Senin, Oktober 29, 2012

RIBERY DAN SHAQIRI RAYAKAN IDUL ADHA TAHUN INI

Dua pesepak bola Muslim yang memperkuat Bayern Muenchen ikut merayakan Idul Adha. Franck Bilal Ribery dan Xherdan Shaqiri yang menghuni lini tengah the Bavarians menyampaikan ucapan kepada seluruh umat Islam di dunia.

"Aid Mubarek a tous les freres musulmans #AID #aidmubarek #Ribery (Bahagia Lebaran bersama seluruh saudara Muslim)," kata penggawa Les Bleus itu lewat akun twitter-nya, @FR_Officiel.

Ribery dikenal sebagai pemain yang taat menjalankan ritual agama. Sebelum pertandingan, mantan pemain Marseille dan Galatasaray itu sering berdoa di tengah lapangan. Pada periode jeda kompetisi Bundesliga musim 2010, ia bersama mantan pemain Die Roten Hamit Altintop melakukan ritual umrah ke Tanah Suci.
Adapun Shaqiri dikenal sebagai calon bintang masa depan Muenchen.

Sama seperti Ribery, pemain timnas Swiss itu tidak jarang berdoa dulu sebelum laga dimulai. Mantan pemain FC Basel itu menitipkan salam kepada umat Islam di penjuru dunia untuk menikmati perayaan Idul Kurban.
Ia menyampaikan selamat Hari Raya Kurban sesuai dengan tradisi yang diucapkan Muslim Bosnia. "Bajram serif mubarak olsun #bajram," ujar pemain kelahiran Kosovo yang memiliki darah keturunan Albani lewat akun twitter-nya, @XSOfficial.

Shaqiri juga mengirimkan poster bergambar Masjidil Haram bertuliskan selamat merayakan Lebaran Kurban.

Kamis, Oktober 25, 2012

WISATA SUCI

Semua ibadah yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan.

Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS Al-Ankabut: 45). Puasa menanamkan ketakwaan dalam diri Muslim. (QS Al-Baqarah [2]: 183). Zakat untuk membersihkan hati dari sifat kikir (QS At-Taubah [9]:103).

Adapun haji diwajibkan untuk memperbanyak zikir, menyaksikan manfaat duniawi dan ukhrawi (QS al-Hajj: 27-28), mengokohkan ketakwaan, menjauhi rafats, fusuk, dan jidal. (QS Al-Baqarah 197). Allah memerintah Nabi Ibrahim AS agar menyeru umat manusia untuk berhaji agar manusia menjadi tamu-Nya dan mendapatkan karunia, rahmat, dan ampunan-Nya.

"Jamaah haji dan umrah adalah para tamu Allah, bila mereka berdoa dikabulkan dan bila beristighfar akan diampuni." (HR al-Baihaqi dalam Kitab Syu'abul Iman juz III hal 476).

Ibadah haji adalah wisata suci yang mendorong jamaah menjauh dari ketergantungan dengan dunia dan segala isinya. Mereka meninggalkan keluarga dan kerabat, untuk membebaskan diri dari ikatan-ikatan penghambaan duniawi menuju panggilan Ilahi. Mereka berseru, "Labbaika Allahumma Labbaik," (Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah).

Haji merupakan perjalanan spiritual. Jamaah selalu tawadhu dan melepaskan diri dari berbagai kesenangan materi untuk bersimpuh di hadapan keagungan-Nya. Mereka berangkat untuk menyambut seruan Ilahi dengan tauhid murni, menanggalkan sebagian tirai dunia untuk menembus alam malakut.

Tak ada omongan kotor, kefasikan, dan ketakaburan. Mereka selalu mengekang diri dari kebuasan nafsu syahwat demi satu tujuan, menggapai hajjun marbur, sa'yun masykur, dan dzanbun maghfur.

Mereka berseragam putih-putih ketika ihram untuk mengingatkan kain kafan yang akan membalutnya saat kematian. Mereka menunaikan manasik yang sama di tempat yang sama, mengumandangkan talbiyah yang sama, wukuf di Arafah, thawaf, mabit, dan melempar jumrah.

Semua ini melukiskan persatuan umat dan kesamaan derajat di hadapan Allah kecuali dengan ketakwaan. Mereka merupakan satu kelurga besar yang sejajar bagai gerigi sisir. Tak ada perbedaan antara pemimpin dan rakyat, kaya dan miskin, kuat dan lemah.

Semua menyatu tenggelam dalam menghamba kepada Allah untuk mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Betapa indah rihlah ruhiyyah dalam menunaikan haji. Sejak keluar rumah sudah diawali dengan doa, “Bismillah tawakkaltu 'alallah, la haula wala quwwata illa billah”.

Selama perjalanan haji, hanya diisi dengan ibadah, zikir, istighfar, doa, shalawat, dan manasik haji. Sejak hari Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah, jamaah tamattu' mulai bergerak menuju Mina untuk mabit. Mereka hanyut dalam zikrullah dengan penuh tawadhu, antara khauf dan raja'.

Saat di Arafah semua menangis khusyuk dan larut luluh dalam doa, munajat dan mohon ampunan dari semua dosa masa lalu. Kondisi jamaah haji yang berhari-hari tenggelam dalam spiritulitas ibadah yang indah seperti ini, niscaya akan memengaruhi kehidupan setelahnya sebagai haji mabrur.

Rabu, Oktober 24, 2012

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1433 H

   www.ende-islam.co.id
Mengucapkan: 
 
 
Bagi seluruh masyarakat muslim Kabupaten Ende - NTT

-----------------------------------------------------------

ARAFAH MINIATUR ALAM MAHSYAR

Arafah adalah tempat di wilayah Makkah Al-Mukarramah yang menjadi berkumpulnya para jamaah haji dari seluruh dunia. Hadir Arafah merupakan salah satu rukun haji, sehingga tidak sah ibadah haji seseorang jika tidak hadir di Arafah.

Abdurrahman bin Ya'mar meriwayatkan bahwasanya sekelompok manusia dari suku Najd mendatangi Rasulullah SAW pada saat beliau di Arafah.

Kemudian mereka bertanya kepada beliau, sehingga Rasulullah SAW memerintah mereka seraya menyeru, "Haji adalah (hadir) di Arafah." (HR. Tirmidzi).

Arafah menjadi hari kesembilan di bulan Dzulhijjah. Arafah yang berarti mengetahui, memiliki pengertian bahwa mimpi yang terjadi pada Ibrahim AS adalah benar berasal dari Allah SWT. Sebelumnya, Ibrahim mengalami fase keraguan (hari tarwiyah) apakah mimpinya berasal dari Tuhan atau tidak.

Setelah melalui proses verifikasi-kritisisme, Ibrahim mengetahui dan meyakini kebenaran mimpinya di hari Arafah. Tibalah keesokan harinya Yaum An-Nahr (hari penyembelihan) yang menjadi tonggak pelarangan pengorbanan manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Arafah merupakan miniatur Alam Mahsyar, tempat seluruh manusia dibangkitkan dari alam kubur untuk dihitung amal kebaikan dan keburukannya (hisab). Maka pengertian Arafah memberikan kesadaran bagi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesamanya dan alam semesta, sehingga mereka mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk kehidupan abadinya di akhirat.

Peristiwa monumental yang terjadi di hari Arafah antara lain turunnya wahyu terakhir kepada Rasulullah SAW, penegasan tidak diperkenankannya kaum musyrikin melakukan ibadah di sekitar Ka'bah, dan penegasan deklarasi hak asasi manusia (HAM) pertama di dunia yang menjadi tonggak sejarah bagi berkembangnya penghormatan prinsip-prinsip HAM pada saat ini.

Latar belakang tersebut menjadikan hari Arafah memiliki keagungan dibandingkan dengan hari-hari lainnya, di antaranya: Pertama, menjadi hari pengampunan dosa dari Allah SWT karena banyaknya hamba yang beribadah semata-mata untuk diri-Nya.

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, "Jika hari Arafah tiba, Allah SWT turun ke langit dunia dan berfirman kepada para malaikat, ‘Lihatkan kepada para hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dengan bersusah payah, mereka datang dari berbagai penjuru yang jauh. Saksikanlah! Bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka.’

Para Malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku, (diantara manusia itu) ada lelaki yang senantiasa mensucikanmu, mengagungkanmu dan lain sebagainya.’ Allah SWT berfirman, ‘Aku telah ampuni dosa-dosa mereka.’ Rasulullah SAW bersabda, "Maka sungguh tiada hari yang lebih besar pembebasannya dari api neraka dari pada hari Arafah." (HR. Ibnu Huzaimah).

Kedua, dilipatgandakannya amal kebajikan yang dilakukan oleh para jamaah haji di Makkah dan disunahkannya bagi yang tidak haji untuk melakukan puasa Arafah. Dari Abu Qatadah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Puasa Arafah dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu dan dosa tahun depan.” (HR. Ibnu Huzaimah).

Ketiga, banyaknya rahmat yang dilimpahkan oleh Allah kepada manusia, sampai-sampai setan berkecil hati pada hari Arafah tersebut. Dari Talhah bin Abdullah bin Kariz RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setan tidak melihat bahwa suatu hari dirinya merasa kecil, hina, teraniaya dan teremehkan daripada hari Arafah. Hal itu tidak lain karena ia melihat banyaknya rahmat dan ampunan dosa besar yang diberikan Allah kepada manusia, sebagaimana pada saat Perang Badar."

Demikianlah keagungan hari Arafah, semoga Allah SWT memberikan keringanan kepada kita dalam mengagungkan hari mulia-Nya dengan memperbanyak kebajikan dan berpuasa, sehingga kita dijadikannya sebagai hamba agung nan mulia. Wallahu a'lam.

Senin, Oktober 22, 2012

PENGERTIAN ISTILAH HAJI AKBAR

Di kalangan kaum Muslimin terdapat pendapat umum yang menyebutkan bahwa apabila hari Arafah jatuh pada hari Jumat maka ibadah haji mereka bertepatan dengan haji akbar.

Jika kita merujuk kepada Alquran, maka haji akbar adalah haji terakhir Rasulullah SAW tahun ke-10 hijriyah. (QS. At-Taubah: 3). Memang saat itu hari Arafah jatuh pada hari Jumat. Sehingga tidak terlalu salah menganalogikan saat itu dengan saat ini, apalagi faktor dan unsurnya sama.

Namun lebih dari itu, substansi haji akbar sebenarnya adalah tidak diperkenankan lagi kaum musyrikin melakukan tawaf di Masjidil Haram setelah tahun ke-9 hijriyah. Kedua, diturunkannya wahyu terakhir Alquran yang berarti telah sempurnanya ajaran Islam.

Istilah haji akbar dan asghar sendiri berbeda-beda di kalangan ulama tafsir. Ibnu Shihab menukil pendapat Humaid bin Abdurrahman mengatakan bahwa yang disebut haji akbar adalah hari ke-10 Dzulhijjah (yaum An-Nahr) karena pada hari tersebut pelaksanaan ibadah haji telah dilakukan dengan sempurna.

Sementara haji asghar menurut jumhur ulama sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani bisa berarti hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan bisa pula berarti umrah.

Memang tidak dapat dimungkiri bahwa hari Arafah dan Nahr (9-10 Dzulhijjah) merupakan hari terbaik sepanjang tahun, semisal malam terbaik di malam Jumat dan Lailatul Qadr. Sedangkan Jumat adalah hari terbaik dalam hitungan satu pekan.

Jika dua keutamaan hari tersebut bertemu dan menyatu, maka tidak dapat dimungkiri akan melahirkan keutamaan baru yang besar dan dahsyat, di antaranya: bertemunya dua waktu yang mustajab, bertemunya dua hari raya mingguan dan tahunan, bertepatan dengan penghapusan Allah SWT atas dosa-dosa jamaah haji. Juga bertepatan dengan wahyu terakhir Rasulullah SAW, bertepatan dengan waktu haji wada' Rasulullah SAW, bertepatan dengan akan terjadinya hari kiamat (Jumat), bertepatan dengan hari dikumpulkannya seluruh umat manusia di Mahsyar, dan bertepatan dengan hari pengumpulan Allah SWT bagi ahli surga.

Sehingga tidak ada yang salah dalam memanfaatkan bertemuanya dua momentum akbar dan istimewa tersebut untuk meninggikan kualitas ibadah yang kita lakukan. Yang penting untuk diluruskan adalah bahwa anggapan jika Arafah tepat hari Jumat berarti haji akbar, dibangun atas dasar qiyas (logika) dan tidak disandarkan pada Alquran dan as-Sunnah.

Dengan pengertian ini, diharapkan kaum Muslimin yang telah melaksanakan "haji fardu" tidak berburu pelaksanaan haji lagi dengan anggapan haji akbar atas dasar pemikiran bertemunya dua keutamaan, sehingga pemikiran ekonomisnya menyatakan bahwa pahala ibadah haji tersebut menyamai 70 atau 72 kali haji biasa atau bahkan seakan-akan haji bersama Rasulullah SAW.

Hal tersebut karena jika bapak dan ibu haji mengharapkan pahala berlimpah, caranya tidak mesti dengan pelaksanaan ibadah haji yang kedua atau seterusnya, melainkan masih terdapat puluhan cara lain yang lebih elegan, progresif, serta bermanfaat bagi kemanusiaan dan sosial.

Disamping itu, memberikan kesempatan kepada mereka yang melaksanakan "haji fardu" tentu merupakan pahala tersendiri bagi para pelaksana "haji sunah", agar mereka yang "haji fardu" dapat melaksanakan hajinya dengan penuh kekhusyukan, penghayatan dan kenyamanan sebab kehadiran mereka di Tanah Suci menjadi kenangan paling manis sepanjang hidup. Wallahu a'lam

Jumat, Oktober 19, 2012

TOKOH PANUTAN SEPANJANG JAMAN

Menjadi seorang pemimpin yang jujur, berwibawa dan penuh kharisma bukanlah perkara yang mudah.

Ketidakmudahan itu muncul karena sang pemimpin dituntut untuk memahami dan menjadi sentral panutan masyarakat dengan suku, keyakinan, persepsi, latar belakang budaya dan pendidikan yang sangat variatif.

Keanekaragaman masyarakat yang dipimpinnya secara langsung maupun tidak, melahirkan banyak ketidakselarasan ide, gagasan, juga dalam pemecahan masalah sosial.

Namun nampaknya, pemimpin teladan sepanjang zaman dengan kesempurnaannya, telah terpotret dalam diri Sang Teladan. Beliau membuktikan bahwa dirinya mampu menghadapi segala rintangan yang sungguh berat. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah, Muhammad Rasulullah.

Seperti yang kita ketahui bersama, Rasulullah digariskan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat Jjahiliyah, masyarakat yang kental akan kemusyrikan, kebodohan iman dan merajalelanya penganiayaan.

Mereka telanjur meyakini bahwa berhala-berhala di sekitar Ka’bah-lah Tuhan nan sesungguhnya. Betapa tidak goncangnya ranah Arab saat hadirnya utusan Tuhan yang sejatinya menjadi rahmat bagi seluruh alam. “Dan tidaklah aku diutus kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya: 107). Dan, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”

Transisi zaman berhala menuju keyakinan kepada Allah SWT semata, memerlukan usaha yang luar biasa sulitnya. Rasulullah SAW sebagai manusia biasa yang dianugerahi amanat yang jauh lebih berat daripada memanggul langit dan bumi, adakalanya sedih, putus asa, dan khawatir akan kondisi yang mengenaskan terhadap akhlak masyarakat Arab zaman itu.

Praktik perbudakan, penganiayaan, kecurangan dalam berniaga hingga lahirnya rumah bordir dimana-mana, membuat dirinya makin tertantang membumihanguskan tindakan yang betul-betul merusak moral umatnya.

Namun, karena beliau menyadari sesungguhnya bahwa tugas ini adalah untuk kebaikan seluruh umat manusia, beliau tabah menerima cercaan, makian, hinaan, teror, bahkan kekerasan dari kaum kuffar. Hingga akhirnya Allah menjamin keselamatan jiwa beliau dan bahwa kuffar Quraisy tidak mampu memberikan mudharat sedikitpun kepada beliau.

Atas jaminan itulah, Rasulullah tampil menjadi seorang Nabi, pemimpin, guru, ahli perang, serta teladan bagi seluruh umat manusia. Beliau-lah yang mengajarkan kalamullah dan memupuk hubungan dengan Allah juga dengan manusia harus terjaga secara beriringan. Sehingga perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau diwariskan dan dijaga secara turun temurun menjadi sebuah hadits.

Pada intinya, Rasulullah SAW adalah sosok pembaharu, peletak sendi-sendi kepemimpinan juga model peradaban di ranah Arab baik dari moral dan keimanan yang rusak menuju perbaikan diri sesuai bimbingan Ilahi.

Rasulullah pula yang senantiasa mengajarkan umatnya untuk berusaha mencontoh teladan beliau, termasuk membalas keburukan seseorang dengan kebaikan. Karena kesabaran dan konsistensi beliau itulah peradaban besar muncul.

Rasulullah memulai tatanan masyarakat baru di Jazirah Arab pasca Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah), setelah sekian lama terusir dari tanah kelahirannya sendiri. Kemajuan dalam bidang keimanan dan keilmuan pun berkembang pesat.

Betapa tidak? Siang dan malam beliau isi hari-harinya dengan membimbing langsung masyarakat Arab baik yang sudah lama memeluk Islam maupun yang ‘baru’ mengenal islam. Sehingga, kondisi segenting apa pun, tak menyurutkan langkah beliau untuk terus mentransfer pesan-pesan Ilahi dan memperluas wilayah dakwah sehingga beliau sanggup membangun sebuah peradaban mencerahkan. Peradaban terbaik yang dipelopori oleh panutan sepanjang zaman.

www.ende-islam.co.id

Selasa, Oktober 16, 2012

HAK DAN KEWAJIBAN BURUH DALAM ISLAM

Bekerja merupakan kewajiban mulia atas setiap insan agar bisa hidup layak dan terhormat. Bekerja dengan sungguh-sungguh mendapatkan posisi istimewa karena dianggap bisa melebur dosa-dosa yang tak bisa dihapus dengan ibadah mahdhah.

Rasulullah SAW pernah menjabat tangan seorang buruh yang bengkak karena kerja keras, lalu menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.”

Bekerja dalam Islam dilihat dari kualitas. Buruh yang baik adalah yang berusaha meningkatkan kualitas kinerjanya. (QS Al-An'am [6]: 132). Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah senang bila salah seorang dari kamu bekerja dengan kualitas tinggi.”

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin memerhatikan hak dan kewajiban buruh dan meletakkan beberapa aturan. Pertama, Islam menuntut agar buruh selalu bertakwa dalam setiap situasi dan kondisi. Ketakwaan ini akan mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan berusaha membersihkan dirinya dari berbagai niat jahat.

 “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq [65]:  2-3).

Kedua, Islam menganjurkan kepada setiap buruh bekerja secara profesional. Kualitas kerja tak mungkin terealisasi, kecuali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan tinggi. Ketiga, menanamkan semangat kompetisi sehat dengan memberikan kebebasan untuk memilih pekerjaannya sesuai dengan keahliannya.

Keempat, Islam melarang membebani buruh di luar batas kemampuannya. Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu sekalian membebani buruh dengan tugas yang dia tidak kuat memikulnya.”

