Sebagian besar wilayah Indonesia dilanda musim kemarau panjang dan
kekeringan sehingga berakibat kekurangan air bersih. Banyak sumur
masyarakat yang mulai kering. Lahan pertanian dan perkebunan mengalami
gagal panen. Akibat suhu panas, banyak hutan terbakar sehingga berdampak
kabut asap yang mengganggu aktivitas kehidupan. Dengan kata lain, kita
semua sangat mengharapkan turunnya hujan lebat.
Aisyah RA
menuturkan bahwa masyarakat Madinah pernah mengeluhkan musim paceklik
dan kemarau panjang kepada Rasulullah SAW. Beliau lalu memerintahkan
untuk menyiapkan mimbar di tempat shalat dan menjanjikan untuk
bersama-sama melaksanakan shalat Istisqa pada suatu hari.
Lalu
Rasulullah keluar dari rumah menuju tempat shalat di tanah lapang ketika
matahari sudah mulai terik (waktu Dhuha), lalu naik mimbar. Beliau
memulai khutbahnya dengan bertakbir lalu memuji Allah. Dalam khutbahnya
Rasulullah berkata, "Kalian semua mengeluhkan kekeringan, kesulitan air
di rumah-rumah kalian, terlambatnya turun hujan. Padahal, Allah SWT
telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya, dan Dia telah
menjanjikan untuk mengabulkan doa kalian.
Beliau kemudian berdoa,
"Alhamdu lillahi Rabbi al-'Alamin ar-Rahman ar-Rahim. Maliki yaumi
ad-din. La ila illa Allah…" (Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Ya Allah,
Engkau adalah Allah yang tiada tuhan selain Engkau. Engkau Mahakaya,
sedangkan kami sangat fakir. Turunkanlah hujan dan jadikanlah apa yang
engkau turunkan itu sebagai kekuatan dan penyambung kehidupan hingga
masa tertentu."
Rasul kemudian tetap mengangkat kedua tangannya
tinggi-tinggi hingga terlihat bulu ketiaknya yang berwarna putih, lalu
beliau berpaling membelakangi para sahabat (menghadap kiblat) dan
mengubah sarung selendangnya sambil menengadahkan kedua tangannya.
Beliau kembali menghadap kepada para sahabat, lalu turun dari mimbar
kemudian shalat dua rakaat.
Tidak lama setelah itu, Allah membuat
langit menjadi mendung, berawan tebal, bergemuruh suara guntur, dan
berkilatan petir, lalu turun hujan lebat sehingga menggenangi masjid.
Beliau tidak ke masjid sampai air surut. Ketika melihat para sahabat
bergegas pulang ke rumah masing-masing, beliau tertawa sehingga terlihat
gigi gerahamnya." (HR Abu Daud).
Ketika terjadi Perang Tabuk,
perang antara Rasulullah SAW bersama pasukannya melawan pasukan
Bizantium, para sahabat tidak hanya menghadapi krisis logistik, tetapi
juga mengalami krisis air. Mereka mengadu kepada Rasulullah, lalu beliau
mengajak sebagian pasukan untuk melaksanakan shalat Istisqa. Tidak lama
kemudian, turunlah hujan lebat. Para pasukan Muslim dapat menghimpun
perbekalan air untuk keperluan mereka dan binatang yang dijadikan
kendaraannya (kuda dan unta).
Shalat Istisqa merupakan salah satu
solusi jitu untuk mengatasi kekeringan, kesulitan air, kebakaran hutan,
krisis pangan, dan krisis pencemaran udara karena banyak debu dan asap
akibat kebakaran hutan. Shalat Istisqa itu sarat dengan nasihat
spiritual bagi kita semua bahwa tobat, beristighfar, shalat, dan berdoa
kepada Allah merupakan amalan yang tidak pernah sia-sia, jika kita
menyadari keterbatasan dan kefakiran diri kita di hadapan Allah.
Melalui
shalat Istisqa, kita dididik untuk semakin percaya bahwa Allah itu
Mahakaya, Mahakuasa, Maha Pengasih dan Penyayang yang memedulikan
kesulitan hidup hamba-Nya. Kalau bukan kepada Allah, lantas kepada siapa
lagi kita mengadu dan memohon pertolongan? Melalui shalat Istisqa kita
diajak untuk mengingat Allah dan menyakini bahwa Allah itu pasti
menolong apa yang sedang dikeluhkan oleh hamba-Nya.
Karena itu,
umat perlu digerakkan untuk melaksanakan shalat Istisqa karena berulang
kali Rasulullah memberi contoh shalat Istisqa dan terbukti tidak lama
setelah itu (atau bahkan saat sedang shalat) hujan turun lebat. Ayo kita
shalat Istisqa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar