Tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari istimewa dimana Umat Muslim di seluruh
dunia merayakan Hari Raya Idul Adha. Pada hari tersebut Umat Muslim
bersuka cita menikmati daging kurban.
Menikmati kelezatan daging
yang kita santap seharusnya membuat kita teringat akan peristiwa luar
biasa yang menjadi “cikal bakal” Hari Raya Idul Adha.
Hari Raya
Idul Adha yang kita nantikan setiap tahunnya adalah hadiah besar dari
Allah SWT atas keta’atan Nabi Ibrahim dan juga Isma’il. (QS.
As-Shaaffaat:102-111) Hadiah besar yang diberikan Allah karena keta’atan
paripurna dua makhluknya, namun berkah hadiah itu turut kita nikmati
sampai sekarang.
Bertahun-tahun lamanya Nabi Ibrahim menantikan
hadirnya seorang anak, sampai akhirnya Allah memberikan kabar gembira
dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. As-Shaaffaat: 101). Dialah
Isma’il. Tentu tidak dapat dilukiskan bagaimana kegembiraan Nabi
Ibrahim. Namun rupanya Allah menguji kecintaan dan keta’atan Ibrahim
kepada-Nya.
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan
istri dan anaknya yang baru lahir di sebuah padang pasir gersang. Tidak
ada tumbuhan, tidak ada air, apalagi makanan. Hati suami dan ayah mana
yang tega meninggalkan orang yang dicintainya dalam keadaan seperti itu.
Namun Subhanallah, Nabi Ibrahim menjalankannya. Pun dengan
istrinya Siti Hajar. Dia ikhlas ditinggalkan suami di padang pasir
gersang tersebut. Hanya dia dan anaknya. Siti Hajar yakin, bahwa
Allahlah yang menjamin kehidupannya dan anaknya. Juga kehidupan seluruh
manusia di muka bumi ini.
Demikianlah, Allah mengganti ketaatan
dan pengorbanan Siti Hajar dengan berkah yang luar biasa besar. Padang
pasir gersang menjadi daerah subur penuh kekayaan alam. Didatangi oleh
beratus-ratus juta jamaah setiap tahunnya. Air Zamzam yang tidak pernah
kering. Itulah hadiah keta’atan Siti Hajar. Berkahnya masih kita rasakan
sampai sekarang.
Dengan kekuasaan-Nya, Allah kemudian
mempertemukan Ibrahim dengan putra tercintanya, Ismail. Rasa rindu yang
luar biasa terbayar sudah melihat anaknya Ismail telah tumbuh menjadi
remaja yang saleh. Bahagia sekali rasanya hidup bersama lagi dengan
istri dan anak yang dicintainya. Namun rupanya ujian keta’atan belum
usai.
Melalui mimpi, Allah memerintahkan Ibrahim untuk
menyembelih anaknya sendiri. Ismail yang begitu dicintainya. Tatkala
Ibrahim menceritakan mimpinya kepada Ismail, Ismail menjawab dengan
jawaban yang luar biasa. “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, InsyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar. (QS. As-Shaaffaat:102) Jawaban yang memberitahu
kita seberapa besar ketaatan Isma’il kepada Allah.
Maka ketika
Ibrahim mulai melaksanakan apa yang diperintahkan Allah melalui
mimpinya, maka pada saat itulah Allah menebus Ismail dengan seekor
sembelihan yang besar. Peristiwa inilah yang menjadi dasar
disyari’atkannya qurban yang dilakukan pada hari raya haji.
Itulah
hadiah besar Allah kepada Nabi Ibrahim dan Ismail atas keta’atan
mereka. Hadiah yang turut kita nimati sampai saat ini. Maka, pada Hari
Raya Kurban ini, hendaklah kita juga belajar ketaatan Nabi Ibrahim, Siti
Hajar dan juga Nabi Ismail.
Sehingga Idul Adha yang kita
rayakan setiap tahun tidak hanya berlalu begitu saja. Sekedar berlalu
dengan menikmati daging kurban. Namun juga menambah ketaatan kita kepada
Allah. Itulah hikmah terbesar daripada Idul Adha. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar