Kamis, Agustus 27, 2015

MARI BERDOA UNTUK JAMAAH HAJI INDONESIA

Para jamaah haji Indonesia gelombang pertama secara bertahap telah berangkat ke Tanah Suci. Bagi kita yang belum berkesempatan menunaikan ibadah haji tahun ini, hendaknya merasa bersyukur dan berbahagia atas keberangkatan saudara-saudara kita ke Tanah suci.

Salah satu bentuk rasa syukur kita bisa diwujudkan dengan mengiringi para calon jamaah haji dengan doa. Ibadah haji merupakan ibadah yang cukup berat di samping harus memahami dan melaksanakan rukun dan wajib haji. Jamaah pun dihadapkan dengan medan yang cukup berat yang membutuhkan fisik dan mental prima.

Calon jamaah haji harus rela dan ikhlas meninggalkan keluarga yang dicintainya dan juga pekerjaan serta hartanya. Karena berat dan mulianya melaksanakan ibadah haji, Rasulullah SAW menyamakan ibadah haji dengan jihad fi sabilillah, terutama jamaah haji wanita dan lanjut usia. "Jihad orang yang telah lanjut usia, orang lemah, dan wanita adalah haji yang mabrur." (HR an-Nasa'i).

Dorongan doa dari kita sangat dibutuhkan jamaah haji. Karena, doa mempunyai kekuatan besar dalam menyukseskan prosesi haji. Dengan doa yang kita panjatkan, dapat mengubah suatu ketetapan (takdir) Allah pada takdir yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Dan tiada yang dapat menolak takdir, kecuali hanya dengan doa." (HR Ibnu Majah).

Doa untuk para jamaah haji adalah, "Aku memasrahkan agamamu, kepercayaanmu, dan kesudahan amalmu kepada Allah. Mudah-mudahan Allah membekalimu dengan ketakwaan, mengampuni dosamu, dan memudahkan kebaikan bagimu di manapun kamu berada."

Doa tersebut mengandung beberapa permohonan kepada Allah untuk para jamaah haji. Pertama, menitipkan dan memasrahkan agama, iman, dan kesudahan amal jamaah haji kepada Allah SWT. Dengan permohonan ini, akan mengantarkan Allah SWT memberikan keselamatan dan perlindungan kepada jamaah haji dari kekafiran, syirik, dan kesombongan.

Hal ini sangat penting karena tidak ada musibah yang terbesar kecuali musibah yang menimpa kepada agama dan keimanan seseorang. Sebab, bila agama, keimanan, dan amal jamaah haji rusak, bukan hanya ibadah hajinya tertolak, juga menyebabkan kemurtadan.

Kedua, memohon kepada Allah SWT agar Dia membekali calon jamaah haji dengan ketakwaan. Ketakwaan merupakan bekal yang paling utama yang harus dimiliki jamaah haji. Dengan ketakwaan, akan menjadi sarana meningkatnya iman dan amal jamaah haji selama berada di Tanah Suci.

Ketiga, berisi permohonan kepada Allah SWT agar Allah memberikan pengampunan dosa kepada jamaah haji dan memudahkannya untuk berbuat kebaikan di Tanah Suci. Dengan pengampunan dosa dan kemudahan untuk berbuat kebaikan, akan menjadi sebab ibadah haji yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT dan sarana tercapainya haji yang mabrur.

Rasulullah SAW bersabda, "Umrah ke umrah lainnya adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya dan haji yang mabrur tidak mempunyai balasan kecuali surga." (HR Bukhari). Untuk itu, marilah kita doakan saudara-saudara kita yang akan menunaikan ibadah haji dengan doa tersebut diiringi dengan kesungguhan, keikhlasan, dan kesyukuran.

Semoga jamaah haji dapat melaksanakan ibadah hajinya dengan lancar, amalnya diterima, dan doanya diijabah Allah SWT serta meraih predikat haji mabrur. Amin. Wallahu a'lam  

                                                              -------------------                    
                                                         www.ende-islam.co.id

Senin, Agustus 24, 2015

SELALU BERDOA AGAR IMAN SELALU TERJAGA

Bukan harta, apalagi jabatan yang menjadi bekal terbaik dalam hidup ini. Akidah yang kuat dengan iman yang kokoh menjadi energi terbaik dan membuat seseorang menjadi lebih kuat.
Diriwayatkan dari Jabir ra, ia berkata, "Pada Perang Uhud ada seorang yang bertanya kepada Nabi SAW, 'Apakah engkau tahu di manakah tempatku seandainya aku terbunuh?' Beliau menjawab, 'Di dalam surga.' Kemudian orang itu melemparkan biji-biji kurma yang ada di tangannya, lalu maju ke medan perang sampai mati terbunuh." (HR Bukhari dan Muslim).

Iman dalam setiap diri kadang naik dan turun. Karena itu, peliharalah dan pertahankan sebaik mungkin. Rasulullah SAW mengibaratkan iman sebagai perhiasan terindah, tergambar dalam doa, "Ya Allah, hiasilah kami dengan perhiasan keimanan. Dan, jadikanlah kami sebagai orang yang mendapatkan petunjuk dan memberi petunjuk kepada orang lain."

Hidup manusia selalu berada pada bukit, lembah, bahkan dasar jurang, semuanya serbaberliku dan menantang, butuh proses panjang dalam menjalaninya. Seperti roda yang terus berputar, kadang di bawah, kadang juga di atas. Ketika berada di atas, rasanya nyaman dan penuh rasa syukur menjalaninya.
Namun, saat terpuruk di bawah, penuh kesedihan, penyesalan, dan rasa kehilangan. Tak jarang, sebagian dari kita marah, protes atas takdir-Nya, berputus asa dan lari dari kenyataan dan mengakhiri hidup dengan konyol (bunuh diri).

Harta, takhta, jabatan, atau keluarga sekali pun belumlah cukup menjadikan diri manusia kuat menghadapi segala cobaan. Hanya keimanan yang menjadi obat sekaligus penguat dalam menyikapi segala persoalan kehidupan.

Iman yang kuat membuat manusia bijak dalam bersikap, berbuat, dan bertindak. Iman berfungsi sebagai perisai yang melindungi dari perbuatan jahat dan mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Dengan iman, sekeras apa pun cobaan yang menimpa, tidak akan menjadikan diri kita berburuk sangka kepada Allah SWT. Dengan iman, hidup menjadi lebih optimistis, selalu bersemangat, dan penuh makna.

Berdoalah selalu agar iman kita terjaga. Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, niscaya diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya. (QS Yunus: 9).

Jauhkan diri kita dari kebodohan, kelalaian dalam beribadah, nafsu yang membawa kepada keburukan, dan berbuat maksiat karena akan mengurangi iman. Berlindunglah selalu kepada Allah SWT agar dilindungi dari godaan setan, godaan gemerlap duniawi yang melalaikan, dan teman bergaul yang berakhlak buruk. Kecenderungan manusia untuk menumpuk harta dan lalai kepada peran sejatinya sebagai hamba dan khalifah di muka bumi ini telah digambarkan Allah SWT dalam surah at-Takatsur.

Padahal, harta dan takhta hanyalah amanah dan alat untuk beribadah. Tetaplah pelihara hati agar jangan pernah sedetik pun berpaling dari Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Dengan keimanan, kebahagiaan dunia dan akhirat menjadi niscaya. Dengan keimanan pula, akan digapai ketenangan dan kemantapan jiwa.

Dalam Alquran surah an-Nahl ayat 97, Allah berfirman, "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik...."

Iman membimbing kepada ketaatan, keihklasan dalam beribadah, sabar menghadapi cobaan, dan tawakal kepada Allah. Hatinya selalu diliputi kepasrahan, ketenangan, penuh harap, dan ridha atas segala keputusan-Nya. Wallahu'alam.

Senin, Agustus 10, 2015

MANFAAT TERAPI ALQURAN

Sebelum masuk Islam, Umar Ibn Khattab termasuk orang yang keras permusuhannya terhadap eksistensi Islam. Tetapi, ketika ia mendengar bacaan Alquran yang dilantunkan adiknya, Fathimah, Umar merasakan ketenangan, kedamaian, dan kekuatan kalamullah.

Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar mengungkapkan, salah satu sebab utama yang mendorong Umar masuk Islam karena ia mendengarkan bacaan Alquran adiknya. Dalam kisah lain, seseorang yang jiwanya sedang gelisah mendatangi Abdullah Ibn Mas'ud. Orang tersebut meminta nasihat kepada Ibn Mas'ud, terkait kondisi hatinya yang gelisah.

Kemudian, Ibn Mas'ud menasihati orang itu untuk membaca Alquran, mendengarkan bacaan Alquran orang lain, mendatangi tempat di mana banyak orang membaca Alquran, dan memahami perintah Allah dalam Alquran. Setelah mengamalkan anjuran Ibn Mas'ud untuk bersahabat dengan Alquran, orang itu merasakan ketenangan jiwa, kejernihan pikiran, dan kesehatan jasmani.

Oleh karena itu, membaca Alquran tak hanya bernilai ibadah, tetapi juga dapat menjadi obat penawar jiwa yang gelisah, pikiran yang tak menentu, dan jasmani yang kurang sehat. Sebagaimana Allah SWT mengungkapkan, “Dan kami turunkan Alquran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS al-Isra [17]: 82).

Al-Qurthubi menjelaskan, ada beberapa pendapat dalam menafsirkan kata syifa` pada ayat itu. Pertama, Alquran dapat menjadi terapi bagi jiwa seseorang yang dalam kondisi kebodohan dan keraguan. Kedua, Alquran membuka jiwa seseorang yang tertutup dan menyembuhkan jiwa yang rapuh. Ketiga, membaca Alquran juga menjadi terapi untuk menyembuhkan penyakit jasmani.

Hal yang sama juga dikemukakan Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Membaca Alquran dapat mengobati penyakit jasmani dan rohani seseorang. Bagi Ibnu Qayyim, sumber penyakit rohani ketika seseorang menuntut ilmu bukan mengharapkan ridha Allah, kemudian menjalani hidup dengan tujuan yang salah.

Bila seseorang menuntut ilmu bukan karena Allah dan tujuan hidupnya bukan mencari ridha Allah, kondisi ini akan mengakibatkan kesesatan, kerusakan, penyakit jasmani, dan rohani. Obat penawar yang mujarab untuk mengobati kedua penyakit ini adalah mengakrabkan diri dengan Alquran.

Alquran mengarahkan jalan terbaik untuk memaksimalkan eksistensinya, mengembangkan karakter baiknya, dan menjadikannya memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Terlebih lagi, seseorang yang mengakrabkan diri dengan Alquran, ia akan memperoleh pertolongan Alquran di hari kiamat.

Sebagaimana dalam penjelasan hadis Nabi, “Bacalah Alquran karena sesungguhnya pada hari kiamat ia akan hadir memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membacanya.” (HR Baihaqi).