Semua ibadah yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan
keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan
kerusakan.
Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS
Al-Ankabut: 45). Puasa menanamkan ketakwaan dalam diri Muslim. (QS
Al-Baqarah [2]: 183). Zakat untuk membersihkan hati dari sifat kikir (QS
At-Taubah [9]:103).
Adapun haji diwajibkan untuk memperbanyak
zikir, menyaksikan manfaat duniawi dan ukhrawi (QS al-Hajj: 27-28),
mengokohkan ketakwaan, menjauhi rafats, fusuk, dan jidal. (QS Al-Baqarah
197). Allah memerintah Nabi Ibrahim AS agar menyeru umat manusia untuk
berhaji agar manusia menjadi tamu-Nya dan mendapatkan karunia, rahmat,
dan ampunan-Nya.
"Jamaah haji dan umrah adalah para tamu Allah,
bila mereka berdoa dikabulkan dan bila beristighfar akan diampuni." (HR
al-Baihaqi dalam Kitab Syu'abul Iman juz III hal 476).
Ibadah
haji adalah wisata suci yang mendorong jamaah menjauh dari
ketergantungan dengan dunia dan segala isinya. Mereka meninggalkan
keluarga dan kerabat, untuk membebaskan diri dari ikatan-ikatan
penghambaan duniawi menuju panggilan Ilahi. Mereka berseru, "Labbaika
Allahumma Labbaik," (Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah).
Haji
merupakan perjalanan spiritual. Jamaah selalu tawadhu dan melepaskan
diri dari berbagai kesenangan materi untuk bersimpuh di hadapan
keagungan-Nya. Mereka berangkat untuk menyambut seruan Ilahi dengan
tauhid murni, menanggalkan sebagian tirai dunia untuk menembus alam
malakut.
Tak ada omongan kotor, kefasikan, dan ketakaburan.
Mereka selalu mengekang diri dari kebuasan nafsu syahwat demi satu
tujuan, menggapai hajjun marbur, sa'yun masykur, dan dzanbun maghfur.
Mereka
berseragam putih-putih ketika ihram untuk mengingatkan kain kafan yang
akan membalutnya saat kematian. Mereka menunaikan manasik yang sama di
tempat yang sama, mengumandangkan talbiyah yang sama, wukuf di Arafah,
thawaf, mabit, dan melempar jumrah.
Semua ini melukiskan
persatuan umat dan kesamaan derajat di hadapan Allah kecuali dengan
ketakwaan. Mereka merupakan satu kelurga besar yang sejajar bagai gerigi
sisir. Tak ada perbedaan antara pemimpin dan rakyat, kaya dan miskin,
kuat dan lemah.
Semua menyatu tenggelam dalam menghamba kepada
Allah untuk mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Betapa indah rihlah
ruhiyyah dalam menunaikan haji. Sejak keluar rumah sudah diawali dengan
doa, “Bismillah tawakkaltu 'alallah, la haula wala quwwata illa billah”.
Selama
perjalanan haji, hanya diisi dengan ibadah, zikir, istighfar, doa,
shalawat, dan manasik haji. Sejak hari Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah,
jamaah tamattu' mulai bergerak menuju Mina untuk mabit. Mereka hanyut
dalam zikrullah dengan penuh tawadhu, antara khauf dan raja'.
Saat
di Arafah semua menangis khusyuk dan larut luluh dalam doa, munajat dan
mohon ampunan dari semua dosa masa lalu. Kondisi jamaah haji yang
berhari-hari tenggelam dalam spiritulitas ibadah yang indah seperti ini,
niscaya akan memengaruhi kehidupan setelahnya sebagai haji mabrur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar