Rabu, Oktober 21, 2015

MENUMBUHKAN HARAPAN HANYA KEPADA-NYA

Allah SWT itu Mahaluas karunia-Nya. Sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, Allah SWT akan membalasnya dengan yang lebih baik dan lebih banyak dari apa yang kita lakukan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sebesar dan sebanyak apa pun dosa kita kepada Allah SWT, jika kita bertobat kepada-Nya, Allah SWT akan mengampuninya. Karenanya, salah satu hal yang harus kita tumbuhkan dalam diri kita ketika berinteraksi dengan Allah SWT adalah sifat raja, yakni mengharap akan karunia dan rahmat-Nya.

Dalam kitab Madariju al-Salikina Manazilu Iyyaka nabudu waiyyaka nastain, Ibnu Qayyim al-Zaujiyah mengatakan, raja(mengharap) merupakan ayunan langkah yang membawa hati ke tempat sang kekasih, yakni Allah SWT dan negeri akhirat.

Ada yang berpendapat raja artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah SWT. Raja (mengharap) berbeda dengan berangan-angan. Berangan-angan adalah harapan yang disertai dengan kemalasan, pelakunya tidak pernah bersungguh-sungguh dan berusaha.
Sementara, raja itu disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tawakal. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa raja tidak dianggap sah kecuali disertai dengan usaha.

Raja atau mengharap terbagi tiga macam. Dua macam merupakan perbuatan terpuji dan satu lagi merupakan perbuatan tercela. Pertama, harapan seseorang agar bisa taat kepada Allah SWT berdasarkan cahaya dari-Nya, lalu dia mengharap pahala-Nya.

Kedua, seseorang yang berbuat dosa, lalu bertobat dan mengharap ampunan-Nya, kemurahan dan kasih sayang-Nya. Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat Allah SWT tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang dusta.

Mengharap (raja) terletak di saat dan setelah seseorang melakukan ikhtiar atau usaha. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT yang termaktub dalam Alquran surah al-Baqarah [2] ayat 218, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Orang yang senantiasa berharap akan keluasan karunia Allah SWT (raja) adalah orang yang selalu membukakan pintu harapan baginya. Cirinya, hatinya selalu mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah dan kesempurnaan ampunan-Nya.

Ahmad bin Asim pernah ditanya, “Apakah tanda raja pada diri seorang hamba?” Dia menjawab, “Jika dia dikelilingi kebaikan, ia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah SWT di dunia dan di akhirat, serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat.

Keadaannya yang seperti demikian itu menjadikan orang yang raja senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT, bersabar, dan berlapang dada serta tidak mudah putus asa dan frustrasi karena ia meyakini akan keluasan rahmat dan ampunan Allah SWT.''

Cara untuk menumbuhkan raja (mengharap) dalam diri kita adalah dengan mengetahui dan meyakini akan keluasan dan kesempurnaan karunia dan rahmat Allah SWT dan berupaya meraihnya dengan amal-amal yang kita lakukan. Dengan hal inilah sifat raja akan tumbuh dalam diri kita. Insya Allah. Wallahu alam.

Selasa, Oktober 13, 2015

SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1 MUHARRAM 1437 HIJIRIYAH

www.ende-islam.co.id
----------------------------------------------
Mengucapkan:
"SELAMAT TAHUN BARU ISLAM"
1 MUHARRAM 1437 HIJRIYAH

Untuk segenap Umat Islam
Kabupaten Ende - NTT 
--------------------------
 

Senin, Oktober 12, 2015

KEKEJIAN AJARAN SYIAH

Berbicara masalah Syiah tidak dapat terlepas dari Negara Iran, karena ia merupakan simbol dan pusat penyebaran paham Syiah. Anda pasti kaget, ternyata sebagian besar penduduk Negara itu pada mulanya adalah Ahlu Sunnah kemudian saat Syah Ismail menjadi Raja Iran pada tahun 1502 bertepatan tahun 907 H, dia menggandeng Syiah dalam banyak kebijakan pemerintahannya.
Dari sinilah mulai tragedi berdarah terhadap Ahlu Sunnah di Iran, meskipun pada hakekatnya lebih dahsyat dari yang dapat diketahui oleh dunia karena ketatnya sistim untuk mengakses berita tersebut.

 Allah ta’ala berfirman,
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS. Al Baqarah:120).


Berlandaskan firman Allah tersebut, jelaslah bahwa semua agama-agama selain Islam tidak pernah rela terhadap kejayaan Islam di muka bumi ini. Barangkali ada beberapa orang awam yang bertanya, apa hubungan ayat tersebut dengan Syiah, bukankah syiah juga termasuk agama islam?.
Ya, mereka mengatasnamakan orang muslim, tapi apa benar mereka muslim?. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakar dan Umar, beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
Tahun 1917 M, saat revolosi Iran bergolak, ahlu sunnah bersama penduduk Iran lainnya berjuang bersama-sama melawan kedhaliman Raja Syah Ismail, dan secara khusus Ahlu Sunnah berjuang dengan segala kekuatan untuk mendapatkan hak dalam beribadah, namun ketika berhasil menumbangkan Raja Syah Ismail para petinggi Syiah dengan arogansinya mengokohkan Syiah sebagai satu-satunya landasan hukum negara.

Di awal-awal kepemimpinan Syiah, diskriminasi terhadap Ahlus Sunnah sudah mulai muncul, misalnya dalam hukum negara tercantum; Syarat menjadi presiden harus bermadzhab Syiah. Epesode selanjutnya para ulama sunnah diburu, diusir, ditangkap, dipenjara dan disiksa sebab bermadzhab sunni dan bukan karena lainnya. Larangan mendirikan masjid di Taheran, padahal saat itu penduduk Sunni di Taheran lebih dari satu juta. Dalam suatu acara; Ali Al Khumaini mengatakan; selama saya masih hidup saya tidak akan mengizinkan Ahlus Sunnah untuk mendirikan masjid”.
Khumaini tidak hanya melarang namun juga memerintahkan untuk menghancurkan masjid Ahlus Sunnah di wilayah Khurasan kemudian disulap menjadi taman rekreasi, termasuk pembakaran gedung-gedung, markas pendidikan Ahlu Sunnah serta para santrinya. Tidak heran jamaah masjid berusaha untuk melawannya tapi apa daya, usaha mereka dibalas dengan tembakan peluru tajam dan senjata-senjata berat lainnya, tidak terbayangkan jumlah syuhada yang berguguran.

Ketika Mahmoud Ahmadinajad mencalonkan diri sebagai presiden dengan mengusung motto “Keadilan dan Kemakmuran”, Ahlu Sunnah merasa ada angin segar dan berharap bahwa ini adalah akhir dari kekejaman Syiah, namun apa yang terjadi setelah dia terpilih jadi presiden penindasan dan penangkapan terhadap ulama-ulama Sunnahpun berulang kembali, permohonan izin untuk melakukan shalat Jum’at di gedung Taheran dilarang, shalat Jum’at di lapangan umum juga dilarang dan berbagai macam pemasungan hak beribadah Ahlu Sunnah.

Surat kabar The Daily News memberitakan, ketika salah seorang rujukan Syi’ah yang bernama Misbah Al Yazdi ditanya tentang sebab tidak diizinkannya Ahlus Sunnah mendirikan mesjid di Taheran, ia menjawab: “Kalau di Mekkah telah diizinkan untuk membangun Huseiniyyah, maka barulah di Taheran boleh didirikan mesjid Ahlus Sunnah.
Heem…, kita hanya bisa berdo’a dan mengelus dada, mereka mengatakan Muslim bahkan nama negaranya Republik Islam Iran namun perlakuan terhadap Ahlus Sunnah sangat kejam, sebaliknya hubungan mereka dengan kaum kuffar sangat mesra, terlihat di sana banyak gereja-gereja berdiri megah dan tempat ibadah-ibadah orang-orang kafir lainnya. Ini pertanda jelas dalam aqidah mereka bahwa Ahlu Sunnah adalah musuh utama Syiah.
Selain di Iran terdapat juga Ahlus Sunnah di Iraq, Libanon, Yaman, Suria dll, dan kondisi mereka juga tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh kaum muslimin di Iran. Dan apa yang bergolak di Suria hari ini adalah bukti yang tidak terbantahkan bahwa Syiah bersatu padu dalam memusuhi Ahlu Sunnah, meskipun sesungguhnya Syiah yang ada di Suriah merupakan sempalan Syiah Iran tapi dalam membantai Ahlu Sunnah mereka satu kata. Tidak ketinggalan Syiah Hizbullah Libanon –baca hizbussyaithon- berperan besar bersama Syiah Suria dalam membantai Ahlu Sunnah di Suria.

Informasi dari para masyayikh yang barusan berkunjung ke Suria dalam misi bantuan kemanusian, mereka mendapatkan fakta bahwa; Ribuan syuhada Ahlu Sunnah dan ribuan kurban luka-luka dalam kondisi yang sangat mengenaskan dan membuat bulu merinding karena akibat penyiksaan dan kebiadaban Syiah sebelum menghabisi mereka, tidak hanya itu, setiap akal sehat pasti tidak akan menerima, bagaimana mungkin anak-anak, wanita-wanita dan orang-orang tua yang tidak tahu menahu ikut jadi kurban penyiksaan, bukan karena mereka ikut berjuang di barisan Ahlus Sunnah, sekali lagi saya katakan bukan, namun hanya karena mereka berakidah Ahlus Sunnah.

Saya tidak habis fikir, saat saya melihat video di yotube, seorang tentara Syiah Suria yang gagah perkasa dengan seragam kebanggaannya sambil menenteng senjata menginjak-injak anak kecil berumur sekitar 9 tahunan yang terlentang di tengah jalan. Ibunya hanya bisa melihat dengan deraian air mata dan hati hancur lebur. Apakah dosa anak tersebut?!. Sungguh ini adalah perang agama, mereka ingin memusnahkan kaum muslimin Ahlu Sunnah sampai ke akar-akarnya.
Di antara kekejaman Syiah terhadap Ahlu Sunnah di Suria sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang ulama Ahlu Sunnah Suria Nama Syaikh ini sengaja dirahasiakan demi menjaga keselamatan keluarga beliau yang bermukim di Syiria, dalam suatu kajian yang diterjemahkan oleh Ustadz Firanda Andirja, MA.
Sekitar duapuluh orang tentara memperkosa seorang perempuan di depan suaminya. pada tanggal 3 Februari 2012 saat Basyar Asad laknatullah ‘alaihi, memerintahkan para tentaranya untuk mengebom suatu lokasi yang akhirnya menewaskan 350 orang dan luka-luka 1500 terluka, mereka juga mencampur racun di air PAM untuk membunuh Ahlu Sunnah, adapula anak-anak yang dicincang di depan kedua orang tuanya, dan lain sebagainya yang dapat anda lihat sendiri di berbagai video di youtube. Dan saat makalah ini ditulus jumlah syuhada muslimin Suria sekitar 12112 syahid, semoga Allah ta’ala merahmati mereka semua, amin.

Hikmah besar di balik krisis Suria, yaitu Allah ta’ala hendak membongkar topeng paham Syiah yang sesungguhnya, cukuplah sudah puluhan tahun umat Islam tertipu oleh kemunafikannya, mereka menyuarakan ke seluruh dunia bahwa Ahlu Sunnah di Iran mendapatkan kebebasan, kedudukan dan hak beribadah sebagaimana penduduk Iran lainnya. Hampir setiap muslim terpedaya oleh tipu dayanya kecuali orang yang Allah rahmati, senjata berakting dengan bermuka dua mampu merebut hati sebagian masyarakat Sunni, ditambah dengan manisnya senyum mereka setiap berjumpa dengan orang serta luwesnya dalam bergaul.

Gerakan lain yang cukup menipu kaum muslimin di seluruh dunia, adalah Hizbullah yang artinya partai Tuhan, gerakan yang beroperasi di Libanon, banyak orang yang mengira bahwa gerakan ini dalam rangka menegakkan panji-panji Islam dan kemulian kaum muslimin, ternyata gerakan ini adalah kepanjangan tangan Syiah Iran, maka tidak heran jika Iran menjadi kiblat dalam idiologi mereka. Mereka berdomisili di selatan Libanon, saat Israil menyerbu Libanon Hizbullah secara dhahir melakukan perlawanan namun sejarah mengatakan justru memberikan jalan masuk dan akhirnya dapat menerobos wilayah Libanon barat yang banyak dihuni oleh kaum muslimin Ahlu Sunnah juga para pengungsi Palestine, yang akhirnya agresi tersebut memporak-porandakan wilayah tersebut dan memaksa kaum muslimin Ahlu Sunnah meninggalkannya. Inilah yang sangat diharapkan hizbullah, demikianpula saat Gaza diserbu Israel hizbullah dengan enteng mengatakan ini bukan urusan kami.

Saudaraku….. benar, syiah dengan bekal taqiyah (berbohong atau menyembunyikan yang sesungguhnya) mereka berakhlak baik, pandai bergaul, luwes bermasyarakat, menyapa jika bertemu bahkan juga suka membantu orang lain, namun itu semua hanya kita dapati di wilayah-wilayah minoritas Syiah, akan tetapi jika mereka sudah mayoritas maka tragedi berdarah terhadap kaum muslimin Ahlu Sunnah akan kita saksikan. Alhamdulillh dengan apa yang terjadi di Suria kaum muslimin segera sadar bahwa sesungguhnya Syiah adalah paham di luar Islam, mustahil untuk bersatu dengan kaum muslimin Ahlu Sunnah, dan mereka teman dekat Yahudi serta kaum kuffar lainnya. Kita memohon kepada Allah ta’ala taufiq dan istiqamah dalam beramal shaleh dan berjalan di atas manhaj para ulama salaf. Amin.
Allahu ‘alam bisshawab (*)

Penulis: Ustadz Nurhasan Asy’ari (Dai di Islamic Center Badi’ah Riyadh

Senin, Oktober 05, 2015

MENJAGA HUBUNGAN DAN MENUTUP AIB SAUDARA

Seorang wanita datang kepada Hatim bin Yusuf menanyakan suatu masalah. Ketika sedang bertanya, tiba-tiba wanita ini tanpa sengaja kentut. Merahlah wajah wanita itu karena malu.

Namun, Hatim malah berkata, "Keraskanlah suaramu, aku kurang bisa mendengar (seakan-akan ia tidak mendengar suara kentut wanita tersebut)." Mendengar ucapan Hatim bin Yusuf, wanita tersebut merasa senang, rasa malunya hilang karena ia yakin suara kentutnya tak terdengar oleh Hatim. Padahal, pendengaran Hatim masih normal, hanya saja berpura-pura agar wanita itu tidak kecewa karena malu.

Sepenggal kisah Hatim bin Yusuf yang termaktub di kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar Asqalani ini menunjukkan kemuliaan sikap Hatim yang menutupi rasa malu (aib) seorang wanita yang tanpa sengaja kentut di hadapannya dengan berpura-pura tidak mendengar suara kentutnya sehingga kehormatan wanita tersebut tidak jatuh yang menjadikannya merasa senang. Dari kejadian ini, Hatim dijuluki sebagai Hatim as Asham, yaitu hatim yang tuli.

Sikap Hatim bin Yusuf tersebut harus kita teladani. Kita harus berupaya menutupi aib saudara-saudara kita ketika aibnya terbuka atau diketahui oleh diri kita. Jangan sampai, aib saudara kita itu tidak kita tutupi, apalagi menyebarkan aibnya.

Setiap insan tidak luput dari aib karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dan, aibnya itu bisa terbuka kapan dan di manapun ia berada. Sikap yang terbaik yang harus kita lakukan saat aib saudara kita terbuka adalah dengan menutupi aibnya.

Menutupi aib orang lain merupakan sikap yang mulia. Orang yang berupaya menutupi aib saudara-saudaranya adalah orang yang mulia dan akan mendapatkan keutamaan. Keutamaan yang akan didapatkan ketika menutupi aib orang lain akan menjadikan aib kita ditutup oleh Allah SWT, baik ketika kita di dunia maupun akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, "Dan, barangsiapa yang menutupi (aib) seorang Muslim sewaktu di dunia maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya, Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya." (HR Tirmidzi).

Selain itu, menutupi aib saudara kita seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup." (HR Abu Daud).

Lebih daripada itu, akan mengantarkan kita masuk ke dalam surga-Nya. Ath-Thabrani meriwayatkan dalam al-Ausath dan ash-Shaghir dengan sanadnya dari Abu Sa'id al-Khudri RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang Muslim melihat aurat (cacat) saudaranya lalu menutupinya kecuali pasti akan masuk surga."

Untuk itu, jika kita mendapati aib saudara kita terbuka, mari kita upayakan untuk menutupnya agar kehormatannya terjaga dan hubungan persaudaraan kita dengannya tetap terjaga dan Allah SWT menutupi aib kita, menjaga kehormatan kita, dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

Jumat, Oktober 02, 2015

HIDUP SEDERHANA BAGIAN DARI IMAN

Tetap sederhana dan tidak berlebihan dalam menyikapi segala persoalan kehidupan adalah ciri insan beriman. Harta, jabatan, dan berbagai pernik duniawi tak harus menjadikan kita lupa diri dan berlebihan.

Abu Umamah Iyash bin Tsa'labah al-Anshariy al-Haritsy RA berkata, "Pada suatu hari Rasulullah SAW membicarakan masalah dunia. Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, 'Apakah kalian tidak mendengar? Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman, sesungguhnya kesederhanaan itu sebagian dari iman'." (HR Abu Daud).

Hidup ini harus dijalani dengan penuh kesederhanaan, bersyukur, dan tidak berlebihan. Bila sedang berkuasa dan memiliki banyak harta, tetaplah sadari bahwa itu semua adalah amanah-Nya. Tak perlu harus berubah sikap, merasa diri hebat, kaya raya, dan dapat memenuhi semua keinginan. Tak ada yang sempurna, kecuali pemiliknya, yang Mahasempurna.

Mereka yang hatinya dipenuhi keimanan akan senantiasa menjalani hari-harinya dengan apa adanya. Termasuk dalam menghadapi segala persoalan hidup, kita dituntut untuk biasa saja menyikapinya, tidak overacting, bahkan terkesan didramatisasi dan "lebay".

Sikap melampaui batas (berlebihan), termasuk dalam mengelola harta sangat tidak disukai Allah SWT. Firman-Nya dalam Alquran, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (QS al-A'raaf: 31).

Bukan hanya terhadap harta dan jabatan, demikian pula dalam menjalani kehidupan, tak perlu disikapi berlebihan. Cukupi semua yang dialami, baik itu kebahagiaan maupun kesedihan, dengan syukur dan ikhtiar serta berusaha mendapatkan hikmah di balik itu semua.

Sering kita saking bahagianya lupa mengucap dan bersikap penuh syukur, terlena dan bahkan lupa diri. Atau mungkin ketika dilanda musibah, ujian datang terus-menerus, seolah-olah kitalah yang paling menderita, lalu putus asa.

Mungkin kita merasa hidup ini rumit seakan terus dilanda kesusahan tak berujung. Padahal, banyak saudara kita yang telah hilang rasa pedihnya hidup saking setiap saat kesusahan menyertai. Sahabat kita di Palestina dan negara-negara yang tengah berperang, jauh lebih menderita. Sebaliknya, bagi Anda yang merasa jemawa, sungguh ada orang yang tidak lagi merasa kaya karena hartanya melimapah ruah di mana-mana.

Rasulullah SAW bersabda, "Perhatikanlah orang yang berada di bawahmu dan jangan kamu memperhatikan orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih pantas agar kamu semua tidak menganggap sepele nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadamu." (HR Bukhari dan Muslim).

Suka dan duka tentunya sering menyapa dan bergantian rupa. Sapalah dan pastikan semua proses yang dialami itu penuh makna. Jadikan semua itu sebagai pelajaran dan pembelajaran dalam kehidupan. Karena baik kebahagiaan maupun kesusahan selalu menyimpan hikmah. Bagi mereka yang beriman, menemukan hikmah di balik itu semua merupakan jalan terbaik.

Nikmatilah hidup yang singkat ini dengan kesederhanaan dan penuh rasa syukur. Dengan penuh kesadaran bahwa hidup tidak selalu di atas dan tidak juga selamanya di bawah. Sesungguhnya, baik kebahagiaan maupun kesusahan, merupakan ujian dari Allah. Perbanyaklah beramal saleh, membantu yang susah, dan bermanfaat bagi orang lain untuk bekal kehidupan akhirat kelak.

Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga hal yang mengikuti kepergian jenazah, yaitu keluarga, harta, dan amalnya. Dua di antaranya akan kembali, hanya satu yang tetap menyertainya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan yang tetap adalah amalnya." (HR Bukhari dan Muslim). Wallahu 'alam.