Sabtu, Desember 25, 2010

PETRA YANG MENAKJUBKAN

KOTA PETRA

Berjarak sekitar 3-5 jam perjalanan dari Kota Amman, Yordania, terdapat sebuah situs bersejarah. Bahkan, pada 2007 situs tersebut menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia. Peninggalan bersejarah yang begitu indah dan menakjubkan itu bernama Kota Petra.

Petra dalam bahasa Yunani berarti batu. Sedangkan, orang Arab menyebutnya alBitra. Situs arkeologi itu terletak di sebuah dataran rendah yang diapit oleh gununggunung yang membentuk sayap. Sejarah Kota Petra pun tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Hadis tersebut memang tak menjelaskan secara langsung Kota Petra. Namun, yang disebut adalah bangsa Arab kuno bernama Anbath Asy-Syam. Menurut kitab Al-Qamus al-Islami, Kota Petra yang indah dan menakjubkan merupakan peninggalan Anbath AsySyam--yakni bangsa Arab kuno yang tinggal di antara Semenanjung Sinai dan Harun.

Kota itu sempat menjadi pusat perdagangan para kafilah yang melakukan perjalanan antara Mesir, Jazirah Arab, dan Syam. Pada awal kemunculan Islam, menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith al-Nabawi, ada beberapa peninggalan bangsa Anbath yang telah bercampur dengan bangsa lain.

"Konon, peradaban bangsa Anbath memiliki jenis tulisan (kaligrafi) yang dinamakan Khath Nabthi," ujar Dr Syauqi. Kota Petra sempat hilang dari peradaban manusia selama 500 tahun, tepatnya sejak berakhir nya Perang Salib pada abad ke-12 M.

Kota yang hilang itu baru diketahui peradaban Barat pada 1812. Adalah petualang berkebangsaan Swiss bernama Johann Ludwig Burckhardt yang kembali memperkenalkan kota itu. Yang mengetahui keberadaan kota itu adalah suku Badui yang tinggal di sekitar wilayah itu.

Keindahan dan kemegahan Kota Petra dilukiskan oleh BBC dalam seuntai kalimat, "Ini adalah satu dari 40 tempat yang harus Anda lihat sebelum mati." Betapa tidak, Petra merupakan kota yang unik. Kota itu dibangun dengan cara memahat dindingdinding batu.

Kota Petra merupakan simbol teknik dan perlindungan. Kota tersebut didirikan dengan menggali dan mengukir cadas setinggi 40 meter. Tak heran, jika kota itu sulit untuk ditembus musuh. Petra pun dikenal sebagai kota yang aman dari bencana alam seperti badai pasir.

Kota itu dikelilingi gunung-gunung. Salah satunya ada yang memiliki ketinggian sekitar 1.350 meter di atas permukaan laut.
Gunung tertinggi itu disebut Gunung Harun (Jabal Harun) atau Gunung Hor atau El-Barra.

Banyak yang meyakini di puncak Jabal Harun itulah Nabi Harun meninggal dan dimakamkan oleh Nabi Musa. Rasulullah SAW pun diduga pernah mengunjungi gunung itu bersama pamannya Abu Thalib saat berdagang ke Syam (Suriah).

Tradisi Arab meyakini Petra merupakan tempat Nabi Musa (Musa) memukul batu dengan tongkatnya hingga keluarlah air dari batu tersebut. Di kota itu juga terdapat nama tempat Wadi Musa untuk menyebut lembah sempit di wilayah itu.

Pada abad ke-14 Masehi, sebuah masjid dibangun di tempat itu dengan kubah berwarna putih yang terlihat dari berbagai area di sekitar Petra. Konon, Nabi Harun tiba di wilayah itu ketika mendampingi Nabi Musa membawa umatnya keluar dari Mesir dari kejaran Raja Firaun.

Petra didirikan enam tahun sebelum Masehi. Ia merupakan ibu kota kerajaan Nabatean. Adalah Raja Aretas IV yang membangun kota unik dan ajaib itu. Suku Nabatean membangun Kota Petra dengan sistem pengairan yang luar biasa rumit.
Peradaban itu memiliki teknologi hidrolik untuk mengangkat air.

Untuk menghidupi penduduknya, di kota itu terdapat terowongan dan bilik air untuk menyalurkan air bersih ke kota. Selain itu, mereka juga sangat mahir dalam membuat tangki air bawah tanah untuk mengumpulkan air bersih yang bisa digunakan saat mereka bepergian jauh. Sehingga, di mana pun mereka berada, mereka bisa membuat galian untuk saluran air guna memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih.

Di akhir abad ke-4 SM, berkembangnya dunia perdagangan membuat suku Nabatean turut berkecimpung dalam perdagangan dunia. Rute perdagangan dunia mulai tumbuh subur di bagian selatan Yordania dan selatan Laut Mati. Mereka lalu memanfaatkan posisi tempat tinggal mereka yang strategis itu sebagai salah satu rute perdagangan dunia.

Suku Nabatean akhirnya bisa menjadi para saudagar yang sukses dengan berdagang dupa, rempah-rempah, dan gading yang antara lain berasal dari Arab bagian selatan dan India bagian timur. Letaknya yang strategis untuk mengembangkan usaha dan hidup, serta aman untuk melindungi diri dari orang asing, membuat suku Nabatean memutuskan bermukim di kota batu itu.

Untuk mempertahankan kemakmuran yang telah diraih, mereka memungut bea cukai dan pajak kepada para pedagang setempat atau dari luar yang masuk ke sana. Suku Nabatean akhirnya berhasil membuat kota internasional yang unik dan tak biasa.

Seiring waktu, Kota Petra pun dihuni puluhan ribu warga hingga akhirnya berkembang menjadi kota perdagangan karena terletak di jalur distribusi barang antara Eropa dan Timur Tengah. Pada 106 Masehi, Romawi mencaplok Petra sehingga peran jalur perdagangannya melemah.

Sekitar 700 M, sistem hidrolik dan beberapa bangunan utama yang menunjang kehidupan masyarakat di kota itu hancur menjadi puing. Petra pun menghilang dari peta bumi saat itu dan hanya tinggal legenda. Hingga akhirnya ditemukan lagi pada abad ke-19 M.

Selasa, Desember 21, 2010

RUMAHKU SURGAKU

Semua makhluk hidup memiliki hasrat yang kuat untuk memiliki rumah. Bahkan, beberapa jenis hewan dibekali insting oleh Sang Maha Pencipta sehingga mampu membangun sendiri rumahnya. Sementara itu, manusia memerlukan sebuah tim kerja dan biaya yang besar untuk membangun atau membeli sebuah rumah.

Sebagai makhluk sosial, dimensi kebutuhan manusia akan rumah semakin bertambah. Rumah tidak lagi sekadar untuk beristirahat dengan nyaman dan aman, tetapi juga terus terbangun untuk banyak kepentingan lain. Sehingga, rumah harus lebih besar, lebih kokoh, lebih megah, dan jumlahnya pun tidak cukup satu.

Akhirnya, rumah menjadi simbol status, menjadi bahan pamer kesombongan, dan ungkapan ketamakan. Untuk kecenderungan seperti itu, Allah pun menurunkan surat AtTakaatsur: "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur ... kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan yang kamu megahmegahkan di dunia itu." (QS AtTakaatsur [102]: 1-8).

Rasulullah pun menegaskan, sebagaimana disampaikan Abu Hurairah RA, Nabi bersabda: "Seorang hamba berkata, hartaku, hartaku, hartaku. Padahal, hartanya yang sesungguhnya hanya tiga macam: 1. Apa yang dimakan lalu habis. 2. Apa yang dipakai lalu lusuh (rusak), dan 3. Apa yang disedekahkannya lalu tersimpan (untuk akhirat). Selain yang ketiga macam itu, lenyap atau ditinggalkannya (warisan) bagi orang lain." (HR Muslim).

Maka, kita harus selalu kembali kepada makna dan fungsi atas segala sesuatu. Tentang rumah, dalam surat Al-Baqarah ayat 125, Allah memberikan rujukan yang indah: "Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang itikaf, yang rukuk dan yang sujud." (QS Al-Baqarah [2] : 125).

Itulah makna dan fungsi rumah yang baik di sisi Allah. Itulah sebabnya, melalui surat An-Nuur: 27, kita diingatkan: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (QS An-Nuur [24] : 27).

Bahkan, untuk para tamu yang datang, selain wajib dimuliakan dan dijamu dengan baik, mereka juga patut didoakan: "Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman lakilaki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." (QS Nuh [71]:28).
Wallahu a'lam.

PROFIL KAPENDAIS KABUPATEN ENDE [H. PUA IBRAHIM S.Pd]




Tampak dalam gambar, Kepala Seksi Kependais dan Pemb. Masjid,H. Pua Ibrahim, S.Pd.
, Berdasarkan pasal 97 KMA 373 tahun 2002, Seksi Kependidikan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid mempunyai tugas melakukan pelayanan dan bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan di bidang penyelenggaraan pendidikan pada raudhatul athfal, madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, dan pendidikan agama Islam pada sekolah menengah umum tingkat dasar dan menengah pertama serta sekolah luar biasa, pendidikan keagamaan, pondok pesantren, pendidikan agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid.

Nama Jabatan di bawah koordinasi Kepala Seksi Kependais dan Pemb. Masjid:
1. JFU Pengadministrasi Umum Seksi Kependais dan PM
2. JFU Pelak.Pel & Bimb.Pendidikan pada RA, MI dan MT
3. JFU Pelak.Pel &Bimb. Pendidikan pd Sekum Tkt. Dasar, menengah dan SLB
4. JFU Pelak.Pel & BimbTeknis Pend.Keagamaan dan Ponpes.
5. JFU Pelak.Pel & Bimb. Teknis Pendais pd Masy. & Pemb. Masjid.
6. JFU Operator Komputer
7. JFK Pengawas Pendidikan Agama Islam
8. JFK Guru Agama Islam pada SekolahUmum

Kamis, Desember 16, 2010

KARAKTER MARKETING DALAM DIRI NABI MUHAMMAD SAW

Pakar pemasaran, Hermawan Kartajaya, memuji Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan Nabi adalah tokoh yang memiliki karakter marketing.
"Sebagai pemeluk Katholik, nabi saya saja bukan ahli perdagangan, tapi Nabi Muhammad SAW itu pedagang dan dalam dirinya melekat karakter pemasaran," katanya di Surabaya, Rabu (15/12).
Hermawan, yang mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang filsafat pemasaran dari Institut Teknik Surabaya, mengatakan Nabi Muhammad SAW itu bukan hanya pedagang, tapi dia memiliki karakter Al Amin atau jujur.
"Al Amin itu karakter, dan karakter itu melebihi 'branding' (merek)," kata penggagas Museum 'Marketing 3.0' berkelas dunia di Ubud, Gianyar, Bali itu.
Menurut penulis buku-buku marketing yang diterjemahkan dalam 20 bahasa non-Bahasa Inggris itu, marketing itu bukan hanya penjualan atau kalkulasi untung-rugi, namun marketing itu meliputi rasional, emosional, dan spiritual.
"Karena itu, saya menggagas marketing 3.0 atau perusahaan dengan spiritual yakni kejujuran. Jadi, marketing itu bukan hanya rasio dengan produk yang bagus, atau marketing juga bukan hanya emosional dengan produk yang memuaskan, tapi kejujuran juga menentukan," katanya.
Didampingi Rektor ITS Surabaya Prof Ir Priyo Suprobo, pendiri MarkPlus Inc itu mengaku orang menyangka perkembangan internet akan mendorong untuk berbuat tidak jujur.
"Bagi saya, hal itu justru sebaliknya, karena internet akan memaksa orang menjadi beragama, karena siapa saya yang tidak jujur akan menjadi sangat transparan dan tidak ada yang bisa disembunyikan," katanya.
Namun, katanya, gagasan "Marketing 3.0" yang mengedepankan kejujuran itu masih banyak dicibiri orang, karena mereka belum percaya, sebab ada orang yang tidak jujur tapi sukses.
"Saya yakin, ke depan, marketing yang berkesinambungan itu dibangun atas dasar rasionalitas, emosional, dan spiritual. Kalau tidak jujur akan sulit disembunyikan, apalagi orang Indonesia itu pengguna facebook nomer dua dan pengguna twitter nomer enam di dunia," katanya.
Bahkan, ia meyakini Marketing 3.0 yang merujuk pada karakter Nabi Muhammad SAW itu akan membuat marketing di Indonesia lebih maju daripada negara lain, termasuk Amerika.
"Nanti, orang Amerika harus 'iqra' (membaca atau belajar) tentang pemasaran kepada orang Indonesia," katanya, didampingi Direktur Nanyang Technopreneurship Center, Singapura, Hooi Den Huan PhD.

Sabtu, Desember 11, 2010

KARYA SENI TEMBIKAR ISLAM

Jejak peradaban Islam tertoreh juga pada tembikar. Benda berbahan tanah liat yang bermotif indah itu hadir melalui proses yang cukup panjang. Menyerap teknik pembuatan dari beraneka sumber, mengkajinya, dan mengembangkannya sendiri. Para ahli kimia turut menyumbang pemikiran bagaimana memadu bahan agar tembikar berkualitas.
Nyatanya, tembikar yang menjadi satu buah peradaban Islam menuai sanjungan. Philip K Hitti melontarkan kekagumannya. Melalui bukunya, History of the Arabs, ia menyatakan, di tangan seniman Muslim, seni tembikar mencapai tingkat keindahan yang sulit ditandingi.

Keindahan yang tertoreh pada tembikar mewujud melalui lukisan manusia, hewan, dan tumbuhan, selain bentuk geometris dan epigraf. Karya ini segera berkembang pesat hingga menjadi sebuah industri yang sangat maju di beberapa wilayah Islam. Sentra produksi tembikar ada di Antiokia, Aleppo, Damaskus, Tyre, dan Phoenix.

Sejumlah tembikar peninggalan umat Muslim pada zaman pertengahan masih tersisa. Sebagian masih disimpan di Museum Lauvre, British Museum, dan Arabic Museum di Kairo, Mesir. Tembikar memiliki kegunaan luas. Salah satunya untuk hiasan dan menjadi bagian dari dekorasi bangunan megah.

Salah satu yang terkenal adalah tembikar Qasyani. Karya seni asal Persia itu berhias gambar bunga dan diakui keistimewaannya oleh banyak kalangan. Perkembangan seni tembikar di dunia Islam bermula sejak abad ke-7 Masehi. Pengetahuan pembuatan barang itu diserap dari sejumlah sumber, seperti Persia dan Cina.

Teknik-teknik yang diadopsi dari luar kemudian dipadukan dengan teknik yang dikembangkan oleh umat Islam. Maka itu, hadirlah sebuah karya seni dengan reputasi menjulang sepanjang masa.Dalam tulisannya berjudul The Potters of Islam, John Luter mencatat kontribusi sains Islam dalam pengembangan tembikar. Menurut dia, pembuatan tembikar berkualitas oleh masyarakat Muslim terinspirasi keunggulan teknik yang dikembangkan di Cina. Bangsa Cina dikenal dengan tembikarnya yang kuat, tidak mudah pecah, berbalut dekorasi warna-warni, dan mengilap.

Buku karya Muhammad bin alHusayn al-Baihaki yang berangka tahun 1059 Masehi menjadi rujukan para sejarawan kontempoter. Al Baihaki berkata, seorang gubernur dari Khurasan, Iran, mengirimkan hadiah kepada Khalifah Harun alRasyid berupa tembikar yang berasal dari Cina.

Sang khalifah terpikat keindahan benda itu. Lalu, ia mendorong seniman Muslim untuk membuat karya yang tak kalah hebatnya. Inisiatif ini memicu banyak seniman terkemuka berdatangan ke Baghdad, ibu kota pemerintahan, untuk memenuhi tantangan Khalifah Harun al-Rasyid. Karya awal mereka masih berupa eksperimen. Seiring waktu, kajian teknik untuk melahirkan karya berkualitas gencar dilakukan. Kemudian, hadirlah motif, rancangan, ataupun dekorasi baru. Begitu pula teknik dan metode pembuatan tembikar berkembang begitu pesat dan diperbarui dari waktu ke waktu.

Salah satu inovasi penting adalah kemampuan mewujudkan lukisan yang berkilau. Beberapa sumber sejarah menyebut teknik itu pertama kali diciptakan bangsa Mesir dan Cina. Umat Islam mengadopsi metode itu bahkan memperbaikinya untuk memperoleh kualitas yang lebih baik.

Para seniman pada masa Abbasiyah memunculkan kreasi warna keemasan dan juga menghadirkan motif mengilap pada tembikar yang biasanya hanya dihias warna biru, hijau, atau abu-abu. Teknik itu, sambung John Luter, memakai bahan sulfur dan zat asam serta dicampurkan dengan material tanah lempung.

Bahan campuran itu dipakai sebagai cat pada motif lukisan. Goresan motif gambar dilakukan segera setelah tembikar itu melalui proses pencetakan dan pembakaran. Setelah digambar dan diberi motif atau dekorasi, sekali lagi tembikar itu dibakar untuk mencegah pengapuran. "Ketika residu bahan perlahan menghilang selama proses pem bakaran, efek mengilap dari cat tadi muncul sehingga menjadikan tembikar itu tampak sangat indah," ujar John Luter. Menurut dia, bahan pembuat tembikar yang juga paling umum digunakan adalah semacam semen putih.

Di sini, ahli kimia Muslim memainkan peran penting. Mereka menemukan bahan yang sanggup menghasilkan tembikar berkualitas tinggi. Kian majunya teknik pembuatan tembikar memantik lahirnya industri tembikar. Masa-masa pentingnya berlangsung dalam kurun abad ke-9 hingga abad ke-13 Masehi.

Ragam tembikar dan variasi motif membanjiri kota-kota besar Islam. Gedung-gedung dan istana berhias barang tembikar nan indah. Di sisi lain, seni tembikar Islam juga mendapatkan sentuhan aspek kaligrafi. Hal ini menambah keunggulan dan keistimewaan yang tidak ada pada peradaban lainnya.

Kaligrafi bukan sekadar untuk menghias permukaan tembikar. Pada beberapa daerah, kalimat kaligrafi yang tersemat di permukaan tembikar mencerminkan tradisi keagamaan ataupun kondisi umat Muslim setempat. Tak dimungkiri bahwa masyarakat pada masa itu telah memandang seni tembikar bukan sekadar hiasan, tapi juga ekspresi keyakinan.

Hingga masa kekuasaan Dinasti Seljuk, penelitian ilmiah dan kreasi baru seni tembikar tak henti bermunculan. Seniman era ini mengenalkan tembikar jenis baru, yaitu faience. Tembikar itu terbuat dari bahan semen putih dicampur dengan cairan alkalin yang memunculkan efek kaca. Risalah dari Abulqassim pada tahun 1301 Masehi menjelaskan teknik dan proses pembuatan faience. Dalam salah satu bagian risalah, ia menuturkan, untuk menambah kekuatan tembikar, para pembuatnya mengurangi kadar air pada bahan-bahan dasar tembikar.

Minggu, Desember 05, 2010

HIJRAH SEBAGAI SOLUSI MANUSIAWI

Ketika Rasulullah melakukan hijrah ke Madinah, masih ada sejumlah sahabat yang tetap bertahan di Makkah. Mereka tak mau meninggalkan Makkah dengan berbagai alasan. Namun, selama bertahan di Makkah, umumnya mereka merasa tertindas sehingga diliputi rasa duka.

Alquran melukiskan mereka sebagai orang-orang yang menganiaya diri sendiri. Ketika mereka wafat dalam kondisi luka karena teraniaya, Malaikat pun bertanya, “Bagaimana keadaan kalian menjadi seperti ini?''  “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri Makkah,” jawab mereka. Alquran kemudian merekam peringatan Malaikat berikutnya, “Bukankah bumi Allah itu luas, maka berhijrahlah di bumi itu?” (QS Annisa [4]: 97).

Secara historis, ayat tersebut di atas termasuk kategori ayat Madaniyah. Pesan Alquran ini turun kira-kira setelah tatanan masyarakat Madinah tertata rapi, tumbuh penuh harmoni dalam nuansa multikultural sebagai wujud perpaduan kebudayaan antara Anshar dan Muhajirin.

Melalui firman-Nya ini, Allah seakan-akan tengah mengamini tindakan Rasulullah dalam berhijrah, meskipun sempat beberapa kali gagal. Hijrah memang tidak sederhana. Ia tidak hanya melibatkan tindakan fisik, tetapi juga menggambarkan kekuatan psikologis yang mendasari ketulusan berikhtiar untuk mewujudkan kehendak Allah.

Hijrah dilakukan bukan semata-mata untuk memperoleh kesenangan duniawi ataupun kesejahteraan material, melainkan juga kesempurnaan pengabdian untuk mewujudkan tatanan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan yang lebih mampu menjamin tegaknya hak-hak individu.

Oleh karena itu, hijrah menjadi solusi manusiawi sebagai wujud pengakuan atas segala keterbatasan manusia dalam memperoleh semua haknya sekaligus pernyataan sikap teologis untuk membuktikan segala Kemahamurahan Allah bagi manusia. Bahkan, Allah sendiri menegur dengan tegas orang-orang yang memaksakan kehendaknya untuk tetap bertahan dalam ketidakberdayaan, memaksakan bertahan dalam ketidaknyamanan ataupun ketidaksejahteraan.

Dalam situasi Indonesia yang tengah diliputi berbagai duka saat ini, kita tidak bisa tetap “menikmati” penderitaan hanya karena alasan sabar dan tawakal. Kita juga tidak bisa terus-menerus membiarkan ketidakadilan melilit kehidupan. Saatnya kita berhijrah untuk melakukan perubahan sekaligus mengingatkan siapa pun yang dipandang menjadi sumber kesemrawutan.

Berhijrahlah dengan meminta semua pihak tulus mengakui kekhilafan, mencairkan egoisme politik yang hanya akan menyengsarakan kehidupan, dan membangun komitmen kebangsaan yang lebih jujur serta demokratis dengan melepaskan kepentingan pribadi ataupun golongan.

Alquran mengingatkan, Allah membenci orang-orang yang membiarkan diri bertahan di tengah kesemrawutan sosial, politik, dan ekonomi. “Kecuali mereka, baik laki-laki, perempuan, maunpun anak-anak, yang tertindas karena tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan untuk berhijrah.” (QS Annisa [4]: 98).

www.ende-islam.co.id mengucapkan :
Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1432 Hijriyah