sayangnya selalu ada di
depan.
Karena itu dalam hadis Rasulullah SAW menyatakan ketika
ada yang bertanya; “Siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan
dengan baik? “Ibumu”, jawab Nabi. “Kemudian siapa?” “Ibumu.” “Lalu?”,
“Ibumu,” baru kemudian Bapakmu dan keluarga terdekat yang lain,” tegas
Nabi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan dalam sebuah hadis Qudsi,
Abdurrahman bin ‘Auf ra berkata, ia mendengar dari Rasullullah SAW,
“Allah pernah mengatakan, ‘Aku adalah Allah, dan Aku adalah Arrahman
(Maha Pengasih), Akulah Yang Menciptakan rahim (ibu), dan Aku ambilkan
sebutannya dari NamaKU (Arrahiim = Maha Penyayang), barang siapa yang
menyambungkannya, maka Aku akan menyambungkan (diriKU) dengannya. Tapi
bagi yang memutuskannya maka Aku pun akan memutuskan (diriKU)
dengannya.” (HR. Tirmidzi).
Tidak ada bagian tubuh kita yang
diambil dari nama suci Allah, kecuali rahim seorang ibu. Tempat dimana
Allah telah memilih untuk menaruh buah kasih saying sepasang hamba
ciptaanNYA. Di dalam rahim itulah yang biasa juga disebut sebagai alam
rahim (alam kasih sayang) proses janin terbentuk, tumbuh dan berkembang
dan pada akhirnya ditiupkannya ruh dan setelah lewat dari 3 masa
kegelapan akhirnya lahirlah seorang anak manusia ke dunia.
Dimensi
rahiim atau kasih saying sangatlah luas. Betapa kasih saying ibupun
kita tidak dapat membalasnya. Sebagaimana hadits yang menceritakan
tentang seorang ibu yang digendong ketika berthawaf, lelaki itu
menggendong kemanapun si ibu mau. Kemudian lelaki yang menggendongnya
bertanya kepada sahabat Umar, lalu apa jawab Abdullah bin Umar ra,
"Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang
tuamu."
Seandainya kita mempunyai dua buah gunung emas dan kita
berikan semua kepada ibu kita pun belumlah cukup dibandingkan dengan
kasih sayang serta kebaikan yang telah ibu berikan kepada kita. Karena
itu perlulah kita tafakuri sudahkah kita terus menyambung tali
silaturahiim, dalam artian menebarkan kasih saying kepada ibu kita, ibu,
ibu kemudian bapak kita, lalu kepada keluarga dan sesama?
Berhati-hatilah
karena Rasullullah SAW, mengingatkan dalam haditsnya; “Dua dosa besar
yang Allah segerakan azabnya di dunia, yaitu berbuat zalim dan durhaka
kepada orang tua.” (HR. Hakim). Oleh karena itu, mari segerakan kita
bersimpuh memohon maaf, menebarkan doa dan kasih saying kepada mereka,
“Ya Allah, ampunilah kedua orang tuaku dan kasihilah mereka berdua
sebagaimana mereka mengasihiku sewaktu kecil. Aamiin.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar