Akhir-akhir ini masyarakat di buat heboh dengan kejadian-kejadian yang dipertontonkan oleh media. Ada kasus pejabat menonton film porno, bom bunuh diri di Cirebon, wabah ulat bulu, dan lainnya. Ini adalah fenomena alam lumrah. Tapi yang pasti, manusia harus kembali kepada sang pencipta alam semesta. Karena, itulah fitrahnya. Manusia harus beribadah kepada Allah. Manusia tidak boleh terlena dengan berbagai persoalan dan peristiwa, karena hal itu dapat melupakan dirinya pada keagungan sang Khaliq.
Untuk menjalankan kehidupannya, manusia harus tetap bersabar. Bersabar dalam beribadah dan bersabar dalam menjauhi larangan (maksiat) yang digariskan Allah. Karena, kebaikan itu bukan menurut kehendak manusia, tapi kebaikan adalah sesuatu yang baik menurut syariat Allah. Begitu juga kebatilan adalah sesuatu yang menurut syariat batil.
Ketika manusia menjalankan kebatilan, mereka harus menanggung risikonya. Begitu pula sebaliknya, jika manusia melaksanakan kebaikan, maka dia akan mendapatkan manfaatnya, baik sekarang maupun yang akan datang (kiamat). Saleh adalah mereka yang menjalankan hak-hak Allah dan hak-hak makhluk Allah. Saleh terbagi dua, yakni saleh ibadah dan saleh sosial. Orang saleh, selalu berpikir dan berperilaku untuk kebaikan. Kebaikan yang tidak hanya untuk diri dan golongannya, tapi memberi manfaat kebaikan pada seluruh manusia.
Inilah yang jarang di negeri ini. Kita menantikan, perilaku kebaikan dari semua pihak, terutama para pemimpin atau petinggi negeri ini. Rasul SAW bersabda, "Tidak termasuk dalam golonganku orang tidak punya kasih dan sayang terhadap yang lebih kecil dan tidak punya etika dengan yang lebih besar." Hadis di atas memberikan peringatan kepada kita, bahwa orang-orang yang berkuasa, namun tidak memikirkan rakyatnya, maka dia dianggap sebagai bukan umat Rasul SAW. Kesenjangan begitu kentara di negeri ini. Rakyat kecil ditindas, para pejabat dan penguasa malah minta dilayani dan dihormati. Padahal, perilakunya sangat buruk di mata rakyat.
Dalam sebuah hadis yang diterangkan oleh Abu Said al-Khudry ra, Nabi SAW bersabda, "Berdebatlah antara surga dan neraka. Neraka berkata, "Padaku orang-orang besar yang berkuasa dan sombong-sombong." Surga berkata, "Padaku orang-orang rendahan dan miskin." Maka, Allah memutuskan antara keduanya dengan firman-Nya kepada surga, "Kau surga, tempat rahmatku. Aku merahmati engkau dan pada siapa yang Aku kehendaki. Dan kau neraka tempat siksa-Ku. Aku menyiksa siapa yang Kukehendaki, dan bagi masing-masing kamu pasti Aku penuhkan. (HR Muslim).
Jabatan adalah amanah yang dijalankan, karena kita pasti ditanya tentang amanah itu di hadapan Allah SWT. Mari kita bangun kepekaan dan kepedulian untuk masyarakat, agar kita menjadi orang saleh di hadapan Allah dan makhluk-Nya.
Minggu, April 24, 2011
Senin, April 11, 2011
BEKERJA ADALAH IBADAH
Bekerja adalah salah satu aktivitas yang disukai oleh Allah SWT, "Sesungguhnya Allah Taala senang melihat hamba-Nya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal." (HR ad-Dailami). Bahkan, Rasulullah SAW menempatkannya di deretan kegiatan yang wajib dilakukan oleh umatnya, "Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardu (ibadah mahdhah)." (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Bekerja adalah upaya menjemput rezeki Allah SWT. Tujuannya agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan prinsip-prinsip dalam menjemput rezeki. Yakni, yakin bahwa setiap manusia mendapat bagian rezeki; selalu memperbaiki cara-cara dalam menjemput rezeki; bersabar dengan rezeki yang belum kunjung datang; tidak menempuh cara-cara yang menyimpang dari sunatullah.
Dalam proses mencari rezeki, seseorang akan menghadapi berbagai kendala dan rintangan. Rintangan terberat adalah ketika hati nurani tak lagi disertakan dalam bekerja, dan lebih memilih menuruti hawa nafsu. Ketika nafsu lepas kendali, rasa malu untuk melakukan keburukan tak ada lagi, segala macam cara dihalalkan, norma dan etika tak lagi penting, bahkan iman akan mudah dikorbankan. "Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi adalah 'jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu'." (HR Bukhari).
Bila kondisi semacam ini terus berlanjut, akan timbul perilaku-perilaku impulsif yang bisa menyeret pada kepribadian yang menyimpang (personality disorder). Tidak ada kecemasan ketika melakukan kejahatan dan seusai berbuat tak tebersit perasaan bersalah (guilty feeling), yang lebih ironis perbuatan jahatnya dianggap sesuatu yang wajar.
Perilaku seperti itu merugikan banyak pihak dan diri sendiri. Tidak saja lahan pekerjaan dan kepercayaan orang lain kepadanya yang terancam lenyap, tapi kerugian yang amat besar telah menantinya yaitu bangkrutnya kekayaan hakiki (hati nurani).
Dan, pada saat hati nurani telah mati, tak ada lagi ukuran untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, setiap tindakan cenderung melampaui batas, perbuatan baik dan ketaatan menjadi sesuatu yang remeh, tak sadar bahwa hidup di dunia dalam genggaman Zat Pencipta yang setiap saat siap untuk dicabut, dan lupa bahwa kehidupan dunia menjadi penentu nasib di kehidupan akhirat yang kekal.
Mengelola nafsu menjadi syarat penting dalam bekerja maupun dalam bertindak apa pun. Kejahatan dan keterpurukan selalu terinspirasi oleh nafsu yang liar. Karena pentingnya nafsu untuk dikelola, Abdullah bin Amr bin Ash mengingatkan wasiat Rasulullah SAW, "Tidak beriman seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa."
Bekerja adalah upaya menjemput rezeki Allah SWT. Tujuannya agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan prinsip-prinsip dalam menjemput rezeki. Yakni, yakin bahwa setiap manusia mendapat bagian rezeki; selalu memperbaiki cara-cara dalam menjemput rezeki; bersabar dengan rezeki yang belum kunjung datang; tidak menempuh cara-cara yang menyimpang dari sunatullah.
Dalam proses mencari rezeki, seseorang akan menghadapi berbagai kendala dan rintangan. Rintangan terberat adalah ketika hati nurani tak lagi disertakan dalam bekerja, dan lebih memilih menuruti hawa nafsu. Ketika nafsu lepas kendali, rasa malu untuk melakukan keburukan tak ada lagi, segala macam cara dihalalkan, norma dan etika tak lagi penting, bahkan iman akan mudah dikorbankan. "Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi adalah 'jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu'." (HR Bukhari).
Bila kondisi semacam ini terus berlanjut, akan timbul perilaku-perilaku impulsif yang bisa menyeret pada kepribadian yang menyimpang (personality disorder). Tidak ada kecemasan ketika melakukan kejahatan dan seusai berbuat tak tebersit perasaan bersalah (guilty feeling), yang lebih ironis perbuatan jahatnya dianggap sesuatu yang wajar.
Perilaku seperti itu merugikan banyak pihak dan diri sendiri. Tidak saja lahan pekerjaan dan kepercayaan orang lain kepadanya yang terancam lenyap, tapi kerugian yang amat besar telah menantinya yaitu bangkrutnya kekayaan hakiki (hati nurani).
Dan, pada saat hati nurani telah mati, tak ada lagi ukuran untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, setiap tindakan cenderung melampaui batas, perbuatan baik dan ketaatan menjadi sesuatu yang remeh, tak sadar bahwa hidup di dunia dalam genggaman Zat Pencipta yang setiap saat siap untuk dicabut, dan lupa bahwa kehidupan dunia menjadi penentu nasib di kehidupan akhirat yang kekal.
Mengelola nafsu menjadi syarat penting dalam bekerja maupun dalam bertindak apa pun. Kejahatan dan keterpurukan selalu terinspirasi oleh nafsu yang liar. Karena pentingnya nafsu untuk dikelola, Abdullah bin Amr bin Ash mengingatkan wasiat Rasulullah SAW, "Tidak beriman seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa."
Jumat, April 01, 2011
RAHASIA 3 KEGELAPAN SELIMUTI JANIN
Professor Keith L Moore : seorang guru besar bidang ilmu anatomi dan embrio di Universitas Toronto, Kanada, mengajar di beberapa universitas dan ketua di beberapa organisasi.
Ini menguatkan bahwa seluruh pengetahuan ini bukanlah datang dari manusia, tapi datang dari Tuhan manusia.
Ini menguatkan bahwa seluruh pengetahuan ini bukanlah datang dari manusia, tapi datang dari Tuhan manusia.
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ اْلأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِّن بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isteriya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak.Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Rabb kamu, Rabb yang mempunyai kerajaan.Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan”. ( Az -Zumar : 6 )
Allah menjelaskan bahwa Dia memindahkan manusia (waktu penciptaan) di dalam perut ibunya fase demi fase. Dan Dia juga menjelaskan bahwa janin di selimuti tiga kegelapan, yaitu tiga dinding penghalang antara dia dengan cahaya.
Pemaparan ini sangat teliti, tepat dan akurat serta penggambaran yang sangat sesuai dengan kondisi janin. Karena janin di dalam perut mempunyai tiga macam lapisan penutup, yaitu :
- Pertama : lapisan luar, yaitu dinding perut
- Kedua : lapisan di bawah dinding perut yaitu dinding rahim
- Ketiga : lapisan yang ada di sekitar tubuh janin yaitu lapisan ari – ari ( tembuni )
Lapisan penutup yang menyelimuti janin tidaklah dua ataupun empat lapis, tetapi benar –benar tiga lapis.Pemaparan posisi janin secara akurat ini, tidak dimungkinkan tergambar oleh manusia zaman dahulu secara mendetail, kalau mereka tidak punya alat – alat canggih yang bisa meneropong bagian dalam perut wanita.
Imam Thabari rahimahullah menjelaskan :
”Firman Allah Ta’ala : “dalam tiga kegelapan” maksudnya : dalam kegelapan perut, kegelapan rahim dan kegelapan lapisan ari – ari. ( Tafsir Thabari : 33/124 )
Dan pada saat ilmu kedokteran mengalami kemajuan dan dibuatnya alat – alat canggih yang bisa meneropong dan menggambar bagian dalam perut wanita, maka manusia menjadi mengerti akan realita ini dari alat – alat canggih tadi.
Salah seorang ahli dan pakar bidang anatomi dan embrio telah ditanya tentang hal ini, dan diberitahu apa yang disebutkan Alqur'an tentang fase – fase yang dilalui janin dan adanya tiga kegelapan. Diapun terperangah dengan berita ini, dimana manusia tidaklah sampai pada pengetahuan ini dengan penelitian dan kesungguhannya kecuali pada zaman modern ini.
Dia berkata :
“Jelas bagi saya bahwa sesungguhnya dalil – dalil ini, memang benar – benar datang untuk Muhammad dari Allah, karena semua pengetahuan ini hanya ditemukan pada zaman sekarang saja setelah berabad – abad lalu. Dan ini meyakinkan saya bahwa Muhammad benar – benar Rasul Allah”.
Imam Thabari rahimahullah menjelaskan :
”Firman Allah Ta’ala : “dalam tiga kegelapan” maksudnya : dalam kegelapan perut, kegelapan rahim dan kegelapan lapisan ari – ari. ( Tafsir Thabari : 33/124 )
Dan pada saat ilmu kedokteran mengalami kemajuan dan dibuatnya alat – alat canggih yang bisa meneropong dan menggambar bagian dalam perut wanita, maka manusia menjadi mengerti akan realita ini dari alat – alat canggih tadi.
Salah seorang ahli dan pakar bidang anatomi dan embrio telah ditanya tentang hal ini, dan diberitahu apa yang disebutkan Alqur'an tentang fase – fase yang dilalui janin dan adanya tiga kegelapan. Diapun terperangah dengan berita ini, dimana manusia tidaklah sampai pada pengetahuan ini dengan penelitian dan kesungguhannya kecuali pada zaman modern ini.
Dia berkata :
“Jelas bagi saya bahwa sesungguhnya dalil – dalil ini, memang benar – benar datang untuk Muhammad dari Allah, karena semua pengetahuan ini hanya ditemukan pada zaman sekarang saja setelah berabad – abad lalu. Dan ini meyakinkan saya bahwa Muhammad benar – benar Rasul Allah”.
Langganan:
Postingan (Atom)