Kota 1.000 Masjid? Benarkah ada? Maaf, judul tulisan ini mungkin sedikit hiperbola namun tidak mengurangi kenyataan bahwa di sebuah kota kecil di Pulau Flores, jauh dari hingar bingar Ibukota, terdapat begitu banyak masjid dan surau. Sampai-sampai ada yang bilang, “setiap jengkal ada masjid!”
Selama ini saya memang tidak menyadarinya sampai seorang teman, Ilham Himawan, berceloteh tentang kunjungan-kunjungannya ke Ende. Tentang ketercengangannya akan masjid-masjid yang ditemui di kota mungil ini. Dan dia lah yang menjuluki Ende sebagai, “Kota seribu masjid…”
Ende, sebuah kota yang merupakan ibukota dari Kabupaten bernama sama; ENDE.
Anda belum mengenal Ende?
Kota kecil ini terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Di sini lah Pancasila ditemukan oleh Bung Karno (iya, Presiden pertama RI, saat beliau diasingkan ke Ende pada tahun 1934). Dalam masa pengasingan tersebut Bung Karno melakukan meditasi di bawah sebuah pohon bernama pohon Sukun. Dan dalam meditasinya itu beliau menemukan nilai-nilai Pancasila. Di tempat tersebut sekarang berdiri patung Bung Karno dan sebuah prasasti yang menandakan bahwa di tempat tersebut Bung Karno menemukan Pancasila.
“Di Pulau Bunga yang sepi tidak berkawan aku telah menghabiskan waktu berdjam-jam lamanya merenung di bawah pohon kayu. Ketika itulah datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan bahwa aku mentjiptakan Pancasila. Apa jang kukerjakan hanjalah menggali tradisi kami djauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara jang indahö (Cidy Adams, 1966-300).
Bagi saya, Ende merupakan kota dengan iklim toleransi yang super tinggi. Masjid, gereja, pura, wihara, berdampingan selaras. Namun tak bisa dipungkiri bahwa pembangunan masjid ‘ada di mana-mana’. Ke mana pun Anda pergi, pasti bertemu masjid atau surau.
Nah, di kota sekecil Ende terkenal beberapa istilah untuk wilayah-wilayahnya, seperti; Ende pesisir (ya letaknya di pesisir pantai kira-kira bagian barat), Ende kota (daerah tengah kota) ada juga Ende Lio (ini Ende di bagian pegunungan atau luar kota arah timur) dan Ende daerah Nangapanda (menuju ke sana, terhampar laut biru dan tebing. Iseng saya dan seorang teman pernah menamakan tebing-tebing ini dengan Ende Canyon, hehehe). Juga ada wilayah-wilayah lainnya yang tidak bisa saya jelaskan satuper satu
Di bagian Ende pesisir (daerah dekat pasar Ende) ini mata Anda akan lebih sering bertemu masjid. Betul itu, setiap jengkal. Dalam jangkauan jalan kira-kira 2 km, terpeta 5 masjid dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Hal ini memang mewakili mayoritas penduduk yang beragama Islam. Adzan berkumandang sahut-sahutan ketika waktu sholat tiba. Anda akan malu rasanya bila sengaja mengabaikan seruan-seruan Adzan tersebut.
Sebentar lagi Ramadhan. Rindu suasana Ramadhan di kota Ende. Jangan ditanya lagi kehidupan Ramadhan di Ende. Pasti ramai. Pasti meriah. Setiap pagi, usai Sholat Subuh, jalanan dipenuhi manusia yang menikmati udara pagi. Yang dari utara ke selatan, yang dari selatan ke utara. Amboy… asyik sangat! Belum lagi kaum mudanya yang berbusana rapi di pagi hari.
Sore hari adalah moment yang ditunggu. Banyak yang mendadak jadi pedagang, menjaja aneka makanan dan minuman khas Ramadhan, bekal berbuka. Mulai dari aneka kue; tradisional dan modern, kolak, es cendol, aneka lauk-pauk hingga kurma!
Suasananya itu yang bikin rindu :)
Seolah-olah setiap Ramadahan perasaan saya diganti dengan perasaan khusus bernama Ramadahan.
Baiklah, kembali ke kota 1.000 masjid. Saya mencoba menghitung-hitung ada berapa banyak masjid + surau yang ada di Ende.
Luas kota Ende = 286.89 km2
(didapat dari penggabungan 5 Kecamatan yang ada di kota Ende; Ende, Ende Tengah, Ende Utara, Ende Selatan, Ende Timur).
Masjid + surau di kota Ende = sekurang-kurangnya miniman 20-an!
Amboy…. :)
Ingin menikmati suasana ‘kota santri’? Mari berkunjung ke kota 1.000 masjid…
By: Tuteh Pharmantara
http://www.ende-islam.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar