Setelah selesai shalat 'Isya dan sunnah ba'diyah, sebagian
besar jamaah Masjidil Haram berbondong-bondong ke luar. Ada yang
langsung pulang ke pondokan dan ada juga yang mampir dulu di pusat-pusat
perbelanjaan di sekitar masjid.
Pengunjung pusat-pusat
perbelanjaan masih tetap ramai, walaupun sebagian jamaah haji sudah
pergi meninggalkan Makkah, pulang ke Tanah Air masing-masing atau ziarah
ke Madinah.
Di antara kerumuman para pembeli di salah satu
pusat perbelanjaan itu terdapat Pak Muhsin dari Indonesia. Dia sudah
beberapa kali membolak balik sebuah sajadah buatan Suriah.
Dia
sangat menyenanginya, tetapi sayang uangnya tidak cukup. Ini malam
terakhir dia di Makkah, karena besok siang kloternya akan ke Jeddah
untuk selanjutnya terbang kembali ke Tanah Air.
Sajadah buatan
Suriah itu sangat bagus, tetapi sayang sekali uangnya tidak cukup.
Dengan berat hati dia pergi meninggalkan toko sajadah itu.
Walaupun
Pak Muhsin sudah menjauh dari toko tersebut, tetapi pikirannya kembali
melayang ke sana. Setelah memutari lantai dasar pusat perbelanjaan itu
satu putaran, langkah kakinya kembali menuju toko sajadah itu.
Tangannya kembali memegangi sajadah itu sambil memegang uangnya yang
tidak cukup itu. Tanpa disadarinya seorang Arab yang juga sedang
memilih-milih sajadah di toko itu memperhatikannya.
Begitu
sajadah itu dia letakkan, tiba-tiba saja orang Arab itu mengambil
sajadah pilihan Pak Muhsin, lalu membayarnya dan menyerahkannya kepada
Pak Muhsin sambil berkata: "Hadiah, hadiah…tafadhdhal!". Pak Muhsin sangat senang sekaligus terharu.
Sampai
di Tanah Air, peristiwa itu selalu dia kenang, apalagi setiap dia
melihat sajadah hadiah dari orang Arab yang tidak dia kenal itu. Dia
ingin melakukan hal yang sama.
Dia ingin membahagiakan
orang-orang yang sangat menginginkan suatu barang, tetapi tidak sanggup
membayarnya. Tentu saja bukan barang-barang yang mahal harganya.
Demikianlah,
pada suatu hari, setelah melaksanakan shalat Zhuhur berjamaah di
sebuah masjid, dia mampir ke toko buku kecil di samping masjid
langganannya.
Pada saat dia sedang melihat-lihat buku tentang
Islam terbitan terbaru, tiba-tiba matanya tertuju kepada seorang paroh
baya yang sedang memegang-megang sebuah buku tanya jawab agama. Buku itu
semua enam jilid.
"Pak, apakah nanti ba'da Maghrib masih buka?" tanyanya kepada penjual
buku. Penjual buku menjelaskan pukul 16.00 tokonya akan tutup.
"Bapak kembali besok pagi saja." Kata penjual buku itu. "Wah sayang
sekali besok pagi saya sudah kembali ke daerah", kata calon pembeli buku
itu sambil beranjak pergi pelan-pelan.
Pak Muhsin kembali
ingat peristiwa di Mekkah tempo hari. Segera saja dia bilang sama
penjual buku: "Panggil Bapak itu kembali, dan serahkan buku itu sebagai
hadiah. Biar saya yang bayar".
Bapak dari daerah itu kaget dan
senang, tidak dia duga ada yang berbaik hati mau membayarkan enam jilid
buku yang diinginkannya. Buku tanya jawab agama ini sangat dia perlukan
dalam berdakwah di daerah.
Pak Muhsin dapat merasakan kebahagiaan bapak yang tidak dia kenal itu, seperti kebahagiaanya waktu di Makkah dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar