Namanya Hudzaifah bin al-Yaman, terkenal dengan julukan Shahibu Sirri
Rasulillah (penjaga rahasia yang dipercaya oleh Rasulullah). Orangnya
sangat disiplin dan teguh memegang rahasia. Siapa pun tidak akan bisa
membujuk atau memaksanya untuk membuka rahasia.
Salah satu
problem besar yang dihadapi oleh umat Islam di Madinah adalah keberadaan
kaum munafiqin, yang secara sengaja menyebarkan isu-isu yang tidak
benar terhadap Nabi dan kaum Muslimin. Mereka suka membuat intrik-intrik
dan tipu muslihat yang menyulitkan kaum Muslimin.
Rasulullah SAW
tahu siapa saja mereka dan siapa tokoh-tokohnya, tetapi beliau tidak
bisa mengumumkannya karena sehari-hari mereka menampilkan diri sebaimana
orang-orang beriman lainnya, bahkan juga datang shalat berjamaah di
masjid bersama Nabi-kecuali shalat Subuh dan Isya yang berat bagi mereka
melakukannya.
Nabi memberikan daftar nama-nama kaum munafiqin
kepada Hudzaifah dan memintanya untuk merahasiakannya kepada siapa pun.
Hudzaifah juga ditugasi mengawasi gerak-gerik dan kegiatan mereka untuk
mencegah bahaya yang mungkin akan mereka timpakan kepada kaum Muslimin.
Rahasia itu dipegang sangat erat oleh Hudzaifah sampai Rasulullah SAW
wafat.
Tatkala menjabat khalifah, Umar bin Khathab pernah
bertanya kepada Hudzaifah apakah ada pegawainya yang munafik. Hudzaifah
menjawab, ada satu orang, tapi dia tidak mau menyebutkan namanya. "Maaf
wahai Amirul Mukminin, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."
Hudzaifah
bukanlah berasal dari Yaman walaupun bapaknya bernama al-Yaman.
Bapaknya orang Makkah, dari Bani 'Abbas. Oleh karena suatu utang darah
dari kaumnya, al-Yaman terpaksa menyingkir ke Yatsrib-yang kemudian
bernama Madinah. Di Yatsrib, al-Yaman berlindung dan bersumpah setia
pada Bani 'Abd Asyhal, sampai kemudian menikah dengan perempuan dari
suku tersebut. Dari perkawinan itulah lahir Hudzaifah. Walaupun sering
bolak-balik ke Makkah, al-Yaman lebih banyak menetap di Madinah.
Dengan
latar belakang orang tua seperti itu, tatkala pertama kali bertemu
dengan Nabi di Makkah-sebelum beliau hijrah-Hudzaifah menanyakan apakah
dia termasuk Muhajirin atau Anshar. Nabi menjawab: "Jika engkau ingin
digolongkan kepada Muhajirin, engkau memang Muhajir. Dan, jika ingin
digologkan kepada Anshar, engkau memang seorang Anshar. Pilihlah mana
yang engkau sukai." Sekalipun kedua-duanya disayangi oleh Rasulullah,
ternyata Hudzaifah memilih digolongkan kepada Anshar.
Kedua orang
tua Hudzaifah sudah masuk Islam sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.
Dan, Hudzaifah pun sudah masuk Islam sebelum bertemu dengan Nabi.
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau,
turut bersama Nabi dalam seluruh peperangan kecuali Perang Badar. Dalam
Perang Khandaq, Hudzaifah mendapatkan tugas yang sangat berat dari Nabi.
Tugas yang hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang cerdas, tangggap,
dan berdisiplin tinggi.
Pada malam gelap gulita, Hudzaifah
ditugaskan oleh Nabi masuk ke jantung pertahanan musuh, mengintai
gerak-gerik mereka. "Hai Hudzaifah," kata Nabi. "Sekali-kali jangan
melakukan tindakan yang mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai, dan
kembali melapor kepadaku."
Hudzaifah sukses menjalankan tugas
itu. Dia bahkan bisa berada sangat dekan dengan Abu Sufyan, panglima
perang musuh. Kata Hudzaifah: "Seandainya Rasulullah tidak melarangku
melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada
beliau, sungguh telah kubunuh Abu Sufyan dengan pedangku." Demikianlah
sekelumit tentang Hudzaifah bin al-Yaman RA, sang penjaga rahasia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar