Keutamaan Ummu Kultsum sebagai wanita mulia keturunan Rasulullah, menarik hati Umar bin Khattab yang saat itu menjabat sebagai khalifah. Meski demikian, Ali sebagai ayah dari Ummu Kultsum tidak serta merta mengiyakan keinginan Umar tersebut. Saat Umar mengkhitbah Ummu Kultsum, Ali bertanya,” Apa yang kamu inginkan darinya?” Umar menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Semua sebab dan nasab akan terputus pada hari kiamat, kecuali sebabku dan nasabku sendiri'.”
Menurut riwayat Abu Umar bin Abdul Barr, Umar berkata kepada Ali, “Nikahkanlah aku dengan Ummu Kultsum, karena aku melihat kemuliaan-kemuliaan pada dirinya yang tak terdapat pada orang lain.” Lalu Ali menjawab, “Aku telah menyerahkannya kepadamu jika kamu meridhainya dan aku telah menikahkanmu dengannya.”
Umar menikahi Ummu Kultsum dengan mahar sebesar 40 ribu dirham (senilai dengan 64 miliar untuk ukuran saat ini) sebagai bentuk penghormatan padanya. Mereka dikaruniai 2 anak, Zaid dan Ruqayyah.
Sebagai pendamping Amirul Mukminin, Ummu Kultsum senantiasa mendukung suaminya dalam mengayomi masyarakat. Dan salah satu peristiwa penting dialami Ummu Kultsum menjelang wafatnya Umar.
Pada malam itu, sebagaimana biasa Umar melakukan ronda mengelilingi wilayahnya. Untuk memantau keadaan masyarakat, kalau-kalau ada orang yang kelaparan atau membutuhkan pertolongan.
Di pinggir kota Madinah, Umar bertemu dengan seorang Badui yang tengah gelisah di depan sebuah kemah. Dari dalam kemah terdengar rintihan seorang wanita. Bergegas Umar mendatangi Badui tersebut dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Awalnya Badui itu menolak menjawab, namun karena Umar terus mendesak akhirnya Badui itu berkata bahwa istrinya sedang kesakitan karena mau melahirkan sementara tidak ada seorang pun yang menolongnya.
Umar bergegas meninggalkan Badui itu dan pulang ke rumahnya. Ia menemui Ummu Kultsum dan berkata,” Apakah kamu ingin mendapat pahala yang Allah akan limpahkan kepadamu?” Ummu Kultsum menjawab dengan antusias, “Apa wujud kebaikan dan pahala tersebut wahai Umar?” Lalu Umar menjelaskan kondisi keluarga Badui yang baru ditemuinya sekaligus mengajak Ummu Kultsum untuk membantu persalinan wanita istri Badui tersebut. Ummu Kultsum bergegas menyiapkan peralatan untuk persalinan bayi dan Umar memanggul gandum serta membawa minyak samin.
Sesampainya di sana, Ummu Kultsum bergegas masuk ke dalam kemah dan menolong wanita Badui melahirkan bayinya. Sementara itu Umar bergegas memasak makanan di luar kemah. Ketika bayi telah kahir, Ummu Kultsum secara spontan berseru dari dalam kemah: "Wahai Amirul Mukminin, sampaikan kepada temanmu itu bahwa ia dikaruniai anak laki-laki." Orang Badui dan istrinya pun kaget, tidak menyangka bahwa orang yang memasak untuk mereka adalah Amirul Mukminin.
Sepeninggal Umar, Ummu Kultsum menikah dengan sepupunya 'Aun bin Ja'far bin Abi Thalib sampai wafatnya ‘Aun, lalu ia menikah lagi dengan saudara dari 'Aun bin Ja'far, yaitu Muhammad bin Ja'far bin Abi Thalib. Setelah wafatnya suami ketiga ini, Ummu Kultsum pun menikah lagi dengan saudara dari dua suaminya ini yaitu 'Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib hingga Ummu Kultsum wafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar