Arafah adalah tempat di wilayah Makkah Al-Mukarramah yang menjadi
berkumpulnya para jamaah haji dari seluruh dunia. Hadir Arafah merupakan
salah satu rukun haji, sehingga tidak sah ibadah haji seseorang jika
tidak hadir di Arafah.
Abdurrahman bin Ya'mar meriwayatkan
bahwasanya sekelompok manusia dari suku Najd mendatangi Rasulullah SAW
pada saat beliau di Arafah.
Kemudian mereka bertanya kepada
beliau, sehingga Rasulullah SAW memerintah mereka seraya menyeru, "Haji
adalah (hadir) di Arafah." (HR. Tirmidzi).
Arafah menjadi hari
kesembilan di bulan Dzulhijjah. Arafah yang berarti mengetahui, memiliki
pengertian bahwa mimpi yang terjadi pada Ibrahim AS adalah benar
berasal dari Allah SWT. Sebelumnya, Ibrahim mengalami fase keraguan
(hari tarwiyah) apakah mimpinya berasal dari Tuhan atau tidak.
Setelah
melalui proses verifikasi-kritisisme, Ibrahim mengetahui dan meyakini
kebenaran mimpinya di hari Arafah. Tibalah keesokan harinya Yaum An-Nahr
(hari penyembelihan) yang menjadi tonggak pelarangan pengorbanan
manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Arafah merupakan
miniatur Alam Mahsyar, tempat seluruh manusia dibangkitkan dari alam
kubur untuk dihitung amal kebaikan dan keburukannya (hisab). Maka
pengertian Arafah memberikan kesadaran bagi manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesamanya dan alam semesta, sehingga mereka mempersiapkan
diri sebaik-baiknya untuk kehidupan abadinya di akhirat.
Peristiwa
monumental yang terjadi di hari Arafah antara lain turunnya wahyu
terakhir kepada Rasulullah SAW, penegasan tidak diperkenankannya kaum
musyrikin melakukan ibadah di sekitar Ka'bah, dan penegasan deklarasi
hak asasi manusia (HAM) pertama di dunia yang menjadi tonggak sejarah
bagi berkembangnya penghormatan prinsip-prinsip HAM pada saat ini.
Latar
belakang tersebut menjadikan hari Arafah memiliki keagungan
dibandingkan dengan hari-hari lainnya, di antaranya: Pertama, menjadi
hari pengampunan dosa dari Allah SWT karena banyaknya hamba yang
beribadah semata-mata untuk diri-Nya.
Dari Jabir RA, Rasulullah
SAW bersabda, "Jika hari Arafah tiba, Allah SWT turun ke langit dunia
dan berfirman kepada para malaikat, ‘Lihatkan kepada para hamba-Ku,
mereka datang kepada-Ku dengan bersusah payah, mereka datang dari
berbagai penjuru yang jauh. Saksikanlah! Bahwa Aku telah mengampuni
dosa-dosa mereka.’
Para Malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku,
(diantara manusia itu) ada lelaki yang senantiasa mensucikanmu,
mengagungkanmu dan lain sebagainya.’ Allah SWT berfirman, ‘Aku telah
ampuni dosa-dosa mereka.’ Rasulullah SAW bersabda, "Maka sungguh tiada
hari yang lebih besar pembebasannya dari api neraka dari pada hari
Arafah." (HR. Ibnu Huzaimah).
Kedua, dilipatgandakannya amal
kebajikan yang dilakukan oleh para jamaah haji di Makkah dan
disunahkannya bagi yang tidak haji untuk melakukan puasa Arafah. Dari
Abu Qatadah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Puasa Arafah dapat menghapus
dosa-dosa yang telah lalu dan dosa tahun depan.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Ketiga,
banyaknya rahmat yang dilimpahkan oleh Allah kepada manusia,
sampai-sampai setan berkecil hati pada hari Arafah tersebut. Dari Talhah
bin Abdullah bin Kariz RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setan tidak
melihat bahwa suatu hari dirinya merasa kecil, hina, teraniaya dan
teremehkan daripada hari Arafah. Hal itu tidak lain karena ia melihat
banyaknya rahmat dan ampunan dosa besar yang diberikan Allah kepada
manusia, sebagaimana pada saat Perang Badar."
Demikianlah
keagungan hari Arafah, semoga Allah SWT memberikan keringanan kepada
kita dalam mengagungkan hari mulia-Nya dengan memperbanyak kebajikan dan
berpuasa, sehingga kita dijadikannya sebagai hamba agung nan mulia. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar