TREND DAN GAYA BUSANA MUSLIM DI NUSA TENGGARA TIMUR
APA jadinya bila ragam hias khas negara gurun pasir berpadu dengan corak etnis tenun ikat Nusa Tenggara Timur? Nuniek Mawardi punya jawabannya dengan menghadirkan eksplorasi busana cosmo-ecletic.
Namun kali ini, desainer bernama lengkap Siti Kusumah Nugraheni ini mencoba kombinasi baru antara ragam hias Mesir dan eksotisme tenun ikat Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain itu, permainan baru dalam kombinasi motif lurik nan apik.
Exo Playism dan Alluric pun menjadi perpanjangan tangan perancang busana muslim asal Bandung ini dalam mengekspresikan kombinasi budaya tersebut.
"Intinya perpaduan antara NTT dan Mesir. Dari keduanya, saya menemukan satu benang merah, yakni stilasi geometris dan penggunaan warna berani," sebut Nuniek. Dia juga mengatakan, permainan unsur-unsur dari kedua budaya tersebut menghadirkan atmosfer eksotis yang unik, seakan mempertemukan dua puncak kebudayaan yang terpaut jauh dalam ruang dan waktu. Sementara untuk koleksi Alluric, Nuniek banyak bermain dengan keindahan dan simplicity motif lurik. Selanjutnya, diubah dengan berbagai teknik reka bahan.
Kombinasi budaya itu tertuang kental melalui permainan warna, corak, serta cutting, yang menjadikan koleksi wanita kelahiran Bojonegoro, 1961 ini terlihat atraktif. Bukan hanya satu, Nuniek tanpa ragu mengombinasikan beberapa unsur warna sekaligus. Menciptakan kontras warna nan memikat saat diaplikasikan dalam busana. Olahan tone primer dan sekunder, yakni merah, fuschia, kuning, dan oranye tampil padu bersama toska, hijau, biru, dan ungu. Menurut Nuniek, hal tersebut disarikannya dari warna-warna perhiasan serta detail busana yang sering digunakan wanita Mesir masa lalu.
Bentukan busananya yang cenderung tidak biasa pun membawa keunikan tersendiri. Menurut Nuniek, potongan dan garis rancangannya yang variatif itu dihadirkan guna memberi pilihan bagi konsumennya. Lewat kesesuaian mencolok antara ragam hias NTT dan gaya Mesir kuno, Nuniek ingin menyajikan gaya baru yang berkonsep eklektisme Mesir-NTT.
Seluruh unsur tersebut kemudian dileburkan dalam suatu busana berciri dinamis sekaligus sophisticated berupa tunik-tunik sepanjang lutut bersama legging rajutan. Ada juga adaptasi detail busana Mesir seperti kalasiris, pectoral, dan skenti yang dipadukan bersama aksen lau pahudu, taba huku, serta hinggi kombu dari Sumba.
Tidak lupa, sentuhan-sentuhan ragam hias NTT seperti halnya ikat kepala hidu haidan tiara patang. Menurut Nuniek, bentukan-bentukan busana yang disajikannya juga diambil dari gaya berbusana masyarakat Mesir masa lalu, seperti halnya pectoral kerah ataupun claf (tutup kepala Firaun), yang kemudian dimodifikasinya menjadi aksen unik. Adapun rangkaian motif bercorak geometris diwujudkan dalam teknik reka bahan, layaknya tie-dye, bordir, tekstur, dan rajut. Semua itu semakin dipertegas penggunaan aksen smock, patchwork, serta pleats, yang menjadi ciri khas kostum Mesir kuno era kerajaan baru.
Eksotis akhirnya menjadi kemasan akhir bagi kreasi terbaru Nuniek. Meskipun sukses menyajikan rangkaian koleksi menarik, Nuniek mengaku prosesnya tidak berjalan mudah. Dia melakukan riset yang cukup lama sebelum menemukan konsep yang diterjemahkannya dalam storyboard rancangan secara keseluruhan.
"Tantangannya itu justru bagaimana memasukkan unsur eksotik dalam busana muslim, dan itu bukan hal yang mudah," terang Nuniek, yang menggunakan teknik blocking warna guna menegaskan kesan eksotis, sekaligus menghindari kemonotonan. Sisi eksotisme juga diumbar ibu dua putra ini melalui teknik manipulasi bahan, salah satunya dengan tie-dye yang mampu mencipta perwajahan warna berbeda.
Selain itu, pemilik label Nuniek Rosa, Beau, dan Al Madina ini juga melakukan perkawinan bentuk yang diambil dari Mesir, seperti tunik ataupun potongan loose khas busana NTT. Semuanya itu kemudian dikemas dalam garis-garis tegas, nyaris maskulin.
"Pelanggan saya bukan tipe yang terlalu feminin. Mereka menyukai busana yang memiliki paduan unsur maskulin atau karakter androgyny. Karena itu, saya banyak menggunakan garis dan potongan yang tegas," papar Nuniek.
Feminin memang bukan menjadi napas utama rancangan Nuniek. Kendati demikian, koleksinya tetap berkesan anggun sekaligus kontemporer. Ini pun dilakukan alumni Universitas Pasundan Bandung demi memberikan gaya busana muslim modern, wearable, tetapi sesuai syariat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar