Sifat sabar. Inilah sifat yang harus menjadi perhiasan bagi setiap
jamaah haji. Kesabaran tak hanya dituntut pada saat puncak pelaksanaan
haji, tetapi dalam seluruh proses haji. Mulai dari pendaftaran,
keberangkatan, ketika berada di Tanah suci, hingga kembali ke Tanah Air.
Berdasarkan
pengalaman, biasanya ujian kesabaran muncul akibat ketidaksesuaian
antara rencana dan realitas, antara harapan dan kenyataan. Hal itu mulai
terasa sejak keberangkatan dari daerah asal ke asrama haji lalu ke
bandara.
Kesabaran jamaah haji diuji melalui kemacetan lalu
lintas menuju asrama, pemeriksaan dokumen yang memakan waktu relatif
lama, menunggu pesawat berjam-jam, mencari koper di tengah ratusan koper
jemaah lain yang sama bentuk, ukuran, dan warna.
Ujian kesabaran
pun kerap muncul di Tanah Suci, baik Makkah maupun Madinah. Kondisi
penginapan juga bisa membuat jengkel. Memiliki empat lantai, tapi tak
dilengkapi lift, toilet yang mampet, atau tempat tidur yang tak nyaman.
Begitu
pula dengan makanan yang terkadang datang terlambat, sudah basi, atau
tak sesuai dengan selera. Dan, puncak ujian kesabaran muncul pada puncak
pelaksanaan ibadah haji.
Selain meninggalkan segala larangan ketika berihram, para jamaah pun tak diperkenankan
rafats dan
jidal. Setiap musim haji, jutaan orang dari seluruh dunia berkumpul di tempat yang sama dengan tujuan yang sama pula.
Jalanan
macet, kendaraan terjebak berjam-jam sehingga terlambat tiba di tujuan.
Di Arafah dan Mina, jamaah harus sabar mengantre makanan dan buang
hajat.
Jika tak menghiasi diri dengan kesabaran, semua itu berpotensi
membuat jamaah tak henti berkeluh kesah, stres, serta mudah tersinggung
dan marah. Celakanya lagi, nilai ibadah bisa rusak. Bahkan, ibadah haji
yang telah dilaksanakan bisa tertolak (batal).
Oleh karena itu, di dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk meminta pertolongan kepada-Nya dengan sabar. “
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat ....” (QS al-Baqarah [2]: 45).
Kesabaran adalah pokok dari setiap amal. Bila kesabarannya hilang, amal akan rusak. Ali bin Abi Thalib berkata, “
Ketahuilah
bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat
kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang, keseluruhan tubuh itu
akan membusuk. Jika kesabaran hilang, seluruh permasalahan akan rusak.''
Agar
kita dapat menghiasi diri dengan sabar saat melaksanakan prosesi haji,
hal yang harus dilakukan jamaah adalah senantiasa melatih diri dan
bermujahadah (usaha maksimal) untuk selalu bersabar. Sabar merupakan
akhlak yang bisa diperoleh dengan dua hal itu.
Selanjutnya, jamaah harus senantiasa berzikir. Zikir akan menumbuhkan
ketenangan hati sehingga jamaah bisa menyikapi berbagai hal yang
dihadapinya dengan kepala dingin. Selain itu, hendaknya jamaah meyakini
takdir Allah, baik yang sesuai dengan keinginannya maupun tidak.
Takdir
itu akan terus berlangsung dan itulah keputusan yang adil buat jamaah,
sabar ataupun tidak. Jika jamaah bersabar, Allah SWT menjanjikan pahala
dan kebaikan. Itulah yang akan menumbuhkan kekuatan pada diri jamaah. “
Dalam kesabaran terhadap perkara yang tidak disukai itu banyak kebaikannya.” (HR Tirmidzi).
Satu
hal yang tak kalah penting, hendaknya jamaah haji mencari informasi
tentang berbagai kemungkinan yang bisa terjadi dalam pelaksanaan ibadah
haji sejak dari berangkatan, ketika berada di Tanah suci, hingga
kepulangan ke Tanah Air.
Dengan demikian, jamaah haji tak akan kaget ketika kemungkinan itu menjadi kenyataan dan bisa menyikapinya dengan sabar.
Wallahualam.