Senin, Agustus 16, 2010

MENUJU INDONESIA MENJADI PUSAT MODE MUSLIM DUNIA

SUDAH bukan rahasia, jika Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia serta kekayaan kultur dari ribuan suku yang tersebar di Nusantara. Kondisi ini merupakan aset yang sangat berharga dan tak dimiliki oleh negara lain di dunia.

Berangkat dari kondisi itu, Indonesia berpeluang besar menjadi kiblat Islamic Fashion dunia. Berdasarkan itu, terbentuklah Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) yang didukung oleh Kementerian Koordinator Perekonomian, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan mencanangkan kampanye "Menuju Indonesia Sebagai Kiblat Fesyen Muslim Dunia pada tahun 2020".

"Dari kantor Menteri Koordinator Perekonomian sangat appreciate dengan rencana kegiatan yang harus didukung oleh semua pihak, karena menyangkut perekonomian secara keseluruhan. Ini perlu didorong sebagai kreasi dari masyarakat. Oleh karena itu pada 14 Juli lalu, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan, mendukung dan memfasilitasi Fashion Week di Shanghai pada 14 September mendatang. IIFC, dan 2020 sebagai International Fashion Muslim Dunia," ungkap DR Ir Hamdan MM, Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan UMKM dan Industri Pariwisata Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia saat konferensi pers Pencanangan Indonesia Sebagai Kiblat Fesyen Dunia, Jakarta, Jumat (23/7/2010).

Harus diakui, saat ini industri religi telah menjadi tuntutan pasar global. Karenanya, selain mengejar pertumbuhan ekonomi, upaya mengembangkan industri kreatif ini juga bertujuan mengejar ketidakseimbangan antara jumlah populasi Indonesia dengan GDP dunia. Untuk populasi, misalnya, Indonesia menduduki posisi keempat terbanyak di dunia, sedangkan dari GDP dunia tahun 2009, Indonesia hanya menempati urutan ke-18.

"Gap tersebut bisa dikurangi melalui pemberdayaan industri kreatif yang nilai tambahnya terletak pada kreativitas itu sendiri," ujar Direktur IIFC, Gilarsi W Setijono.

Dengan kekayaan kultur dan populasi muslim terbesar di dunia, maka kreativitas yang berpotensi untuk dikembangkan adalah busana muslim.

IIFC yang berperan sebagai pemerhati sekaligus pengarah potensi industri busana muslim Indonesia bisa menjadi salah satu ikon value of Indonesia. "Ini dapat meningkatkan daya saing perdagangan Indonesia di kancah internasional sekaligus menjadi solusi alternatif dalam penyediaan lapangan pekerjaan di Indonesia," imbuh Gilarsi.

Namun untuk mencapai itu dibutuhkan kerja keras. "Terutama dalam mengembangkan upaya komersilisasi potensi dan pembentukan nilai yang lebih tinggi melalui pendekatan branding dan pasar modern," jelas Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Perancang Muda Indonesia (APPMI) yang juga menjadi Fashion Director IIFC, Taruna K Kusmayadi.

Terlebih, selama ini produksi kreatif, khususnya fesyen banyak dimotori oleh Usaha Menengah Kecil, dan Mikro (UMKM). Mereka kerap kalah bersaing dengan produk impor dan cenderung mendapat kesulitan memasarkan komoditinya. Umumnya semua persoalan disebabkan oleh masalah yang terkait teknologi, kurangnya strategi pengemasan, dan pemasaran yang tepat.

Dengan kampanye Pencanangan Indonesia Menuju Kiblat Fesyen Muslim Dunia 2020, diharapkan industri fesyen Indonesia dapat berperan dominan dalam kancah pasar mode dunia. Ini diwujudkan melalui Indonesia Islamic Fashion Fair pada 3 Agustus-3 September 2010.

Tidak ada komentar: