Dalam Catatan Kitab Al-Fatawi dan juga catatan cucu Kyai Ahmad Syar'i Mertakusuma.
Leluhur MH Thamrin
adalah sebagai berikut :
Jalur ayahnya :
1. Kumpinya adalah
seorang Sultan Pontianak Ke I yang bernama Sultan Syah Abdul Hamid Al-Qodri
Ba'alawi Al-Husaini
2. Kakendanya bernama Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Qodri
3. Ayahandanya bernama Muhammad Tabri Thamrin
Jalur iburnya :
Lebih dikenal dengan nama Ibu Syarifah dari Keluarga Mertakusuma
Nama Asli
Muhammad
Husni Thamrin adalah : Syah Muhammad Husni
Nama Panggilan : Husni
Gelar : Syah, sebagai tanda Kaum Betuwe Jayakarta, diberikan oleh Ratu Bagus
Abdul Wahab Mertakusuma,
dicatat sebagai anggota keluarga besar Mertakusuma,
Saat dicatatkan kepada Pencatat Sejarah Al Habib
Di Masjid Jami Angke pada tahun 1900 Masehi,
turut menyaksikan dan
bertanggung jawab adalah
KH Ahmad Syar'i Mertakusuma atas permintaan Syarifah Aminah.
Jadi MH Thamrin itu
murni keturunan Arab dari
Marga Al-Qodri, sebuah Marga dari Alawiyyin yang sudah tidak ada lagi Hadramaut
namun justru banyak terdapat di Kalimantan, dan salah satu Sultannya
dimakamkan di Masjid Angke Jakarta Barat dan beliau merupakan pejuang penentang
penjajahan Belanda.
Sampai saat wafatnya
Semua tulisan arab melayu tentang MH Thamrin tersimpan dengan baik dalam
kitab
Al-Fatawi dan jangan ditanya betapa sedihnya perasaan
KH Ahmad Syar'i begitu mendengar murid sekaligus keponakannya itu wafat.
Sangatlah wajar jika seluk beluk MH Thamrin itu diketahui Keluarga Besar
Jayakarta, karena ibunya adalah asli keturunan Jayakarta. Masjid Angke Jakarta
Barat tempat dimakamkan salah satu leluhur Thamrin itu juga banyak dimakamkan
keluarga besar Jayakarta termasuk leluhurnya KH Ahmad Syar'i Mertakusuma.
Semoga kita lebih
berhati-hati dalam menisbatkan sebuah nasab, apalagi ini adalah nasab tokoh
besar yang berjasa terhadap bangsa dan juga daerahnya, apabila memang tidak
tahu lebih baik tidak mengira-ngira, dan jangan berpatokan kepada mereka yang
tidak faham ilmu nasab apalagi berpatokan pada catatan penjajah yang dalam ilmu
nasab saja wajib diwaspadai, yang lebih amannya, maka lebih baik tanyakan
langsung kepada ulama-ulama yang mendalami ilmu nasab yang memiliki sanad, agar
kita tidak keliru dalam menulis secara utuh sejarah seseorang
Sumber :
Kitab Al Fatawi-Bab
Silsilatul Syar'i, KH Ratu Bagus Ahmad Syar'i Mertakusuma, Palembang :
Al-Fatawi, 1910