Islam menganjurkan perusahaan agar memberikan bantuan dan rangsangan kepada buruh bila memberikan tugas tambahan. “Bila kamu sekalian membebani mereka maka berilah dorongan dan bantuan.”

Kelima, memerhatikan kebutuhan primernya, baik keamanan, loyalitas, penghargaan, informasi, pengetahuan, keindahan, aktualisasi diri, dan kebutuhan rohaninya.

Keenam, Islam menganjurkan supaya dibuat kesepakatan kerja antara pengusaha dengan buruh. Kesepakatan ini meliputi hak-hak dan kewajiban masing-masing, termasuk masalah upah dan pekerjaan yang harus dilaksanakannya.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa mempekerjakan seorang buruh hendaknya memberitahukan terlebih dahulu berapa jumlah upahnya.” Tujuannya, agar seorang buruh memiliki motivasi kerja yang tinggi. Dalam hadis lain dikatakan, “Berikanlah upah buruh sebelum kering keringatnya.”

Islam sangat menjamin hak-hak pengusaha. Kesepakatan antara buruh dan pengusaha merupakan sumpah yang harus ditunaikan oleh masing-masing. Hal ini juga menjadi alat pengontrol dalam melaksanakan kewajibannya. Seorang buruh juga harus berpegang pada janjinya dalam bekerja. (QS Al-Maidah [5]: 1).

Dalam ayat lain, Allah mengingatkan, “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi.” (QS Al-Muthaffifin [83]: 1-3). Wallahu a'lam.

Selasa, Oktober 09, 2012

WASIAT DO'A DARI MALAIKAT JIBRIL

Dalam suatu riwayat Ibnu Hatim, disebutkan bahwa Jibril AS pernah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Tidaklah aku diutus kepada seseorang yang lebih aku cintai daripada ketika aku diutus kepadamu.”

“Maukah aku ajarkan kepadamu (kalimat pembuka) doa yang aku simpan khusus untukmu—yang belum pernah aku ajarkan kepada seorangpun sebelummu—yang dapat engkau baca sewaktu berdoa dengan harap-harap cemas? Maka bacalah:

“Yaa nuurus samawaati wal ardhi.
Wayaa qoyyumas samaawaati wal ardhi.
Wayaa shomadas samaawati wal ardhi.
Wayaa zainas samaawaati wal ardhi.
Wayaa jamaalas samaawati wal ardhi.
Wayaa dzal jalaali wal ikroom.
Wayaa ghoutsal mustaghitsiina.
Wamuntaha roghbatil ‘aabidiina.
Wa munaffisal kurobi ‘anil makrubiina.
Wa mufarrijal ghommi ‘anil maghmuumiina.
Wa shoriikhol mustashrikhiina.
Wa mujiiba suu’aalil ‘abidiina…”
“Wahai Dzat Yang Menerangi langit dan bumi.
Wahai Dzat Yang Mengurus langit dan bumi.
Wahai Dzat Yang Menahan langit dan bumi.
Wahai Dzat Yang Menghiasi langit dan bumi.
Wahai Dzat Yang Memperindah langit dan bumi.
Wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan.
Wahai Dzat Yang menjadi tempat memohon pertolongan bagi mereka yang memohonnya.
Wahai Dzat yang menjadi puncak harapan para ahli ibadah.
Wahai Dzat Yang Melepaskan beragam kesulitan bagi mereka yang dilandanya.
Wahai Dzat Yang Menghilangkan kecemasan dari mereka yang ditimpanya.
Wahai Dzat Yang Memberi pertolongan kepada mereka yang memohonnya.
Dan, Wahai Dzat Yang Mengabulkan permohonan para hamba-Nya…”

“Selanjutnya, silakan engkau berdoa kepada Allah dengan doa yang menyangkut urusan dunia dan akhirat.”

Berdoa adalah kebutuhan seorang hamba pada Tuhannya. Biasanya, kebutuhan itu muncul setiap saat terlebih jika kita merasa bahwa diri ini tidak sanggup menanggung beban, masalah yang datang bergantian, hingga sampai putus harapan.

Selain sebagai kebutuhan, Allah juga menyerukan para hamba-Nya untuk mau berdoa, meminta apa pun yang kita inginkan, tanpa harus ‘memaksa’ Allah untuk cepat mengabulkan doa kita. Sebab pada dasarnya, cukuplah Allah yang Mahatahu segala yang terbaik untuk segenap hamba-Nya dan cukuplah hak kabul-mengabulkan menjadi urusan dan rahasia-Nya semata.

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS Al-Mukmin: 60).

Islam begitu indah dan sistematis. Segala amal ibadah memiliki cara dan adab masing-masing. Begitu pun dengan berdoa. Karena Allah menganjurkan kita untuk berdoa dan lengkap dengan jaminannya bahwa akan dikabulkan oleh-Nya, maka perbanyaklah meminta pada Allah dengan suara yang lembut, penuh harap—juga selipkan wasiat Jibril selepas shalat fardhu kita. Insya Allah, Dia perkenankan semua hajat kita. Amin. Wallahu a’lam.

Senin, Oktober 01, 2012

BALKAN INSIGHT : BULGARIA MILIKI MASJID TERBANYAK DI EROPA

Prancis, Inggris, atau Jerman menjadi 'rumah' bagi umat Islam di Eropa, tapi untuk masalah rumah Allah alias masjid, Bulgaria jawaranya. Negara bekas komunis itu memiliki jumlah masjid terbanyak di Eropa, mencapai 1.200 unit. Jumlahnya hampir menyamai negara-negara di Timur Tengah.


Ya, Bulgaria juga tercatat sebagai negara dengan jumlah pelajar muslim terbesar di Eropa. Lebih dari tiga ribu siswa menempuh pendidikan di sekolah Islam setiap tahunnya. Hebatnya, di sekolah umum juga diberikan kurikulum Islam.

Dari data statistik Mufti Bulgaria menyebutkan sebanyak 3.372 siswa mengikuti kelas agama Islam pada 2011. Jumlah itu meningkat enam kali lipat ketimbang tahun lalu.

Kepala Departemen Agama Bulgaria, Emil Velinov mengatakan meski antusiasme keluarga muslim menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah Islam sangat tinggi, tapi hal itu tidak dibarengi dengan kualitas lembaga pendidikan itu sendiri.

"Itu terasa ketika mereka memilih menjadi imam. Akreditasi mereka dipertanyakan," ujarnya menerangkan seperti dikutip balkaninsight.com.

Dewan Tertinggi Institut Agama Islam mengungkap masih banyak lembaga pendidikan tinggi Islam belum memenuhi kriteria akreditasi. Pada 2005 silam, anggota parlemen dari komite Hak Asasi Manusia (HAM) menyatakan lembaga pendidikan Islam terutama yang berada di desa-desa tidak terdaftar secara resmi meski berada dalam kordinasi kepala mufti.

Semasa era komunis, Muslim Bulgaria kesulitan mendapatkan akses pendidikan. Mereka tidak memiliki hak berbicara di publik, pelarangan memakai jilbab dan sunat bagi laki-laki.

Berbagai tekanan tersebut mendekati masa kejatuhan pada 1985 ketika 310 ribu etnis Turki dipaksa mengganti nama muslim mereka. Protes muncul dimana-mana. Pada Agustus 1989, saat komunisme mulai pecah di timur Eropa, Bulgaria memaksa 360 ribu etnis Turki menyeberang ke tanah leluhurnya.

Setelah komunis runtuh, umat Islam kembali bangkit. Hal itu ditandai dengan difungsikannya Masjid Banya Bashi sebagai tempat beribadah umat Islam yang bermukim di Kota Sofia, sampai hari ini. Kini, ada sekitar satu juta umat Muslim yang tinggal di negara yang pernah menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah selama lima abad itu.