Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta pada mulanya merupakan satu kesatuan yang mempunyai energi yang sangat besar sekali. Selanjutnya peristiwa alamiah terjadi, dan mengakibatkan alam semesta terpecah dan terbagi-bagi kepada bagian yang sangat banyak, sehingga masing-masing bagian memiliki energi yang lebih kecil dari sebelumnya.
Peristiwa itu diakibatkan ledakan besar yang mengakibatkan terciptanya gugusan galaksi, matahari, bintang-bintang dan satelit. Pasca terjadinya ledakan, energi alam semesta terbagi kepada semua benda dengan sistim yang sangat detail yang memungkinkan alam semesta ini dapat melangsungkan perjalanannya sampai batas waktu yang telah ditentukan (oleh Penciptanya).
Penelitian tentang penciptaan alam semesta ini telah berlangsung lama. Dan yang terbaru adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang ilmuwan yang berasal dari Skotlandia, bernama Mike Hope King pada 1994. Dari hasil penelitiannya, ia menegaskan teori ‘kesatuan alam semesta’ yang berasal dari satu kesatuan yang memiliki energi yang sangat besar dan sulit dibayangkan yang dinamakan dengan ‘sadim’.
Masalah penciptaan alam raya ini, sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi sampai sekarang telah menjadi fokus penelitian dan pembahasan para ilmuwan. Mereka bertanya-tanya: Bagaimana alam raya yang maha luas ini tercipta? Dari apa alam raya ini tercipta?
Penelitian yang berkaitan dengan hal ini telah melalui berbagai periode, dimulai dari pendapat individu, tesis, anti-tesis, sintesis, teori sampai tercapainya kebenaran ilmiah yang disepakati semua ilmuwan.
Padahal kalau kita memperhatikan isi kandungan Al-Qur'an, maka kita akan mendapatkan bahwa Al-Qur'an telah mengisyaratkan tentang awal mulanya penciptaan alam semesta dari satu kesatuan padu. Pada surah Al-Anbiya ayat 30, Allah SWT berfirman: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.”
Ungkapan ‘langit’ dan ‘bumi’ merupakan petunjuk yang mewakili semua jagat alam raya ini. Adapun kenapa ‘bumi’ yang disebut, maka hal itu dikarenakan keterikatan kita dengannya dimana kita hidup dan tinggal di atas permukaan bumi.
Sedangkan penyebutan kata ‘langit, maka hal itu dikarenakan kedekatan kita dengan langit yang menjadi obyek penglihatan kita, sekaligus sebagai sumber hujan yang bermanfaat untuk menumbuhkan berbagai tumbuhan yang kita butuhkan dan juga sebagai makanan binatang ternak kita.
Ungkapan ‘padu’ atau dalam bahasa arabnya disebut ritqun, hal itu menunjukkan satu kesatuan yang sempurna dan padat. Sedangkan ungkapan ‘pisah’ atau dalam bahasa arabnya disebut ‘fatqun’, maka hal itu menunjukkan pecahnya satu kesatuan itu, yang diakibatkan satu ledakan dahsyat yang mengandung energi yang sangat besar dan menyebabkan terciptaanya gugusan-gugusan yang memiliki energi dan bentuk yang lebih kecil.
Ayat di atas menjelaskan kepada kita, akan pentingnya penelitian ilmiah dalam upaya menemukan ‘teori’ paling benar tentang penciptaan alam semesta -tempat manusia hidup, seolah-olah ia menyaksikannya saat peristiwa penciptaan alam semesta ini terjadi. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam ayat ini dengan mengatakan: “Tidakkah orang-orang kafir itu mengetahui?”
Ledakan dahsyat yang terjadi, tentunya secara nyata tidak dapat disaksikan oleh manusia, namun dengan bantuan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), sedikitnya ia dapat membayangkan kejadian sesungguhnya dimana ia seolah-olah berada saat kejadian itu terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar