Sesungguhnya, jikalau kita semua merenungi selurah jalan hidup kita di dunia ini, niscaya akan kita dapati bahwasanya segala sesuatu di alam fana tidaklah akan bisa dicapai ataupun didapat dengan mudah. Kita tidaklah akan bisa hidup seakan menunggu harta karun yang jatuh dari langit, tentunya sebagai manusia yang normal perumpamaan itu secara logika tidaklah dapat dibenarkan.
Semua yang kita harapkan, segala yang kita inginkan dan kita cita-citakan mustahil bisa didapatkan hanya dengan menunggu tanpa berusaha. Usaha merupakan suatu perantara (wasilah) dan konsekuensi (tanggungan) dari suatu niat ataupun keinginan yang menggebu (azam) demi menggapai harapan, cita-cita maupun impian tertentu.
Berusaha adalah sudah menjadi ketentuan dari Allah SWT yang dengannya manusia dapat berkembang mencapai puncak dimana manusia bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri mereka.
Apa yang kita rasakan, apabila pada suatu hari kita hidup tanpa suatu pekerjaan, dan tidak niat untuk berusaha membuat-buat dan mencari-cari suatu pekerjaan sama sekali. Padahal saat itu kondisi fisik kita sehat.
Tentunya situasi seperti itu akan menjenuhkan dan menyesakkan karena dunia terasa menjadi ruangan yang sempit dengan suasana yang monoton (itu-itu saja), sebab berusaha dan bekerja bagi setiap insan adalah bumbu kehidupan yang dengannya dia bisa menggapi yang diinginkannya.
Walaupun demikian, suatu niat dan usaha bila tidak dibarengi dengan kesungguhan, sudah barang tentu tidak akan memberikan hasil yang baik, atau bahkan akan sia-sia. Sebagaimana lautan yang tenang tidak akan menghasilkan seorang pelaut yang baik dan bermutu. Yang dimaksud lautan yang tenang adalah tidak adanya kesusahan yang dihadapi sehingga tidak ada kesungguhan, dan pelaut yang bermutu terlahir dari kesungguhan.
Sebuah pepatah arab yang sangat populer berbunyi, “Manjadda wajada” (Barang siapa bersungguh-sungguh pasti mendapat). Secara tidak langsung pepatah tersebut mengandung makna bahwas orang yang tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, pasti tidak akan pernah mendapatkan apa-apa.
Lagi, seorang yang belum bisa membaca Al-Quran jika dia tidak bersungguh-sungguh dan hanya bermalas-malasan mana mungkin dia bisa mencapai apa yang dia inginkan, yaitu kemampuan untuk membaca Al-Quran dengan baik. Membaca huruf-perhuruf saja susah, apalagi membaca dengan benar dan lancer, karena malas belajar.
Dalam meminta atau berdoa kepada Allah pun harus diperlukan suatu usaha dan kesungguhan, meminta bukan hanya menunggu dan menunggu suatu pemberian tetapi orang yang meminta itu harus mencari dan bertanya.
Misalnya seseorang ingin sekali usaha yang dijalankannya lancar, maka ia harus berusaha dengan berkonsultasi dan belajar kepada orang yang menurutnya ahli di bidang tersebut, atau kepada rekan, tetangga, bukan hanya menunggu orang lain untuk memberi tahu atau mengajari.
Sering didapati orang-orang yang berkata bahwa mereka belum bisa ini ataupun tidak bisa mencapai itu. Dan dia mengatakan hanya bisa begini saja, tidak bias lebih dari itu. Ini adalah potret orang-orang pesimis yang harus kita jauhkan dari kehidupan kita.
Kalau kita sadar dengan kekurangan kita, maka sikap yang tepat adalah berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri secara bertahap. Kan tidak ada bayi yang baru lahir langsung bisa naik sepeda? Semuanya berproses. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk mengucapkan kata-kata pesimis apapun, selama kita masih bernafas itulah kesempatan kita untuk berbuat.
Memang sering pula kita temui banyak orang yang sudah mati-matian berusaha tetapi masih saja menemui kegagalan. Padahal Allah SWT telah menyatakan pasti akan menunjuki orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam segala usahanya, “Dan mereka yang berjuang (bersungguh-sungguh) dijalan Kami pasti akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami…” (QS. Al-Ankabuut [29]: 69).
Lantas apa yang terjadi terhadap orang tersebut?. Boleh jadi usaha dan kesungguhan orang tersebut masih kurang atau memang Allah SWT telah mentakdirkan baginya untuk menggapai keinginannya itu kelak dan bukan sekarang, seperti kalau kita berdo’a belum tentu do’a tadi langsung dikabulkan, bahkan ada yang baru dikabulkan setelah bertahun-tahun kemudian.
Namun kita harus berkeyakinan, “bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)” (QS. An-Najm [53]: 39-40). Sebuah hadits qudsi berbunyi. Allah SWT berfirman, “Aku menuruti perasangka (keyakinan) hamba-Ku terhadap-Ku…“. (HR. Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi).
Berharap menjadi orang pandai dan ahli tanpa perjuangan dan kesungguhan, adalah suatu kegilaan. Janganlah ragu bahwa kesungguhan mendekatkan apa saja yang jauh, dan kesungguhan akan membuka semua pintu yang terkunci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar