Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW
bersabda, “Aku diberikan kendaraan lebih baik dari keledai dan bukan
bagal, jalannya begitu cepat, lalu aku mengendarainya bersama Jibril as,
lalu aku sampai pada suatu tempat. Jibril berkata, ‘Turun dan
shalatlah.’ Maka, aku pun melakukannya. Lalu, dia berkata, ‘Tahukah
engkau tadi shalat di mana?’ Aku berkata, ‘Aku shalat di Tiba (Madinah)
dan kepadanya aku berhijrah.’
Kemudian, dia berkata, ‘Turun dan
shalatlah!’ Maka, aku pun melakukannya. Kemudian, dia berkata, ‘Tahukah
engkau tadi shalat di mana?’ Aku berkata, ‘Tadi aku shalat di Bukit
Sinai dan di situlah Nabi Musa berbicara langsung dengan Allah SWT.’
Kemudian, dia berkata, ‘Turun dan shalatlah!’ Maka, aku pun
melakukannya. Kemudian, dia berkata, ‘Tahukah engkau tadi shalat di
mana?’ ‘Tadi aku shalat di Bethlehem dan di situlah Nabi Isa dilahirkan.
Kemudian, aku masuk ke Baitul Maqdis dan di situ dikumpulkan para nabi
maka akupun diperintahkan oleh Jibril untuk menjadi imam mereka.’” (
HR an-Nasa’i).
Hadis di atas menggambarkan sebagian
perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj.
Bagi umat Islam, ini merupakan peristiwa yang sangat penting karena
saat itu Rasulullah mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima
waktu. Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah
sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.
Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra
Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara 620-621
M. Sementara, menurut al-Allamah al- Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi
pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian dan inilah yang populer. Namun
demikian, Syekh Shafiyurrahman al- Mubarakfuri menolak pendapat
tersebut. Alasannya, Khadijah ra wafat pada bulan Ramadhan tahun ke-10
kenabian, yaitu dua bulan setelah bulan Rajab. Dan, saat itu belum ada
kewajiban shalat lima waktu.
Isra Mi’raj terbagi dalam dua
peristiwa, yakni Isra dan Mi’raj. Dalam Isra, Rasulullah
“diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil
Aqsa. Nah, dalam perjalanan dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa
inilah, Rasulullah sempat singgah di tempat kelahiran Nabi Isa
al-Masih, Bethlehem.
Lalu, dalam Mi’raj, Rasulullah dinaikkan
ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi.
Di sini, beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk
menunaikan shalat lima waktu.
Kota budaya dan wisata
Berada di wilayah Palestina, Bethlehem merupakan kota budaya dan
wisata, khususnya wisata rohani. Hal ini dimungkinkan karena umat Islam
maupun Kristiani meyakini, di kota inilah Nabi Isa al-Masih (umat
Kristiani menyebutnya Yesus) lahir, lebih dari 2.000 tahun silam.
Berpenduduk sekitar 29 ribu jiwa (pada 2005), Bethlehem berada di
wilayah Tepi Barat, Palestina. Sejak 1995, Otoritas Palestina memegang
kekuasaan penuh atas kota ini. Sebelumnya, sejak perang 1967, Bethlehem
berada di bawah ceng keram an Israel. Penyerahan Bethlehem kepada
Palestina pada 1995 diikuti dengan perayaan Natal yang juga dihadiri
Pemimpin PLO Yasser Arafat.
Selain penting bagi umat Islam dan
Nasrani, kota ini juga penting bagi kaum Yahudi. Mereka meyakini,
Bethlehem adalah kota tempat Daud dilahirkan. Daud adalah raja Israel
yang diyakini telah merebut Jerusalem dari genggaman kaum Jebusit.
Dalam bahasa Ibrani, menurut bethlehem- city.org, Bethlehem berarti
“rumah roti”, sementara dalam bahasa Arab disebut Bayt Lahm yang berarti
“rumah daging”. Namun, ada yang menyebutkan, kata Bethlehem diambil
dari kata “lahmo”, yakni dewa kesubur an orang-orang Khaldea, yang
diambil dari bahasa orang-orang Kanaan, yakni Lahama.
Secara
geografis, Bethlehem terletak sekitar 10 km sebelah selatan Jerusalem.
Kota ini berada dalam sebuah cekungan dengan bagian pinggiran kota
lebih tinggi dari pusatnya. Berada pada ketinggian 765 meter di atas
permukaan laut, Bethlehem dikelilingi perbukitan yang membentang ke
arah Gurun Yudea. Sejauh mata memandang ke arah gurun tersebut, yang
tampak adalah hamparan kebun anggur, pohon zaitun, dan rumahrumah kecil
di perkampungan. Kota raya Bethlehem juga mencakup kota kecil Beit Jala
dan Beit Sahour.
Sejarah mencatat, kota ini dihuni manusia
sejak 3.000 tahun sebelum Masehi. Sementara, orang-orang Kanaan adalah
kelompok manusia yang diyakini menjadi penduduk pertama Bethlehem. Kota
ini juga memiliki nama lain, yakni Afrat atau Afratah, yang artinya
kesuburan dan tumbuh-tumbuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar