Senin, Februari 23, 2015

DELAPAN KEUTAMAAN MEMBACA ALQURAN



Alquran dengan baik pasti akan mendapatkan pahala yang besar dan balasan yang berlipat-lipat. Orang yang membaca, memahami, menghafalkan, dan mengamalkan isinya akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT.

Berikut ini beberapa keutamaan membaca Alquran:
 Pertama, menjadi perniagaan yang tidak akan merugi. Allah berfirman: "Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi." (QS al-Fathir: 29).

Kedua, merupakan amal yang terbaik. Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya." ( HR Bukhari).

Ketiga, mendapat derajat atau kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Rasulullah bersabda: "Orang yang membaca Alquran dengan mahir akan bersama-sama malaikat yang mulia lagi taat (HR Bukhari dan Muslim).

Keempat, mendapat sakinah (ketenangan jiwa) dan rahmat (kasih sayang). Rasulullah bersabda: "Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Alquran kecuali turun atas mereka sakinah dan rahmat serta diliputi oleh malaikat serta Allah sebut di hadapan malaikat (sisi-Nya)." (HR Muslim).

Kelima, mendapat sebaik-baik anugerah Allah SWT. Rasulullah bersabda dalam hadis qudsi, Allah berfirman: "Barang siapa yang sibuk dengan Alquran dan zikir dari meminta-Ku, aku akan memberikan kepadanya sebaik-baik anugerah-Ku. Keutamaan kalamullah (Alquran) atas kalam-kalam selainnya seperti keutamaan Allah atas semua makhluk-Nya." (HR Tirmidzi)

Keenam, seperti buah utrujah yang wangi dan lezat. Rasulullah bersabda: "Perumpamaan orang beriman yang membaca Alquran seperti buah utrujah; aromanya wangi dan rasanya lezat, perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Alquran itu seperti kurma; tidak beraroma tapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran itu seperti buah raihanah, aromanya wangi tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran seperti buah handhalah (semacam labu) ; tidak beraroma dan rasanya pahit." (HR Bukhari dan Muslim).

Ketujuh, mendapat kebaikan berlipat ganda. Rasulullah bersabda: "Barang siapa membaca satu huruf dari kitabullah baginya satu kebaikan. Satu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi).

Kedelapan, memberikan syafaat ketika hari kiamat kelak. Rasulullah bersabda: " Bacalah Alquran, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan memberikan syafaat kepada pembacanya." (HR Muslim).

Dengan memahami beberapa keutamaan membaca Alquran di atas, semoga kita terinspirasi dan bersemangat dalam menjaga rutinitas kita dalam membaca Alquran. Semoga Allah merahmati kita semua dengan wasilah Alquran yang kita baca.

[Oleh: Ust. Ahmad Syaiful Anam / Hikmah-ROL / 23 Februari 2015]

Jumat, Februari 20, 2015

SUDAHKAH KITA BERSYUKUR?

Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Senin, Februari 16, 2015

HADAPI KEMATIAN DENGAN CERDAS

Rasanya terlalu cepat ketika kematian datang tiba-tiba kepada anak, istri, orang tua, dan keluarga. Tak ada yang pernah menginginkannya.
Kalau mungkin meminta, nanti sajalah ketika semua nafsu duniawi telah terpenuhi. Begitulah keinginan manusia, namun dapat berbeda dengan ketetapan Sang Pencipta.

Dalam Alquran surah Ali Imran ayat 145, Allah SWT berfirman, “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang tertentu waktunya.

Dengan demikian, kehidupan dan kematian telah ditetapkan oleh-Nya. Hanya saja apabila kelahiran selalu dirayakan dengan penuh kebahagiaan, kematian selalu diiringi tangis kesedihan. Bukan sehari dua hari, berbulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Pada 18 Januari 2015 lalu, penulis merasakan kepedihan itu ketika anak laki-laki pertama yang berusia sembilan tahun dipanggil terlebih dahulu oleh pemilik sejatinya. Sudah dua minggu lebih sedih itu masih menggelayuti jiwa.

Jangankan kita manusia biasa, Rasulullah SAW sempat menitikkan air mata saat istri tercinta, Siti Khodijah, meninggal.
Ketika paman terkasih yang melindunginya, Abu Tholib, meninggal saat perjuangan menegakkan Islam masih berat, Baginda Rasul pun sangat bersedih.

Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW, bersedih itu boleh, tapi sewajarnya saja. Jangan meratapi terus-menerus sehingga semangat hidup hilang dan berputus asa.
Ingatlah, bukan hanya harus beriman kepada Allah, malaikat, kitab, Rasul, dan hari pembalasan, melainkan kita juga harus beriman kepada ketetapan untuk setiap makhluk-Nya (qada/ qadar).

Kekuatan imanlah yang menguatkan dan mengingatkan semua yang ada dalam kehidupan dunia ini hanyalah titipan. Amanah Tuhan, yang kapan saja bila Dia berkehendak, akan diambilnya.
Keikhlasan dan kesabaran menjalaninya sebagai obat terbaik. Kemarahan, mencari-cari alasan, berandai-andai kita bisa menyelamatkan diri dari kematian, hanyalah pintu setan untuk menanggalkan iman.

Ini soal antrean saja, bisa lebih dahulu anak, istri, suami, orang tua, dan orang terkasih kita lainnya. “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS an-Nisa [4]:78).

Kematian sangatlah menakutkan bagi mereka yang banyak dosa. Dalam Alquran surah al-Jumu’ah ayat 7 dinyatakan, “Mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.”

Tapi bagi orang beriman, kematian sangatlah membahagiakan karena pintu terbuka untuk bertemu Yang Maha Penyayang. Bagi yang ditinggalkan terlalu banyak hikmah dan hidayah dari-Nya apabila kita sanggup menangkapnya. Ketika ikhlas menghiasi jiwa, petunjuk Tuhan akan dengan mudah diterima. Kekuatan jiwa untuk menerima ujian semakin meningkat dan kualitas ibadah akan semakin baik.

Berserah diri kepada Allah SWT dan jadilah manusia cerdas sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas ra, “Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang memperhatikan wajah manusia, didapati orang tersebut sedang bergelak tawa.
Maka berkata Izrail, ‘Alangkah herannya aku melihat orang ini, padahal aku diutus Allah SWT untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat bodoh dan bergelak tawa.”
          
Seorang sahabat pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah lalu menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian, itulah orang yang paling cerdas (HR Ibnu Majah, Thabrani dan Al Haitsami). Wallahu’alam.

Kamis, Februari 12, 2015

SUDAHKAH ANDA MEMBACA AL-QUR'AN HARI INI?

SubhanAllah walhamdulillah ketahuilah sahabatku bahwa :

setiap huruf Alquran itu mu'zijat,
setiap hurufnya ridha Allah,
setiap hurufnya rahmat Allah,
setiap hurufnya ampunan dosa,
setiap hurufnya dijaga Malaikat,
setiap hurufnya nur cahaya,
setiap hurufnya hidayah,
setiap hurufnya barkah Allah,
setiap hurufnya "syifaaun" obat penyakit jasmani,
setiap hurufnya obat penyakit rohani,
setiap hurufnya sepuluh kebaikan,
setiap hurufnya membuat doa mustajab,
setiap hurufnya penenang hati,
setiap hurufnya menjadi penerang kubur,
setiap hurufnya syafaat di akhirat kelak.

Sudahkah sahabatku hari ini membaca Alquran ? Alhamdulillah, Arifin membiasakan sejak diajarkan di pesantren membacanya waktu Fajar, setelah Magrib, dan nanti malam sebelum rehat.

Sungguh tiada kebahagiaan hidup dunia sebentar ini kecuali selalu terus asyik berinteraksi dengan Alquran, seakan Allah bicara langsung membimbing kita. "Sungguh tiada yang merasakan indahnya, bahagianya hidup bersama Alqur'an kecuali mereka yang sudah tenggelam hanyut merasakannya krn membaca dan mengamalkannya" (Sayyid Qutub).

Subahnallah sahabatku jangan sedih kalau membacanya masih terbata-bata. Sungguh berita gembira dari Rasulullah, “Orang yang mahir berinteraksi dengan Alquran akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sedangkan yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata dan ia merasa sulit, ia mendapatkan dua pahala” (HR. Muslim).
Allahuma ya Allah rahmatilah hidup kami dengan Alquran, dan jadikanlah Alquran itu imam, cahaya, hidayah, dan rahmat untuk kami dan keluarga kami...aamiin.

Selasa, Februari 10, 2015

NAMA ANAK ISLAMI YANG DISUKAI RASULULLAH

Subhanallah sungguh nama sangatlah berarti bagi seorang Mukmin. Rasulullah menyebut "Al ismu duaaun", nama itu adalah doa. Berarti setiap dipanggil empu nama didoakan.

Nama juga identitas diri bahwa dirinya seorang muslim, dan ia bangga dengan nama Islami. Cukup dari nama, oarng tahu bahwa dia seorang muslim. "Isyhaduu bianna muslimuun" tampilkan bahwa diri kita sebagai seorang muslim (QS Ali Imron 64).

Karena itu, Rasulullah menyukai nama anak sebagai penghambaan kepada Allah, seperti Abdullah, Abdurrahman, Abdul Maalik dan sebagainya, atau nama nama para Nabi, “Sesungguhnya mereka memberikan nama (pada anak-anak mereka) dg nama-nama para nabi dan orang-orang sholih” (HR. Muslim).

Dan sungguh dengan nama didunia itu pula dia dipanggil di akhirat, dan orangtuanya akan diminta pertanggungjawabkan soal pemberian nama. Karena itu pandangan salah what is the name apalah arti sebuah nama. Islam adalah agama yang peduli dengan sampul dan isi, nama dan ahklak. Insya Allah dengan nama yang baik menjadi doa, dan empu namapun jadi baik...aamin.

Abang menulis ini setelah baru saja memberi nama tiga bayi putri kembar atas permintaan kedua orang tua mereka, Muhammad Ridho Zulfajrin dan Mahlida Khumaira. Alhamdulillah senang hati abang memberi nama tiga bayi putri yang cantik cantik. Yang pertama, Hawna Imani, agar menjadi putri yg kuat namun rendah hati karena kedalaman imannya.

Yang kedua, Hanan Zikriya, agar menjadi putri yang penuh kasih sayang yang terjaga zikirnya, dan yang ketiga, Hani Fauza, agar menjadi putri yang lembut yang meraih sukses dunia akhirat.Semoga Allah selalu memberkahi anak anak kita dengan kemuliaan akhlak...aamiin.

Sumber: Akun Facebook KH Muhammad Arifin Ilham

Kamis, Februari 05, 2015

MENJADI MUKMIN YANG CERDAS

Rasanya terlalu cepat ketika kematian datang tiba-tiba kepada anak, istri, orang tua, dan keluarga. Tak ada yang pernah menginginkannya. Kalau mungkin meminta, nanti sajalah ketika semua nafsu duniawi telah terpenuhi. Begitulah keinginan manusia, namun dapat berbeda dengan ketetapan Sang Pencipta.

Dalam Alquran surah Ali Imran ayat 145, Allah SWT berfirman, “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang tertentu waktunya.”

Dengan demikian, kehidupan dan kematian telah ditetapkan oleh-Nya. Hanya saja apabila kelahiran selalu dirayakan dengan penuh kebahagiaan, kematian selalu diiringi tangis kesedihan. Bukan sehari dua hari, berbulan, atau bahkan bertahun-tahun. Pada 18 Januari 2015 lalu, penulis merasakan kepedihan itu ketika anak laki-laki pertama yang berusia sembilan tahun dipanggil terlebih dahulu oleh pemilik sejatinya. Sudah dua minggu lebih sedih itu masih menggelayuti jiwa.

Jangankan kita manusia biasa, Rasulullah SAW sempat menitikkan air mata saat istri tercinta, Siti Khodijah, meninggal. Ketika paman terkasih yang melindunginya, Abu Tholib, meninggal saat perjuangan menegakkan Islam masih berat, Baginda Rasul pun sangat bersedih.

Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW, bersedih itu boleh, tapi sewajarnya saja. Jangan meratapi terus-menerus sehingga semangat hidup hilang dan berputus asa. Ingatlah, bukan hanya harus beriman kepada Allah, malaikat, kitab, Rasul, dan hari pembalasan, melainkan kita juga harus beriman kepada ketetapan untuk setiap makhluk-Nya (qada/ qadar).

Kekuatan imanlah yang menguatkan dan mengingatkan bahwa semua yang ada dalam kehidupan dunia ini hanyalah titipan. Amanah Tuhan, yang kapan saja bila Dia berkehendak, akan diambilnya. Keikhlasan dan kesabaran menjalaninya sebagai obat terbaik. Kemarahan, mencari-cari alasan, berandai-andai kita bisa menyelamatkan diri dari kematian, hanyalah pintu setan untuk menanggalkan iman.

Ini soal antrean saja, bisa lebih dahulu anak, istri, suami, orang tua, dan orang terkasih kita lainnya. “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS an-Nisa [4]:78).

Kematian sangatlah menakutkan bagi mereka yang banyak dosa. Dalam Alquran surah al-Jumu’ah ayat 7 dinyatakan, “Mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.”

Tapi bagi orang beriman, kematian sangatlah membahagiakan karena pintu terbuka untuk bertemu Yang Maha Penyayang. Bagi yang ditinggalkan terlalu banyak hikmah dan hidayah dari-Nya apabila kita sanggup menangkapnya. Ketika ikhlas menghiasi jiwa, petunjuk Tuhan akan dengan mudah diterima. Kekuatan jiwa untuk menerima ujian semakin meningkat dan kualitas ibadah akan semakin baik.

Berserah diri kepada Allah dan jadilah manusia cerdas sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas ra, “Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang memperhatikan wajah manusia, didapati orang tersebut sedang bergelak tawa. Maka berkata Izrail, ‘Alangkah herannya aku melihat orang ini, padahal aku diutus oleh Allah SWT untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat bodoh dan bergelak tawa.”
         
Seorang sahabat pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah lalu menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian, itulah orang yang paling cerdas (HR Ibnu Majah, Thabrani dan Al Haitsami). Wallahu’alam.

Selasa, Februari 03, 2015

DELAPAN PREDISPOSISI MANUSIA

Dalam Alquran manusia berulang kali diangkat derajatnya dan berulang kali juga direndahkan. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam, surga, bahkan malaikat, tetapi pada saat yang sama mereka tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang melata sekalipun.

Manusia dihargai sebagai khalifah dan makhluk yang mampu menaklukkan alam (taskhir). Namun, posisi ini bisa merosot ke tingkat yang paling rendah dari segala yang rendah (asfala safilin).  
 
Gambaran kontradiktif menyangkut keberadaan manusia itu menandakan bahwa makhluk yang namanya manusia itu unik, makhluk yang serba dimensi, ada di antara predisposisi negatif dan positif.

Manusia bisa berada pada predisposisi positif bila ia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik di permukaan bumi ini dan tidak menyalahi ketentuan yang telah dibuat oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW lewat Alquran.

Dan, sebaliknya manusia yang berada pada predisposisi negatif merupakan mereka-mereka yang tidak mengindahkan peraturan dan ketentuan serta cenderung memperturutkan hawa nafsunya.

Setidaknya, ada delapan predisposisi negatif manusia dalam Alquran yang harus kita ketahui. Pertama, manusia an’am (seperti binatang ternak). Manusia diberi hati, mata, dan telinga untuk mengenal tanda-tanda kekuasaan Allah, tetapi jika tidak digunakannya maka sama saja ia tidak mempunyai potensi tersebut. (QS al-A’raaf [7]: 179).

Kedua, manusia kalb (seperti anjing). Allah berikan hawa nafsu kepada manusia agar kehidupan manusia menjadi dinamis. Dengan nafsu, manusia mempunyai cita-cita, keinginan untuk kawin, bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan, makan dan minum, dan sebagainya.

Nafsu perlu dikendalikan dan dikawal bukannya dituruti sepenuhnya seperti binatang.(QS al-A’raaf [7]: 176). Ketiga, manusia qird (seperti kera). Mereka yang tidak beramal saleh dan fasik mendapat balasan yang lebih buruk, yaitu dikutuk dan dimurkai oleh Allah. (QS al-Maidah [5]: 60).

Keempat, manusia khinzir (seperti babi). Dalam ayat 160 surah al-Maidah seperti di atas juga menyebut perumpamaan seperti babi terhadap orang-orang fasik. Babi merupakan makhluk yang diharamkan oleh Allah untuk memakannya dan ia memiliki berbagai karakter yang tidak baik.

Manusia bagaikan babi adalah manusia yang memiliki berbagai karakter yang tidak baik. (HR Ats-Tsauri). Kelima, manusia hijarah (seperti batu). Mereka yang keras hatinya sehingga ingkar dan tidak mau menerima perintah Allah diumpamakan seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS al-Baqarah [2]: 74).

Keenam, manusia ankabut (seperti laba-laba). Manusia sering angkuh dan sombong dengan kelebihan dan potensi yang Allah berikan. Mereka bangga dengan segala prestasi yang diperoleh di dunia dan menganggap tidak ada sesuatu pun yang dapat membinasakan mereka. (QS al-Ankabut [29]: 41).

Ketujuh, manusia himar (seperti keledai). Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah diibaratkan seperti keledai. Mereka telah diberikan panduan, tetapi tidak mengambilnya. Suatu kerugian yang besar bagi manusia yang telah mengenal Allah, tetapi kemudian mendustakannya. (QS al-Jumu’ah [62]: 5).

Dan yang terakhir atau kedelapan dalam pandangan Alquran, yakni manusia khasyab (seperti kayu). Manusia sering bersikap tidak jujur dan hipokrit. Mereka hanya mengejar dunia dengan kemewahan, keseronokan, dan kecantikan yang bersifat sementara.

Nilai ini dianggap penting dan dipandang tinggi oleh manusia, tetapi bukan suatu yang bermakna di sisi Allah SWT sehingga Allah umpamakan seperti kayu. (QS al-Munafiqun [63]: 4).

Demikianlah secara gamblang Allah SWT telah memberikan predisposisi negatif terhadap manusia yang enggan menggunakan seluruh potensi yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya.

Mari sama-sama kita berharap sembari berusaha dan berdoa agar predisposisi negatif yang telah Allah lukiskan kepada manusia di dalam Alquran terjauhkan dari sifat dan karakter yang ada dalam diri kita